Sukses

Momen Haru Sarjiya, Anak Penjual Gula Jawa yang Berhasil Jadi Profesor di UGM

Pendidikan tak mengenal batas usia maupun latar belakang keluarga. Hal itu dibuktikan oleh Sarjiya, seorang guru besar di Universitas Gajah Mada (UGM) yang seorang anak penjual gula, namun mampu meraih gelar akademik profesor.

Liputan6.com, Jakarta - Pendidikan tak mengenal batas usia maupun latar belakang keluarga. Hal itu dibuktikan oleh Sarjiya, seorang guru besar di Universitas Gajah Mada (UGM) yang seorang anak penjual gula, namun mampu meraih gelar akademik profesor.

Momen haru pun terjadi saat pengukuhan dirinya dengan gelar lengkap di depan dan belakang namanya, Prof. Ir. Sarjiya, MT., Ph.D., IPU. Tapi bukan hanya soal pencapaian dirinya yang terekspos, Sarjiya dalam pidato pengukuhannya menitihkan air mata seraya meminta maaf ke kakak dan adik-adiknya.

Mengutip dari laman UGM, Sabtu (17/2/2024), di ruang Balai Senat UGM, ia berkata, "Secara khusus saya mohon maaf kepada adikku, Suparsih, yang waktu itu terpaksa tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA, meskipun dengan nilai ujian SMP yang sangat baik, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah kita berdua secara bersamaan."

Kalimat yang disampaikan lirih hingga membuat seisi ruangan yang menyaksikan ikut terbawa suasana. Dihadiri oleh keluarga besarnya, Sarjiya juga mengundang sang ibu di pidato pengukuhannya.

"Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapatkan imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Tuhan Yang Maha Esa," sambung laki-laki asal Kulon Progo, Yogyakarta itu.

Anak keempat dari lima bersaudara ini, diketahui merupakan dosen di Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM. Beberapa kali ia harus berhenti sejenak membacakan teks pidato lantaran harus menyeka air matanya tak berhenti menetes.  

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lahir dari Keluarga Sederhana

Mengenai sosoknya, 51 tahun silam terlahir dari keluarga sederhana di Lendah, Kulonprogo. Ayahnya, Pujidiyono, sehari-hari bekerja sebagai buruh tobong labor atau pengrajin gamping. Sang ibu, Sumirah, merupakan pedagang gula jawa yang setiap harinya berkeliling menyusuri jalan di kota Yogyakarta untuk menjajakan dagangannya.

Video pengukuhan Sarjiya juga viral di media sosial. Dalam rekaman tersebut ia juga menceritakan kedua orang tuanya tidak memiliki kemampuan baca dan tulis karena tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah.

Meski begitu, kedua orangtuanya tetap gigih menyekolahkan dirinya meski keputusan itu harus mengorbankan pendidikan adik perempuannya. Usai menyampaikan pidato, Sarjiya langsung mendatangi sang ibunda sambil bersujud.

Ia memeluk ibundanya dengan erat. Selanjutnya ia menyalami empat saudari perempuannya. Sayang, sang Ayah tidak hadir di momen pengukuhan dirinya karena sudah berpulang. "Maturnuwun Bu," kata Sarjiya terbata-bata.

Untuk diketahui, Sarjiya menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengkol, Kulon Progo tahun 1987. Ia lalu tamat pendidikan menengah pertama di SMP Brosot tahun 1990. 

3 dari 4 halaman

Riwayat Pendidikan Sarjiya

Selanjutnya, Sarjiya menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SMAN 1 Teladan Kota Yogyakarta tahun 1993 dan di tahun yang sama melanjutkan kuliah S1 Teknik Elektro UGM. Lalu pendidikan S2, ia dilanjutkan di Magister Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, lulus tahun 2021. Sementara, pendidikan doktor diselesaikan di prodi Electrical Enggineering, Chulalongkorn University, Thailand.

Dalam pidato pengukuhan yang berjudul "Integrsi Variable Renewable Energy dalam Perencanaan dan Operasi Sistem Tenaga Listrik Menuju Transisi Energi Berkelanjutan", Sarjiya mengungkapkan untuk menuju transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia diperlukan untuk pemanfataan secara optimal seluruh potensi energi baik terbarukan maupun non terbarukan.

Dengan karakterisitik intermitensinya, integrase potensi variable renewable energy ke dalam grid untuk memenuhi kebutuhan energi nasional menghadapi banyak tantangan. Oleh kerenanya diperlukan inovasi dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga untuk memastikan layanan energi listrik yang handal, aman, berkualitas bisa diberikan kepada konsumen dengan biaya penyediaan yang ekonomis.

4 dari 4 halaman

Pemanfaatan Media Digital untuk Pendidikan

Mengutip dari Tim Regional Liputan6.com, Pemanfaatan media digital saat ini, telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, salah satunya di dunia pendidikan dimana bisa mendukung smart school.

Smart School merupakan sistem yang diciptakan untuk mendigitalkan seluruh aspek yang ada di sekolah, meliputi pembelajaran, manajemen sarana serta prasarana sekolah, yang memiliki tujuan untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kemudian memperluas akses informasi.

Untuk diketahui, teknologi memberikan akses tanpa batas untuk mencari berbagai informasi. Guru dan murid dapat mengakses informasi di mana pun dan kapan pun mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan mata pelajaran.

Bahkan memberikan informasi pengetahuan lebih mendalam yang tak dibahas di kurikulum namun berhubungan dengan kurikulum pelajaran tersebut. Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Siber kreasi mengadakan Program Khusus Untuk Peserta Siswa-Siswi SD Kabupaten Takalar agar Makin Cakap Digital di Tahun 2022 lewat Zoom, Sabtu, 20 Agustus 2022.

Pada kegiatan tersebut, menghadirkan tiga narasumber yaitu Kepala Bidang Pembinaan dan ketenagaan Dinas Pendidikan Kab. Takalar, Sarianto, Direktur Eksekutif Institute, Muhammad Albar dan Founder Resensi Institute, Hartono Tasir Irwanto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.