Sukses

Menantu Donald Trump Sebut Israel Harus Bersihkan Jalur Gaza dari Warga Palestina dan Pindahkan ke Gurun Negev

Menantu Donald Trump, Jared Kushner, yang pernah menjadi penasihat kebijakan luar negeri AS, menyatakan bahwa tanah di Jalur Gaza bernilai tinggi sehingga warga Palestina harus disingkirkan dan dipindahkan ke gurun.

Liputan6.com, Jakarta- Menantu Donald Trump, Jared Kushner, membuat pernyataan kontroversial. Ia menyebut Israel sudah semestinya memindahkan warga Palestina untuk membersihkan jalur tersebut.

"Properti tepi laut Gaza bisa sangat berhara jika masyarakat fokus pada peningkatan mata pencaharian," kata Jared Kushner pada pewawancaranya, ketua fakultas Inisiatif Timur Tengah, Prof Tarek Masoud, dikutip dari The Guardian, Kamis (21/3/2024). Kushner juga menyesalkan 'semua uang' yang dihabiskan untuk jaringan terowongan dan amunisi di wilayah tersebut, bukan pendidikan dan inovasi.

Mantan pengusaha properti yang menikahi Ivanka Trump itu menyampaikan komentar tersebut dalam sebuah wawancara di Universitas Harvard pada 15 Februari 2024 dan diunggah di kanal Youtube Inisiatif Timur Tengah, sebuah program dari Sekolah Pemerintahan Kennedy di Harvard, awal bulan ini. Kushner merupakan penasihat kebijakan luar negeri senior di bawah pemerintahan Trump dan ditugaskan menyiapkan rencana perdamaian untuk Timur Tengah.

Pernyataannya di Harvard memberi petunjuk tentang kebijakan Timur Tengah yang akan diambil jika Trump kembali ke Gedung Putih, termasuk upaya mencapai kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan Israel. Namun, ide tersebut dikritik lantaran mengabaikan pertanyaan tentang masa depan rakyat Palestina.

"Situasinya sedikit disayangkan di sana, namun dari sudut pandang Israel, saya akan melakukan yang terbaik untuk memindahkan orang-orang tersebut keluar dan membersihkannya," kata Kushner.

"Tapi menurut saya, Israel tidak menyatakan bahwa mereka tidak ingin orang-orangnya kembali ke sana setelahnya." Kushner juga menyarankan agar Israel memindahkan warga Gaza ke Gurun Negev di Israel Selatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pindahkan Warga Gaza ke Gurun

Kushner mengatakan, jika ia memimpin Israel, prioritas utamanya adalah mengeluarkan warga sipil dari kota Rafah di selatan, dan 'dengan diplomasi,' mungkin memasukkan mereka ke Mesir.

"Tapi selain itu, saya hanya akan melibas sesuatu di Negev, saya akan mencoba memindahkan orang ke sana,” katanya. “Saya pikir itu pilihan lebih baik, sehingga Anda bisa masuk dan menyelesaikan pekerjaan."

Ia kemudian mengulangi poin tersebut dengan mengatakan, "Saya pikir saat ini membuka Negev, menciptakan wilayah aman di sana, memindahkan warga sipil keluar, kemudian masuk dan menyelesaikan pekerjaan adalah langkah yang tepat."

Usulan tersebut mengagetkan Masoud. Ia pun bertanya ulang, "Apakah ini sesuatu yang mereka bicarakan di Israel? Maksud saya, ini pertama kalinya saya mendengar seseorang, selain Presiden Sisi (pemimpin Mesir), yang menyatakan bahwa warga Gaza yang mencoba melarikan diri dari pertempuran dapat berlindung di Negev. Apakah masyarakat Israel serius membicarakan kemungkinan itu?"

"Saya tidak tahu," jawab Kushner sambil mengangkat bahu.

3 dari 4 halaman

Tak Akui Keberadaan Palestina

"Itu (memindahkan warga Gaza) akan jadi sesuatu yang ingin Anda coba kerjakan?" Masoud bertanya. "Saya sedang duduk di Miami Beach," kata Kushner. "Saya melihat situasinya dan berpikir: apa yang akan saya lakukan jika saya ada di sana?"

Ketika ditanya Masoud tentang ketakutan masyarakat Arab di wilayah tersebut bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tidak akan mengizinkan warga Palestina yang meninggalkan Gaza untuk kembali, Kushner berhenti sejenak, kemudian berkata, "Mungkin."

Kushner melanjutkan, "Saya tidak yakin masih banyak yang tersisa di Gaza saat ini. Bahkan jika Anda memikirkan konstruksinya, Gaza sebenarnya bukanlah sebuah preseden sejarah. Itu adalah akibat dari sebuah perang. Ada suku-suku di berbagai tempat dan akhirnya Gaza jadi sebuah hal. Mesir dulu yang menjalankannya dan seiring berjalannya waktu, pemerintahan yang berbeda bermunculan." 

Menanggapi pertanyaan apakah Palestina harus memiliki negara sendiri, Kushner menggambarkan usulan tersebut sebagai 'ide yang sangat buruk.' Ia menilainya sebagai 'imbalan bagi tindakan teror.'

4 dari 4 halaman

Pernah Dinominasikan Raih Nobel Perdamaian

Pada 2022, Jared Kushner dilaporkan meraih nominasi Nobel Perdamaian atas jasanya mendamaikan Israel dengan sejumlah negara-negara Arab. Upaya itu dilakukan melalui Perjanjian Abraham (Abraham Accords). Berkat perjanjian itu, Israel meraih normalisasi diplomatik dengan Uni Emirat Arab, Sudan, Maroko, dan Bahrain.

Berdasarkan laporan New York Post, 13 Februari 2022, nominasi ini diajukan anggota DPR Long Island, Lee Zeldin. Ia menominasikan Kushner dan deputinya, Avi Berkowitz. "Perjanjian Abraham, ditandatangani di 2020, mewakili terobosan diplomatik antara Israel dan negara-negara Arab selama puluhan tahun," ujar Zeldin dalam pernyataannya.

Hal lain yang turut disorot Zeldin adalah kondisi konflik yang sudah berlangsung lama, pengaruh Iran yang dianggap berbahaya, serta adanya pandemi COVID-19, tapi Kushner dan Berkowitz sama-sama berhasil mencapai perjanjian ini.

Tahun lalu, Kushner dan Berkowitz juga mendapat nominasi setelah diajukan oleh mantan penasihan hukum Donald Trump sekaligus pakar hukum konstitusi dari Universitas Harvard, Alan Dershowitz. Jared Kushner, Avi Berkowitz, dan Alan Dershowitz sama-sama memiliki latar belakang Yahudi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.