Sukses

Yenny Wahid Ungkap Alasan Orang Berpotensi Radikal

Yenny juga mengungkapkan sisi lain, sebanyak 72% menyatakan menolak bertindak radikal.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat kini tak segan lagi melontarkan kebencian kepada kelompok lain yang dianggap berbeda dan tidak disukai. Tak hanya ucapan, aksi bernada serupa juga tak ragu dilakukan. Hal ini menyebabkan intoleransi dan radikalisme di Indonesia tengah menjadi sorotan.

Mencermati fenomena ini, Wahid Foundation mengadakan survei bersama Lembaga Survei Indonesia (LSI) untuk mengetahui potret intoleransi dan radikalisme di Indonesia.

Dari survei tersebut terungkap bahwa sebanyak 0.4% penduduk Indonesia pernah melakukan aksi radikalisme. Sementara sebanyak 7.7% menyatakan bersedia bertindak radikal.

"Mungkin orang lihat 0,4% kan sedikit, 7,7% kan sedikit. Tapi ketika kita proyeksikan terhadap penduduk Indonesia katakanlah 150.000.000 penduduk Indonesia yang sudah dewasa atau menikah. Maka kita mendapatkan 600.000 orang Indonesia pernah bertindak radikal dan sekitar 11 juta orang bersedia bertindak radikal kalau memungkinkan," papar Yenny dalam Simposium Nasional: Peran Ibu untuk Perdamaian, Senin (4/12/2017).

Namun Yenny juga mengungkapkan sisi lain, yakni sebanyak 72% menyatakan menolak bertindak radikal. "Nah jadi modal kita gede banget. Modal kita ratusan juta yang masih menolak tindakan radikal," terang Yenny.

Mengenai siapa yang mempunyai kecenderungan paling kuat untuk terpapar paham radikal, Yenny memiliki data tersebut. Yaitu mereka yang berusia usia muda dan laki-laki.

Selain itu, karakteristik lain yang membuat seseorang rentan menjadi radikal yaitu memahami ajaran agama secara literalis, terpapar informasi keagamaan yang berisi kecurigaan dan kebencian, atau cenderung mengingkari atau menentang pemenuhan hak warganegara terhadap kelompok yang tidak disukai, dan membenarkan dan mendukung tindakan radikal.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendidikan Benteng Radikalisme?

Banyak sekali orang tua yang memiliki pengertian keliru mengenai benteng-benteng yang dapat mencegah anak dari sikap intoleransi dan radikal.

"Dulu kita menyangka oh anak kalau dididik tinggi-tinggi dia nggak bakal jadi radikal, oh kalau anak kita penuhi kebutuhannya maka dia akan menjadi anak sholeh dan sholehah, oh kalau anak diajak ke kota, aman."

Menurut hasil survei Wahid Foundation dan LSI hal ini tidak berhubungan sama sekali. Yenny mengambil contoh Bahrun Naim. Menempuh pendidikan terakhir magister, dan datang dari keluarga pengusaha batik di Solo pun tetap menjadikan Bahrun Naim simpatisan ISIS yang aktif merekrut anak-anak ke Syria.

Hasil survei justru mengungkap faktor yang berkolerasi dengan potensi menjadi intoleran dan radikal adalah dukungan terhadap organisasi radikal, intoleransi terhadap kelompok yang tidak disukai, dan pemahaman yang literalis.

"Jadi kalau anak ini pengertiannya jihad itu harus berperang maka dia pasti mau ke Syria. Tapi kalau Jihad berperang melawan hawa nafsu kita sendiri beda arti penyalurannya nanti," tutur Yenny.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.