Sukses

TNI AL Masih Mencari Korban KM Senopati

Kadispen Armada Timur Letkol Laut Toni Syaiful mengatakan belum ada perintah untuk menghentikan pencarian korban KM Senopati Nusantara II. Untuk mencari bangkai kapal, TNI AL mengerahkan KRI Fatahillah.

Liputan6.com, Jakarta: Hampir sepekan Kapal Motor Senopati Nusantara II tenggelam di perairan Pulau Mandalika, Rembang, Jawa Tengah. Namun hingga kini masih sekitar 400 penumpang yang belum diketahui nasibnya. Sementara batas waktu pencarian yang ditetapkan Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) yakni satu pekan sudah hampir habis [baca: Sepuluh Korban KM Senopati Pulang].

Kepala Dinas Penerangan Armada Timur Letnan Kolonel Laut Toni Syaiful mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum menerima perintah menghentikan pencarian korban KM Senopati Nusantara II. Panglima Armada Timur Laksamana Muda TNI Moekhlas Sidik tetap memerintahkan pencarian korban sampai batas waktu yang tak ditentukan. "Kita terus mencari korban membantu Basarnas," kata Toni kepada reporter SCTV Indiarto Priadi di Liputan 6 Petang, Rabu (3/1).

Toni menambahkan, diduga ratusan penumpang yang belum ditemukan karena ikut tenggelam KM Senopati. Seperti diketahui, kapal nahas itu tenggelam sekitar pukul 24.00 WIB di mana kondisi penumpang sedang istirahat atau tidur di kamar. Terlebih, proses tenggelamnya KM Senopati menurut mereka yang selamat sangat cepat. Kemungkinan, mereka yang turut tenggelam adalah penumpang yang ada di dalam kapal. Sedangkan yang selamat adalah penumpang di gladak dan kelas ekonomi.

Untuk itu, TNI AL telah mengerahkan Kapal RI Fatahillah untuk mencari bangkai KM Senopati. Kapal ini mempunyai kemampuan mendeteksi logam di bawah air sehingga diharapkan bisa menemukan bangkai KM Senopati secepatnya. KRI Fatahillah juga membawa penyelam. Ini untuk mencari korban yang ikut tenggelam. "Seandainya masih di bawah 50 meter, kita masih dapat menyelam untuk menemukan korban yang terjebak di dalam air," jelas Toni.

Sejauh ini menurut Toni, TNI AL telah mengeluarkan seluruh daya dan upayanya untuk mencari korban yang belum ditemukan. Ini diperlihatkan dengan mengerahkan tujuh KRI, dua pesawat Nomad, dan satu helikopter. Pencarian pun dilakukan siang dan malam.

Namun, proses pencarian korban terkendala kondisi cuaca. Menurut Toni, gelombang atau ombak laut mencapai lima sampai enam meter. Sementara kecepatan angin 30 knot. Bahkan, kemiringan kapal TNI AL hingga 30 derajat. Kesulitan lainnya adalah para penumpang tak menggunakan pelampung. Padahal kata Toni, warna pelampung yang transparan memudahkan pencarian.

Terkait kondisi cuaca yang buruk, Toni mengatakan, pihaknya mengkhawatirkan para penumpang yang selamat atau berada di perairan akan terseret arus atau angin ke arah timur. Sehingga pencarian akan meluas. Menurut Toni, banyak korban ditemukan di sebelah utara Pulau Madura. "Ada informasi nelayan menemukan para penumpang yang selamat di Pulau Kaneang," jelas Toni.

Sementara itu, KRI Hiu menemukan 12 penumpang KM Senopati di dekat lokasi pengeboran minyak sebelas tenggara Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur. Ketika ditemukan, kondisi mereka lemas sebab sudah enam hari terkatung-katung di tengah laut dan hanya minum air mineral yang dikirim melalui udara.

Di antara dua belas penumpang yang selamat, terdapat Anggi Setyo Nugroho, bocah enam tahun asal Wonogiri, Jateng. Ia selamat bersama ayah kandungnya. Tadi siang, sebelas korban dibawa ke Rumah Sakit Pelabuhan PHC. Sedangkan seorang lagi dibawa ke Rumah Sakit dokter Sutomo Surabaya.

Di Tuban, Jatim, dari 25 korban yang sempat dirawat di Rumah Sakit Umum dokter Koesma, dua di antaranya masih dirawat di rumah sakit tersebut. Kedua korban, Rafi dan Susilo, juga belum diizinkan pulang karena kondisinya masih kritis dan perlu perawatan. Rafi yang tangannya membusuk akan dioperasi sembari menunggu tim dokter bedah. Sementara Susilo masih terus diberi oksigen karena masih mengalami sesak napas.

Sementara tiga jenazah yang belum teridentifikasi dan sudah membusuk di RSUD Rembang dimakamkan secara terpisah di taman pemakaman umum Kabongan , Kidul, Kota Rembang, karena sudah tidak bisa lagi dikenali. Ketiga jenazah sebelumnya dibawa regu penolong dari Surabaya.

Belum jelasnya nasib sebagian penumpang KM Senopati membuat kondisi keluarga korban juga terkatung-katung di pos koordinasi di Pelabuhan Tanjungemas, Semarang, Jateng. Mereka yang umumnya berasal dari luar Kota Semarang sudah berhari-hari telantar di Pelabuhan Tanjung Emas. Agustina, misalnya. Meski demikian, Agustina masih menyimpan optimistis jika kedua orang tuanya dan tantenya masih hidup.

Kemarin, tim gabungan SAR serta TNI AL menyisir perairan Madura, Jatim, sepanjang 180 mil arah timur dari posisi terakhir kapal. Namun penyisiran dengan pesawat Nomad itu tak membuahkan hasil karena cuaca tidak bersahabat [baca: Cuaca Buruk Menghalangi Evakuasi Penumpang KM Senopati].(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini