Sukses

Journal: Suka dan Duka di Balik Keseruan Bermain Pokemon Go

Pokemon Go yang sudah diunduh di lebih dari 30 negara itu mampu menghadirkan beragam kejadian unik, lucu maupun mengherankan.

Liputan6.com, Jakarta - Pokemon Go telah menjadi fenomena global. Kehadiran gim buatan Niantic Labs ini sukses menyedot perhatian gamer di seluruh dunia. Selain punya teknologi terbaru yang menggabungkan teknologi pemetaan milik Google dan augmented reality, gim Pokemon Go sukses menjadi pelipur lara buat nostalgia para pencinta serial kartun yang tayang di awal dekade 2000.

Kesuksesan Pokemon Go memuncaki dunia gim rupanya menghadirkan banyak cerita. Keinginan John Hanke merevolusi kebiasaan gamer membuahkanhasil. Banyak gamer keluar rumah untuk memainkan permainan yang mulanya dibuat Nintendo ini. Pokemon Go yang sudah diunduh di lebih dari 30 negara itu mampu menghadirkan beragam kejadian unik, lucu maupun mengherankan.

Menemukan Mayat

Hunting monster merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan trainer Pokemon Go. Peristiwa pertama terjadi dua hari setelah Pokemon Go dirilis Niantic Labs atau pada 8 Juli 2016. Saat itu, seorang perempuan bernama Shayla Wiggins menemukan sesosok mayat. Mendadak sontak, perempuan berusia 19 tahun itu pun kaget. Sebab, Wiggins bertujuan mencari monster di Rotary Park. Bukan malah menemukan mayat.

Gamer ini tak sengaja temukan mayat saat bermain Pokemon Go. (The Verge)

Berburu dengan Tranportasi Berbasis Aplikasi

Meski belum resmi dirilis, Pokemon Go laris diunduh di Indonesia. Demam Pokemon Go di Indonesia membuat dua trainer sengaja menyewa ojek online untuk berburu monster. Ini dilakukan lantaran kedua trainer ini ingin mendapat monster unik. Tingkah ini sempat membuat pengendara ojek mengeluh lantaran harus berputar-putar tanpa tujuan yang jelas. Beruntung, trainer membayar jasa pengojek sesuai tarif.

Penggemar game menunjukkan aplikasi Pokemon Go di layar ponselnya, Kawasan Senayan, Jumat (15/7). Meski belum resmi diluncurkan di Indonesia, permainan Pokemon Go berbasis realitas sudah diminati banyak kalangan. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Jatuh ke Jurang

Hampir sepekan setelah penemuan mayat, peristiwa lain dialami dua trainer yang harus terjatuh ke jurang. Insiden ini pun disebabkan keduanya asyik bermain Pokemon Go. Peristiwa ini terjadi pada 14 Juli 2016, atau kurang dua pekan setelah Pokemon Go dirilis. Beruntung, dua trainer itu tak mengalami cedera serius.

Ilustrasi para pemain Pokemon Go (Sumber:Gamerant)

Berburu di Dekat Markas ISIS

Ulah trainer Pokemon Go memang di luar prediksi. Setelah jatuh ke jurang, ada pula trainer yang berburu monster di medan perang. Ini dilakukan Louis Park, tentara Amerika Serikat yang tengah bertugas di Irak. Park pun sempat mengunggah foto-foto dirinya berburu Pokemon di Kota Mosul, Irak.

Tentara AS di Irak turut menikmati permainan Pokemon Go. (sumber: Daily Mail)

Petisi Pengguna Windows Mobile

Demam Pokemon Go yang mewabah hampir di seluruh dunia, membuat pengguna Windows Mobile membikin petisi. Sebagai sebuah sistem operasi, Windows Mobile tak kebagian jatah permainan ini. Akibatnya, 36 ribu pengguna Windows 10 Mobile membuat petisi meminta Niantic Labs dan The Pokemon Company untuk mengembangkan gim Pokemon untuk platform Windows 10 Mobile.

Niantic Labs persiapkan uji coba tahap beta untuk Pokemon Go (Gamerant)

Menangkap Penjahat

Anggota Marinir Amerika Serikat, Seth Ortega, dan Javier Soch, berhasil menangkap seorang buronan yang sedang mencoba membunuh seorang ibu dan tiga anaknya. Itu terungkap saat Ortega dan Soch tengah asyik berburu monster Pokemon Go dan melihat pria mencurigakan mendekati keluarga tersebut.

Trainer Pokemon Go berada di Pokestop (Liputan6.com/Mochamad Khadafi)

Mendapat Uang Rp 1,3 Miliar

Marcus Gilles tak menyangka gim yang sedang dimainkannya mengantarkan dia mendapat duit US$ 100 ribu atau sekitar Rp 1,3 miliar. Gilles mendapati duit itu saat sedang berburu Pikachu di New Orleands. Dia menemukan tumpukan duit dalam plastic hitam. Saat dibuka, plastic itu berisi uang. Gilles kemudian menyerahkan duit itu kepada orangtuanya. Ibu Gilles kemudian menyerahkan uang itu ke polisi. Atas kejujurannya, Gilles diberi imbalan US$ 1 ribu.

Mata uang Pokemon di Niue (Sumber: Buzzfeed)

Dilarang Tiongkok

Meski menjamur di sejumlah negara, Pemerintah Tiongkok menilai keberadaan Pokemon Go sebagai masalah. Pemerintah negara Tirai Bambu itu pun melarang gim ini dimainkan. Alasannya sederhana, Pemerintah Komunis Tiongkok khawatir gim ini membahayakan sistem keamanan dalam negeri.

Pemerintah China khawatir permainan Pokemon Go dapat menguak keberadaan pangkalan rahasia militer. (Sumber Shanghaiist.com)

Diinterogasi TNI

Insiden tak kalah menarik terjadi di dalam negeri. Romain Pierre, warga negara Prancis, harus berurusan dengan militer Indonesia. Pierre ditangkap karena tak mengantisipasi tempat yang dia datangi untuk mencari monster, merupakan Makodim 0614 Kota Cirebon. Pierre tak sadar, lokasi yang dijamahnya saat memburu monster merupakan daerah militer yang tidak diperuntukkan bagi sipil.

TNI dan Polri serius larang anggotanya bermain Pokemon Go di markas.

Melintasi Tiga Negara

Insiden ini terjadi pada Andrej Kowalczyk, warga negara Polandia. Lelaki 37 tahun ini tanpa sadar melintasi tiga negara saat memainkan Pokemon Go. Kowalczyk tak sadar, langkah kakinya tiba-tiba berhenti di kawasan Menara Eiffel. Itu pun disadari, saat dia lapar dan hendak mencari makanan. Tanpa disadari Kowalczyk, kakinya sudah mengantarkan dia berjalan melintasi Jerman, Belgia, dan kini berada di Prancis.

dok: worldnewsdailyreport.com

Berutang Rp 65 Juta

Berbeda dengan Marcus Gilles yang menemukan uang US$ 100 ribu atau setara Rp 1,3 miliar, Pokemon Go malah membuat Kohei Uchimura, atlet senam Jepang, berutang tagihan telepon sebesar 500 ribu yen atau setara Rp 65 juta. Ini disebabkan, Uchimura lupa mematikan paket data smartphone saat memainkan Pokemon Go. Padahal, dia sudah berada di Brasil untuk mengikuti Olimpiade 2016.

Tagihan telepon pesenam Jepang Kohei Uchimura membengkak karena main Pokemon Go. (USA Today)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.