Sukses

Alasan Haru Wanita Palestina Selalu Tidur Pakai Kerudung

Meski para wanita Palestina berada dalam situasi perang, jauh dari kemewahan, tidak mengenakan kerudung maupun hijab dari merek ternamal, mereka tetap menutup aurat mereka dengan semestinya.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik Israel-Palestina dan Hamas masih terus berlangsung. Serangan Israel ke wilayah secara bertubi-tubi telah membuat ribuan warga Palestina gugur. Para warga Gaza pun sepertinya sudah siap menghadapi serangan kapan saja yang bisa menewaskan mereka sewaktu-waktu.

Situasi itu sepertinya membuat seorang wanita dan mungkin juga wanita lainnya di Palestina sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk. Hal itu diketahui dari sebuah unggahan di akun TikTok @ yang memperlihatkan bagaimana seorang Muslimah yang tetap memakai kerudungnya dengan sempurna, di tengah kondisi genting yang mereka hadapi.

Unggahan pada pertengahan Oktober 2023 itu bahkan memperlihatkan, seorang wanita yang diduga merupakan warga Palestina menjahit kerudung mereka agar kembali layak digunakan dan tetap melindungi aurat mereka. Akun tersebut juga menuliskan, meski mereka jauh dari kemewahan, tidak mengenakan kerudung maupun hijab dari mereka ternama yang modis dan mahal, mereka tetap menutup aurat mereka dengan semestinya.

Dalam unggahan lainnya, akun itu juga membagikan video pengakuan para Muslimah di Palestina yang tidak akan melepas kerudungnya saat mereka tidur. Alasannya pun membuat banyak orang merasa haru.

"Ketika ditanya "kenapa pakai kerudung semasa tidur?", wanita Palestina menjawab, "kalau rumah saya dibom, mereka jumpa mayat saya menutup aurat"," tulis akun tersebut lagi. Hal tersebut pun langsung menyita perhatian banyak warganet hingga memenuhi kolom komentar dengan doa dan simpati.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Warganet Menangis

"Mereka kelak berada dibarisan belakangnya hubaabatti Fatimah Az-Zahra.sedangkan aku...entahlah," komentar seorang warganet.

"Di sana smpe kurang kain di sini kain banyak malah yg dipakai hanya sdikit," kata warganet yang lain.

"Ya Allah,sangat iri banget dengan keimanan wanita-wanita di Gaza," tulis warganet lainnya.

"Nangis banget baca caption nya, benar" tertampar🥹," timpal warganet lainnya.

Sampai berita ini ditulis, unggahan tentang wanita Palestina itu sudah dilihat lebih dari 4,3 juta kali, disukai lebih dari 307 ribu kali dan mendapatkan lebih dari 1.570 komentar.

Sementara itu, otoritas kesehatan Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, mengumumkan bahwa per Senin, 30 Oktober 2023, total jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 mencapai 8.306 orang. Mengutip kanal Global Liputan6.com, dari jumlah tersebut, 3.457 di antaranya adalah anak-anak.

Serangan udara ke Jalur Gaza dimulai setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan setidaknya 1.400 warga Israel, di mana mayoritas adalah warga sipil. Pada hari itu, Hamas juga menyandera lebih dari 200 orang.

3 dari 4 halaman

Tingkat Kehancuran di Gaza, Palestina

Pemimpin Organisasi PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini pada Senin memperingatkan bahwa hampir 70 persen dari mereka yang dilaporkan tewas di Gaza adalah anak-anak dan perempuan. Dia juga mengatakan bahwa tingkat kehancuran di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya.

"Tragedi kemanusiaan yang terjadi di bawah pengawasan kita sungguh tak tertahankan," ujarnya saat berpidato di depan Dewan keamanan PBB, seperti dilansir The Guardian, Selasa, 31 Oktober 2023.

Lazzarini menggarisbawahi bahwa pengungsian paksa warga di utara Gaza ke selatan oleh otoritas Israel telah menyebabkan lebih dari 670.000 orang berada di sekolah-sekolah dan ruang bawah tanah UNRWA yang penuh sesak. "Saya telah mengatakannya berkali-kali dan saya akan mengatakannya lagi: tidak ada tempat yang aman di Gaza," ungkap Lazzarini.

Dengan lebih dari 3.200 anak tewas, kata Lazzarini, angka tersebut melampaui jumlah anak yang terbunuh setiap tahunnya di zona konflik dunia sejak tahun 2019. Dia menilai bahwa Israel sedang melakukan hukuman kolektif terhadap warga Palestina di Gaza

Duta Besar Amerika Serikat (AS) Linda Thomas-Greenfield mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB yang terpecah untuk bersatu, dengan mengatakan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza semakin hari semakin mengerikan.

4 dari 4 halaman

Seruan Gencatan Senjata di Gaza

Menekankan bahwa semua warga sipil yang tidak bersalah harus dilindungi, Linda menuturkan bahwa DK PBB harus menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera, memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar bagi warga sipil Palestina di Gaza, menegaskan hak Israel untuk mempertahankan diri dari terorisme, dan mengingatkan semua pihak yang terlibat bahwa hukum humaniter internasional harus dihormati.

Dia mengulangi seruan Presiden Joe Biden soal jeda kemanusiaan guna melepaskan sandera, mengizinkan masuknya bantuan, dan memberikan jalan yang aman bagi warga sipil.

Sebagai tanda meningkatnya kekhawatiran AS atas jumlah korban jiwa warga Palestina, Linda mengatakan kepada DK PBB bahwa Biden menegaskan kembali kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu, 29 Oktober 2023 bahwa meskipun Israel punya hak dan tanggung jawab untuk membela warganya dari terorisme, Israel harus melakukan hal tersebut dengan cara yang konsisten dengan hukum humaniter internasional.

Namun Benjamin Netanyahu tegas menolak seruan gencatan senjata untuk memfasilitasi pembebasan tawanan atau mengakhiri perang, yang menurutnya akan memakan waktu lama dan sulit.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini