Sukses

Turis Singapura Meninggal karena Kecelakaan Saat Bermain Gokart di Batam, Dugaan Kelalaian Pengelola Mencuat

Turis Singapura itu terpental dari kartnya saat kecelakaan main gokart di Batam. Pengelola sirkuit gokart di Batam tidak bisa dihubungi dan tidak menyediakan nomor pelanggan sehingga sulit dipantau.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis Singapura meninggal dunia akibat kecelakaan saat bermain gokart di Batam, pada 21 Februari 2024, sehari setelah ia berulang tahun ke-33. The Strait Times melansir, dikutip Minggu (3/3/2024), menurut polisi, korban diidentifikasi bernama Arini Mohamed Adinan.

Kepolisian mengusut kasus kecelakaan yang terjadi di Golden City Fo Kart di Bengkong, Batam, sekitar pukul 15.30 WIB. Humas Polda Kepulauan Riau (Kepri) Kompol Zahwani Pandra Arsyad menyatakan bahwa gokart Arini melaju berkecepatan tinggi sebelum menabrak ban pembatas.

"Saksi melihat korban mengendarai gokart bernomor 14 dan berkendara dua putaran mengelilingi lintasan," ujarnya. "Dia melaju kencang dan go-kartnya menabrak pembatas sirkuit."

Akibat tabrakan tersebut, helm korban terlepas. Seorang pekerja di lokasi yang tidak disebutkan namanya segera menghampiri korban. Dia melihat helaian rambut wanita tersebut tersangkut di salah satu roda belakang go-kart.

Zahwani berkata, "Korban memiliki rambut panjang sampai pinggang. Sebagian rambutnya tercabut dari kulit kepalanya."

Arini segera dilarikan ke klinik terdekat namun nyawanya sudah tak terselamatkan. Dia pun dinyatakan meninggal dunia.

Jenazah korban kemudian dipulangkan ke Singapura pada 22 Februari 2024, menurut Md Akbar Jalit, direktur pelaksana Md Akbar International Islamic Casket, yang menangani upacara repatriasi dan pemakaman. Disampaikan pula bahwa proses pemakaman dilakukan pada malam harinya.

Sementara, Zahwani menyatakan pihaknya sedang menyelidiki kasus kecelakaan tersebut. Mereka yang terbukti lalai akan ditindak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengunjung Tak Diberi Arahan Keselamatan Sebelum Balapan

Dugaan kelalaian pengelola menguat seiring beberapa pengunjung membagikan pengalamannya saat menjajal trek gokart itu. Lai, salah satunya. Kepada The Strait Times, ia mengaku sempat mengunjungi Golden City Go-Kart di Batam pada 2019 bersama keluarganya.

Ia mengklaim saat itu tidak ada arahan keselamatan 15 menit sebelum balapan. Teknisi berusia 41 tahun itu mengatakan hanya diberikan jaring rambut, dan disuruh mengambil helm mereka.

"Kami harus memilih helm dari rak, tapi saya tahu helm tersebut bukan helm yang layak," katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar helm tidak memiliki pelindung wajah, yang berarti helm tersebut tidak memiliki pelindung rahang.

"Setelah itu langsung ke gokart. Satu-satunya hal yang saya ingat adalah staf memberi tahu kami bahwa pedal kanan untuk akselerasi, dan pedal kiri untuk pengereman," kata Lai, yang menghubungi The Straits Times setelah seorang temannya memberi tahu dia tentang hal itu.

Mr Lai mengatakan dia memesan sepasang kart dua tempat duduk ketika dia berada di sirkuit. Istrinya berada di gokart pertama bersama putra sulung mereka yang saat itu berusia 6 tahun, sedangkan dia mengemudikan kendaraan kedua dengan putra bungsunya yang berusia 5 tahun.

3 dari 4 halaman

Insiden Tabrakan di Landasan Pacu

Meski tak ada pengarahan keamanan, dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena berpengalaman sebelumnya di trek lain. Setelah kurang lebih 15 menit berada di lintasan, mereka kembali ke area pit.

Lai mengatakan bahwa ketika istri dan putranya yang berusia 6 tahun keluar dari kart mereka, kart lain menabrak mereka. "Saya mendengar teriakan dari penonton, dan melihat kart masuk ke area pit dengan kecepatan tinggi," ujarnya seraya menambahkan bahwa pengemudi tidak tampak melambat.

Anak sulungnya itu terluka, kakinya berdarah dan bengkak sehingga membutuhkan bantuan medis. Saat sedang merawat putranya, dia mendengar pengemudi kart lainnya mengatakan remnya tidak berfungsi.

"Operator membawa saya, anak saya, istri dan saya ke klinik terdekat dengan sepeda motor. Klinik tersebut mengatakan kami mungkin memerlukan rontgen, tetapi mereka tidak memiliki fasilitas, sehingga mereka merujuk kami ke rumah sakit," katanya.

Karena hasil rontgen tidak meyakinkan, ia memutuskan kembali ke Singapura untuk mencari perawatan lebih lanjut. Lai membawa putranya ke Rumah Sakit Wanita dan Anak KK untuk mendapatkan perawatan, dan diberitahu bahwa tidak ada patah tulang.

"Dokter mengatakan kami cukup beruntung. Dia memberi tahu kami bahwa terkadang tulang pada anak kecil belum menyatu, sehingga memudahkan pemulihan."

 

4 dari 4 halaman

Aturan Keselamatan Gokart di Singapura

Dugaan rem blong itu juga dikemukakan oleh tiga teman Arini yang ikut dalam balapan gokart saat itu. Mereka menyinggung soal rem yang tidak berfungsi dan memaksa mereka menabrakkan kart ke ban pembatas.

Pengunjung Go-Kart Golden City juga menyoroti masalah serupa di situs perjalanan seperti Tripadvisor. Sebagian besar menyebutkan kurangnya pengarahan keselamatan dan kart dengan rem yang tidak berfungsi.

Hingga berita tayang pihak Golden City Go-Kart tidak bisa dihubungi, situs mereka juga tetap offline. Sementara, pengelola sirkuit Batam tidak mencantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi pelanggan.

Berbanding terbalik dengan situasi di Batam, Singapura mengatur ketat soal keselamatan atraksi gokart dalam UU Keselamatan Wahana Bermain yang diatur oleh Otoritas Bangunan dan Konstruksi. Di bawah UU, kart harus memiliki perangkat pembatas kecepatan, pelindung terguling, dan sabuk pengaman.

Pengunjung diwajibkan memakai sepatu tertutup, helm yang memadai dan sarung tangan bila diperlukan. Kecepatan maksimal untuk pemain baru hanya 30 km/jam, sedangkan yang sudah ahli dibatasi hingga 50 km/jam. Mereka yang ahli ditandai dengan surat izin mengemudi (SIM).

Sementara di Malaysia, operator harus menyediakan helm full face, jaket, dan balaclava seluruh wajah. Sedangkan, kendaraannya dilengkapi dengan penutup mesin seluruh bodi dan tahan api.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.