Sukses

Pemuda Azerbaijan Terharu, Ucapkan Terima Kasih Indonesia

Puluhan anggota Pemuda Organisasi Kerjasama Islam berencana mengirim petisi ke Presiden Joko Widodo Selasa besok.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pemuda asal Azerbaijan, Elmar Iskandarov, mengaku terharu dengan perhatian dan dukungan yang diberikan pemerintah Indonesia atas tragedi genosida yang terjadi di negaranya. Pembunuhan massal itu dilakukan pasukan Armenia saat mereka berusaha menduduki Azerbaijan.

Elmar yang ikut serta dalam aksi kemanusiaan yang digelar Youth Organization of Islamic Cooperation (OIC) atau Pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Indonesia.

"Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk Youth OIC Indonesia dan pemerintah Indonesia yang memberikan dukungan kepada Azerbaijan. Juga setiap organisasi internasional yang juga mengecam tragedi genosida di Kota Khojaly yang terjadi di 1992," ucap Elmar, Senin (23/2/2015).

Elmar saat ini berstatus mahasiswa di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat. Ia mengaku mendapat beasiswa dan telah menetap di Bandung selama 2 tahun. Pemuda itu berangkat ke Jakarta saat mendapat informasi akan adanya aksi kemanusiaan untuk tragedi di negaranya.

Dia mengatakan, banyak muslim di Azerbaijan yang dibunuh secara brutal oleh pasukan Armenia saat agresi berlangsung. "Saya mengharapkan keadilan dan pasukan Armenia ditarik dari wilayah Azerbaijan. Juga resolusi PBB segera direalisasikan. Saya terima kasih pihak Indonesia dukung Azerbaijan, juga PBB," beber Elmar.

Puluhan pemuda OIC Indonesia berencana mengirim petisi ke Presiden Joko Widodo Selasa besok. "Petisi itu berisi kegelisahan kita bahwa Indonesia harus berperan di kancah internasional untuk menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian dunia, khususnya Khojaly," kata Presiden OIC Youth Indonesia T Taufik Lubis.

Petisi tersebut juga akan diberikan ke DPR RI, serta Kedutaan Besar Republik Armenia di Indonesia. Khusus untuk Armenia, Taufik mengatakan, pihaknya akan menekan dan meminta Armenia agar meninggalkan Kota Khojaly, Azerbaijan, dan menarik seluruh pasukan militernya.

Armenia menginvasi Azerbaijan pada 26 Februari 1992. Pendudukan menggunakan pasukan Uni Soviet dan menyebabkan 613 orang tewas terbunuh, 106 orang di antaranya perempuan dan 83 anak-anak. Tak hanya itu, 1.275 penduduk disandera dan 150 lainnya belum diketahui nasibnya.

Setahun setelahnya, Dewan Keamanan PBB mengesahkan 4 resolusi bernomor 822, 853, 874, dan 884. Resolusi-resolusi tersebut menyerukan penarikan pasukan Armenia dengan segera dari wilayah-wilayah Azerbaijan yang diduduki. Namun, hingga kini belum diimplementasikan. (Sun/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.