Sukses

Singkong Ternyata Jadi Indikasi Bencana Kelaparan Masyarakat Pribumi di Zaman Penjajahan Belanda

Singkong kerap dianggap makanan kelas dua di zaman penjajahan Belanda, meski saat ini diakui bahwa nutrisinya tak kalah dari nasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pernah dengar istilah anak singkong? Istilah yang berarti anak kampung selama ini memiliki konotasi negatif. Rupanya, itu ada kaitan dengan zaman penjajahan Belanda.

Menurut peneliti sejarah Universitas Indonesia Christopher Reinhart, singkong bukan makanan asli nenek moyang Indonesia. Berdasarkan literatur yang dipelajarinya, tanaman umbi itu baru diperkenalkan ke masyarakat di Nusantara pada 1850an, sekitar 150--200 tahun sebelum Indonesia merdeka. Singkong juga tidak ditemukan dalam cerita yang ada di relief Candi Borobudur, tidak seperti nangka, pisang, atau asem.

"Dibawa dari Peru oleh Belanda dan ditanam pertama kali di Maluku, kemudian didistribusikan ke Jawa," kata Reinhart di sela diskusi publik Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini di Jakarta, Kamis, 14 Desember 2023.

Ia menerangkan, Belanda meniru cara Spanyol dalam menyediakan bahan pangan bagi pribumi yang mengalami krisis beras akibat proyek cultuurstelsel alias tanam paksa yang berlangsung dari 1830 hingga 1870. Mereka kemudian membeli bibit singkong dan mencoba menanam di Maluku. Setelah berhasil, singkong tersebut dikirim ke Jawa yang mengalami bencana kelaparan. 

"Singkong di Peru sudah menjadi pangan alternatif yang dikerjakan Spanyol. Belanda tidak memikirkan alternatif lain, langsung ambil dari Spanyol dan juga orang Eropa itu anggap makanan itu rendah. Makanan kelas dua," sambung Reinhart.

"Ketika kelaparan, singkong beredar... Akhirnya, singkong jadi indikator bahwa satu tempat ada kelaparan, ekononomi buruk, sampai abad 20," imbuhnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Langsung Diterima

Reinhart menerangkan bahwa julukan makanan kelas dua untuk singkong diberikan karena ada perubahan pola pikir orang-orang Eropa selepas dua revolusi terjadi di benua biru, yakni Revolusi Bastille di Prancis dan Revolusi Industri di Inggris. Kedua hal itu membuat mereka berpikir mereka lebih maju dan lebih di atas dibandingkan bangsa-bangsa lain di dunia.

"Dengan revolusi itu ada pandangan bahwa 'Anda lebih rendah dari saya, jadi yang Anda miliki harus lebih rendah karena enggak selevel'," ucapnya.

Di sisi lain, masyarakat di Jawa tidak bisa langsung menerima singkong sebagai alternatif makanan pokok mereka. Karena itu, proyek tersebut dinilai tidak begitu sukses di awal. "Baru meraih puncak popularitas itu di periode Jepang, saat sama sekali tidak ada apa-apa. Jadi, mulai terkenal sekitar 1940an," ujarnya. Di masa itu pula, menu-menu olahan singkong jadi populer, seperti tiwul.

Pola persebaran serupa terjadi pula dengan sagu. Ia menyebut sagu yang menjadi makanan pokok orang-orang di Indonesia Timur juga ditemukan di Sumatra karena diperkenalkan sebagai makanan untuk mengatasi krisis pangan. "Di Sumatra dikenal, tapi jadi sampingan saja," katanya.

"Ada andil pemerintah kolonial perkenalkan sagu di Sumatra," tambah dia.

3 dari 4 halaman

Kaya Kandungan Gizi

Walau dipandang sebagian orang sebelah mata, faktanya singkong kaya akan manfaat kesehatan. Dikutip dari kanal Hot Liputan6.com, kandungan gizi dari 100 gram singkong yang dikukus terdiri dari

- Kalori: 131 kalori

- Protein: 1,4 gram

- Lemak: 0,3 gram

- Karbohidrat: 30,9 gram

- Serat: 1,8 gram

- Kalsium: 16 mg

- Fosfor: 38 mg

- Besi: 0,3 mg

- Kalium: 271 mg

- Vitamin C: 27,7 mg

- Vitamin B6: 0,2 mg

- Folat: 27 mcg

- Beta karoten: 0,1 mg

Singkong juga mengandung beberapa mineral penting, seperti magnesium, mangan, tembaga, dan seng, serta asam lemak tak jenuh tunggal seperti asam oleat dan asam palmitoleat. Kandungan nutrisi pada singkong dapat bervariasi tergantung pada jenis dan cara pengolahan singkong tersebut.

Perlu diingat bahwa meskipun mengandung banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan, singkong juga mengandung sianida yang dapat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan atau tidak matang dengan baik. Karena itu, penting untuk memasak singkong dengan baik dan mengonsumsinya dengan porsi yang sesuai agar dapat memanfaatkan manfaat kesehatannya.

Untuk mengurangi kadar sianida pada singkong, sebaiknya singkong direbus atau dikukus terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Penting juga untuk memilih singkong yang berkualitas dan segar, serta membuang bagian singkong yang sudah busuk atau berwarna kecokelatan.

4 dari 4 halaman

Beberapa Manfaat Kesehatan dari Konsumsi Singkong

Singkong atau ubi kayu adalah tanaman yang sering ditanam di daerah tropis dan subtropis. Berikut adalah beberapa manfaat singkong bagi kesehatan:

1. Menjaga kesehatan pencernaan

Singkong kaya akan serat yang merupakan jenis karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Serat membantu memperlancar pencernaan dan mencegah sembelit. Singkong juga mengandung pati resisten dan lignin yang bisa menurunkan risiko terkena kanker usus besar.

2. Menurunkan tekanan darah

Kandungan kalium yang tinggi dalam singkong dapat membantu menurunkan tekanan darah. Kalium membantu mengendurkan pembuluh darah dan memperbaiki fungsi jantung. Selain itu, singkong mengandung senyawa flavonoid, seperti quercetin dan kaempferol, yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan cara menenangkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah.

3. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Manfaat singkong bagi kesehatan yang mengandung vitamin C dan senyawa antioksidan seperti beta-karoten, membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin C berperan dalam meningkatkan produksi sel darah putih, yang melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Senyawa antioksidan seperti beta-karoten melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas dan membantu mencegah infeksi.

4. Menjaga kesehatan tulang

Singkong mengandung kalsium dan fosfor, yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang. Kalsium membantu membangun dan memperkuat tulang, sedangkan fosfor membantu menjaga kepadatan tulang. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis atau pengeroposan tulang, sehingga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian dengan makan makanan yang kaya akan kalsium seperti singkong.

5. Menjaga kesehatan kulit

Singkong mengandung vitamin C yang berperan sebagai antioksidan alami dan membantu memproduksi kolagen. Kolagen adalah protein penting dalam menjaga kesehatan kulit dan mencegah keriput. Selain itu, singkong mengandung vitamin E, yang membantu menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV.

6. Meningkatkan energi dan stamina

Kandungan karbohidrat kompleks dalam singkong memberikan energi bertahap dan stabil. Karbohidrat ini juga membantu meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Singkong juga mengandung vitamin B kompleks, yang membantu mengubah karbohidrat menjadi energi dan menjaga kesehatan sistem saraf.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini