Sukses

Gelaran Festival Kuliner, Genjot Perekonomian Lewat Pengalaman Berbeda Santap Makanan

Penyelenggaraan festival kuliner selain bertujuan memperkenalkan kuliner khas ternyata juga menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat yang mendatangkan wisatawan hingga pengunjung mal, bahkan memperluas ceruk pasar bagi pemilik usaha kuliner.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak suka datang ke festival kuliner? Menikmati beragam makanan khas yang mungkin membangkitkan nostalgia dan mengingatkan akan kampung halaman. 

Festival kuliner merupakan ajang promosi untuk memperkenalkan makanan khas, selain tentu bisa meningkatkan kunjungan wisata ke daerah kuliner tersebut berasal. Lebih dari itu, penyelenggaraan festival kuliner menjadi roda penggerak ekonomi yang berdampak pada masyarakat setempat.

Salah satu daerah yang konsisten menyelenggarakan festival kuliner setiap tahunnya adalah Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi bahkan memiliki tradisi kuliner dari suku Osing, penduduk asli Banyuwangi, yang disebut Tumpeng Sewu.

Festival Tumpeng Sewu setiap tahun diselenggarakan di Desa Kemiren, Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Bukan hanya sebuah ritual adat, tapi festival ini kini menjadi atraksi wisata Banyuwangi yang dihadiri oleh ribuan warga dari berbagai penjuru desa maupun wisatawan.

"Jadi mulanya, dari tradisi masyarakat suku Osing ada ritual tumpeng itu (Tumpeng Sewu) yang kemudian kita (Pemda Banyuwangi) branding sebagai festival kuliner setiap tahunnya," ungkap PLH Kepala Dinas Banyuwangi, Choirul Ridha saat wawancara melalui telepon dengan Liputan6.com, Rabu, 14 Juni 2023.

Choirul menyambung, setiap keluarga biasanya akan menyumbang satu tumpeng dan dikumpulkan menjadi banyak untuk disantap bersama-sama. Itulah alasan suku Osing menyebut tradisi itu Tumpeng Sewu. Sewu dalam bahasa Jawa berarti seribu yang merupakan ungkapan untuk jumlah yang banyak sekali.  

Selain Tumpeng Sewu, Pemerintah Daerah (Pemda) Banyuwangi juga memiliki festival kuliner sendiri yang dinamai Banyuwangi Kuliner yang disingkat Bakul. Temanya setiap tahun akan berbeda-beda dengan tujuan memperkenalkan makanan khas Banyuwangi ke khalayak awam agar mencobanya. 

Menurut Choirul, jika festival kuliner yang diadakan menggema, akan memantik wisatawan untuk datang langsung ke Banyuwangi sambil ikut berkunjung ke destinasi terkenalnya. Tentu Pulau Merah dan Kawah Ijen tak luput dari incaran turis saat datang ke Banyuwangi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Festival Kuliner Jadi Roda Penggerak Ekonomi

Sudah lebih dari satu dekade, Banyuwangi menggelar festival kuliner dengan tema berbeda. Seperti salah satunya, Festival Pasar Wisata Kuliner pada 2020 yang disambut warga dengan antusias.

Menurut Choirul, setelah konsisten menggelar festival kuliner, akhirnya acara serupa digelar masyarakat misalnya Pasar Malam saat malam mingguan. "Spending perputaran uangnya cukup tinggi (festival kuliner), karena orang selain datang ke destinasi jadi wisata kuliner juga," sebutnya. 

Penyelenggaraan festival kuliner itu melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan Dinas Koperasi di Banyuwangi, bukan hanya peran dan tanggung jawab Dinas Pariwisata Banyuwangi. Persatuan Hotel Seluruh Indonesia (PHRI) bahkan juga memberi andil dengan dampak langsung kegiatan dirasakan oleh mereka selain para pengusaha kuliner sebagai bintang utama.

Dengan keterlibatan PHRI, jumlah kunjungan wisata yang meningkat lewat kegiatan festival kuliner berpengaruh juga pada peningkatan okupansi hotel. "Kita pernah undang Chef Farah Queen dan Chef Juna ke Banyuwangi untuk acara kuliner dan melatih chef hotel kita di sini," kata Choirul lagi.

3 dari 4 halaman

Festival Kuliner untuk Menjaring Pengunjung Mal

Selain dalam skala daerah untuk memperkenalkan kulinernya, pengelola mal juga sering menyelenggarakan festival kuliner demi menarik kunjungan. Salah satu mal yang konsisten menggelar festival kuliner adalah Ciputra Mal dengan ajang Kampoeng Legenda. 

Kampoeng Legenda menjadi ajang untuk mempromosikan kuliner legendaris dengan membawa langsung dari daerah asalnya. General Manager Mal Ciputra Jakarta, Ferry Irianto mengatakan Kampoeng Legenda yang sudah digelar sejak 2016 terus mengangkat kuliner Nusantara supaya lebih dikenal masyarakat dan generasi muda.

"Kalau nggak dilestarikan, bisa diklaim negara lain atau punah di negeri sendiri," sebut Ferry melalui wawancara telepon dengan Liputan6.com, Kamis, 15 Juni 2023. 

Uniknya, festival kuliner Kampoeng Legenda di Ciputra Mal membawa langsung kuliner terkenal di daerah. Beberapa tahun lalu misalnya, pernah didatangkan menu legenda dari Asem-Asem Koh Liem dari Semarang yang sudah berjualan sejak 1970-an, dan Kupat Tahu Gempol dari Bandung yang sudah ada sejak 1960-an.

Sebenarnya Mal Ciputra Jakarta juga sempat membuat festival kuliner lainnya seperti Festival Kuliner Pecinan belum lama ini yang baru terselenggara selama dua tahun. Menurut Ferry, memang penyelenggaraan festival kuliner ditujukan untuk menggaet pengunjung mal. 

"Kenaikan pengunjung mal bisa sampai 5 hingga 10 persen daripada normal," kata Ferry. 

Dia pun tak terlalu berhap muluk menambah pengunjung lebih dari itu. Pihaknya lebih mementingkan agar saat pengunjung datang ke festival kuliner bisa leluasa menikmati kuliner yang ada atau tidak berhimpitan maupun dapat bergantian dengan pengunjung lain.

4 dari 4 halaman

Peruntungan UMKM dengan Ikut Festival

Menurut Ferry, mal akhirnya jadi fasilitator antara penikmat kuliner dan bisnis UMKM kuliner untuk mendapatkan ceruk pembeli. "Apalagi bagi warga Jakarta yang suka jalan-jalan, jadi kita coba angkat kuliner di destinasi yang belum sempat dikunjungi dan tetangganya Jakarta juga bisa datang ke sini," jelas Ferry.

Ia menyontohkan Bebek Sinjay asal Madura sempat dibawa langsung ke Kampoeng Legenda. "Dengan rasa yang sama karena penjualnya sama, tanpa harus jauh-jauh ke Madura," tukasnya.

Pihak mal menerapkan bagi hasil, bukan sewa tempat sehingga tidak memberatkan UMKM. Hal itu dilakukan lantaran respons dari setiap festival kuliner akan berbeda-beda. Jika hasilnya bagus, baru ada bagian untuk pihak pengelola mal. 

Adapun penyelenggaraan festival kuliner menurut Ferry juga memiliki tantangan. Salah satunya bagaimana pihaknya meyakinkan kepada pemilik usaha UMKM bahwa mereka bisa lebih berkembang lagi jika ikut festival kuliner karena tak hanya akan dikenal di daerah saja. 

"Mereka sudah cukup baik jualan di daerahnya tapi tidak ada salahnya juga mencoba peruntungan dengan ikut festival kuliner," tutup Ferry. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini