Sukses

Kapolri Minta Maaf Atas Pemukulan Wartawan di Makassar

Kapolri mengakui ada anggotanya yang tidak mengindahkan standar operasional pengamanan demonstrasi.

Liputan6.com, Jakarta - Demonstrasi menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin berujung rusuh. Tak hanya polisi dan mahasiswa yang menjadi korban, beberapa awak media yang tengah melakukan peliputan juga menjadi korban.

Terkait hal itu, Kapolri Jendral Polisi Sutarman mengakui ada anggotanya yang tidak mengindahkan standar operasional pengamanan demo. Terlebih, soal adanya penyerangan oknum anggotanya kepada beberapa pewarta di lapangan akibat imbas bentrok anggotanya dengan mahasiswa.

Tapi Sutarman mengatakan semua yang dilakukan anggotanya hanya untuk penegakan hukum unjuk rasa anarkis.

"Saya mohon maaf atas apa yang terjadi kepada rekan media. Itu salah, makanya saya minta maaf. Pemukulan wartawan salah, diproses penegakan hukum. Ganti rugi itu urusan keperdataan. Kita harus melakukan langkah hukum," kata Jenderal Sutarman saat menghadiri HUT ke-69 Brimob di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014).

Sehubungan penindakan pelaku unjuk rasa yang anarkis itu, menurut Sutarman sudah sesuai standar untuk melakukan penegakan hukum. Termasuk jika para pelaku unjuk rasa anarkis itu berlari ke dalam kampus juga harus dikejar. Meski begitu pihaknya kini mengaku sedang mendalami dugaan adanya pelanggaran yang dilakukan anggotanya di lapangan.

Kemudian Sutarman menegaskan, untuk melakukan aksi demo terlebih di negara berasaskan demokrasi itu sah-sah saja. Tapi kalau melakukan tindakan anarkis, maka pihaknya akan melakukan tindakan hukum. Apalagi dalam demo anarkis itu, Wakapolrestabes Makassar terkena panah di bagian kepala.

"Polri belajar menegakkan demokrasi, mengawal dan mengamankan unjuk rasa sekaligus menegakkan hukum apabila (pelaku) unjuk rasa bertindak anarkis. Nanti kita lihat apa yang dilanggar, proses dijalankan. Petugas saat itu dikendalikan yang ada di lapangan," tegas Sutarman.

Akibat demo rusuh itu setidaknya 4 wartawan jadi korban pemukulan adalah Waldy dari Metro TV, Iqbal (fotografer Koran Tempo), Asep Iksan (Koran Rakyat Sulsel) dan Arman (MNC TV). Untuk Waldy dilarikan ke rumah sakit dan menerima 5 jahitan pelipis kirinya, sementara 3 wartawan lainnya mengalami luka lebam. (Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.