Sukses

Manajemen Stres Jawaban untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Mental

WHO mendefnisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi padakomunitasnya. Komponen integral dari kesehatan tersebut mendasari kemampuan individu dan kolektif seseorang.

Liputan6.com, Jakarta - WHO mendefnisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi pada komunitasnya. Komponen integral dari kesehatan tersebut mendasari kemampuan individu dan kolektif seseorang.

Seperti kemampuan dalam mengambil keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia tempat kita tinggal. Perlu diketahui bahwa Kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang mendasar dan penting untuk pengembangan pribadi, komunitas dan sosial-ekonomi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 31 negara termasuk Indonesia, sebanyak 44 persen responden menilai bahwa kesehatan mental adalah masalah kesehatan yang saat ini paling dikhawatirkan. WHO memperkirkan sekitar 3,8 persen atau 280 juta penduduk dunia mengalami depresi.

Kesehatan mental berdampak pada kesehatan fisik, sosial, dan ekonomi individu serta masyarakat di seluruh dunia. Lebih dari tiga perempat orang yang menderita penyakit mental tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs), di mana banyak dari mereka tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas.

Faktanya, lebih dari 75 persen orang dengan gangguan kesehatan mental di negara-negara berkembang dan berkembang tidak menerima perawatan sama sekali. Hal ini membuat Johnson & Johnson yang lebih dari 60 tahun berdedikasi untuk meningkatkan hasil bagi mereka yang menderita penyakit mental, menggelar acara End Media Gathering 2023 bertajuk "Mind Behind the News" pada Kamis, 14 Desember 2023.

"Kesehatan mental merupakan hal yang penting bagi setiap individu untuk dapat menyadari kemampuan, potensi yang dimiliki, sehingga dapat produktif dan berperan dalam komunitasnya," kata Devy Yheanne, Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Pharmaceutical for Indonesia, Malaysia & Philippines. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jangan Mendiagnosa Sendiri

Mengundang ahli kesehatan jiwa, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, ia menuturkan bahwa informasi tentang kesehatan mental saat ini semakin mudah didapat melalui sosial media. "Ini dapat menjadi bumerang apabila mengarah pada perilaku self-diagnose yang justru memperburuk kondisi pasien," katanya.

Di sisi lain, Lahargo juga mengungkap, dalam tingkat depresi umumnya gejala yang banyak dialami antara lain berupa kecemasan, sedih, murung, suasana hati kosong, putus asa, gelisah, lemah, lesu. Biasanya orang tersebut tidak dapat mengambil keputusan dan lain sebagainya yang seringkali tidak disadari.

Hal ini lantaran kesibukan maupun stigma di masyarakat yang mengakibatkan pasien mengabaikan kondisi kesehatan mentalnya. Ia pun menyoroti bahwa kondisi ini dapat berdampak pada kesejahteraan pasien secara fisik dan mental yang berdampak pada produktifitas dan kesehariannya.

dr. Lahargo mengatakan, setiap orang perlu memahami pentingnya kesehatan mental. Hal ini lantaran depresi adalah masalah kejiwaan yang dapat ditangani dan disembuhkan apabila segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Tidak perlu ragu untuk memeriksakan diri ke tenaga medis profesional apabila merasakan gejala seperti lesu, sedih terus-menerus, kehilangan minat pada hobi, sulit berkonsentrasi, dan yang teburukadalah berulang-ulang memikirkan kematian.

"Pasien disarankan segera memeriksakan diri dan jangan melalukan self-diagnose karena dapat memperparah gejala," tegasnya. 

3 dari 4 halaman

Fokus Pada Apa yang Dapat Dikontrol

dr. Lahargo pun membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan jurnalis untuk membangun kesehatan mental yang baik. Pertama-tama Anda disarankan untuk tidak fokus pada apa yang tidak bisa dikontrol.

"Tapi fokus pada apa yang bisa kita kontrol, yaitu tidur, makanan dan hubungan. Pastikan untuktidur pada jam yang sama, sehingga tubuh akan terlatih. Tubuh kita memiliki ritmesirkadian yang unik, di mana jumlah hormon kortisol meningkat di pagi hari dan turun di malam hari sehingga akan terasa sangat mengantuk," paparnya.

Ia menyarankan menggunakan waktu ini untuk tidur. Kemudian, mulailah mengonsumsi makanan dengan nutrisi lengkap dan seimbang. Lalu, alokasikan waktu untuk menjalin hubungan dengan sesama karena hubungan yang baik akan melindungi kesehatan mental.

"Ambillah cuti untuk melakukan hal yang berbeda darirutinitas peliputan berita, misalnya jalan-jalan dengan teman. Rasa cemas dan stresmemang sangat normal, tetapi apabila sudah mulai menganggu kinerja, maka sebaiknyasegera konsultasikan dengan dokter," saran dia. 

4 dari 4 halaman

Langkah Menjaga Kesehatan Mental

Di samping kiat yang sudah dibagikan, dr. Lahargo juga mengingatkan kembali untuk menjaga kesehatan mental dengan mengakui atau memvalidasi hal yang sedang dirasakan. "Merasakan marah, sedih, kecewa itu hal yang normal. Jika punya perasaan itu maka akui karena kita boleh saja merasa seperti itu," ungkapnya.

Kemudian bantu juga teman yang mengalami masalah kesehatan mental dengan mendengarkannya bercerita. Memvalidasi di sini juga termasuk mendengarkan cerita orang lain dan berempati terhadap yang dialaminya.

"Setiap orang juga harus menyadari harus memiliki ventilasi untuk perasaan tadi," sambungnya.

Paling mudah menurut dr. Lahargo adalah dengan aktivitas jurnaling, menuliskan perasaan yang dialami maupun mewarnali dan menggambar. Ada pula cara lain seperti mendengarkan lagu-lagu yang menggambarkan perasaan saat ini.

Setelah itu, Anda bisa meregulasi emosi yakni mengubah emosi dari yang semula berat jadi ringan dengan beberapa cara seperti teknik pernapasan sejenak merasakan napas sendiri. Lalu grounding manajemen stres dengan merasakan keadaan sekeliling dan sejenak berhenti hanya fokus pada diri sendiri yang bisa membuat seseorang terlepas dari pikiran dan perasaan yang berat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini