Sukses

Protes Wisuda Belum Ditanggapi Nadiem Makarim, Orangtua Sudah Mengeluh soal Aturan Usia Masuk SD Maksimal 11 Tahun

Orangtua murid baru-baru ini protes tradisi wisuda di jenjang TK sampai SD kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Keluhan itu belum ditanggapi, protes lainnya turut menggema yang menyebut bahwa aturan usia masuk SD maksimal 11 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Orangtua murid baru-baru ini protes tradisi wisuda di jenjang TK sampai SD kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Keluhan itu belum ditanggapi, protes lainnya turut menggema yang menyebut bahwa aturan usia masuk SD maksimal 11 tahun.

Deretan protes itu dilayangkan orangtua murid dengan membanjiri kolom komentar di salah satu unggahan Nadiem Makarim. Unggahan tersebut sebenarnya berisi video singkat apresiasi Nadiem pada seorang seniman yang diunggah pada Senin, 12 Juni 2023.

"Pak tolong lah pertanyaannya di perbaiki masa anak gue yg umur 7 tahun gk bisa masuk negeri gara" Ada anak yg umur nya 11 taun ngedaftarin dan kandidatnya sekarang tua tua pak, alhasil anak saya yg umur 7 th mental kebuang sedih deh kalo sistem nya begini katanya zonasi gue rumah deket sekolah umur 7 tahun lebih 1blan aja tetep gak dapat," tulis akun @momsenja6 dalam kolom komentar.

Protes senada juga disampaikan orangtua murid lain yang meminta mengubah syarat masuk SD. "Pak apa ga bisa diubah syarat masuk SD bukan umur yang dijadikan patokan?" tanya orangtua murid lain.

Ia menambahkan, "Daftar SD umur 7 tahun kepental sama yg umur 10-11 tahun, jaman skrg perusahaan maunya yg muda2, tp sekolah harus tua dlu biar bsa di negeri ga semua rakyat mampu di swasta pak."

Komentar lainnya juga bernada serupa yang meminta anak-anak lulusan TK usia 7 tahun tidak bisa masuk sekolah negeri. "karena kalah umur sama usia 9, 10, 11 tahun zonasi wilayah nya bagaimana masak kami yg sebelah SD aja kepental pental terus. Hayuk pak nadiem turun tangan, jangan biarkan terus2an begini," tulisnya.

"Karena banyak beranggapan makin tua umurnya makin bisa masuk SDN. Dan umur tua tidak menjamin anaknya bisa baca calistung," lanjut orangtua murid lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Minta Hapus Tradisi Wisuda TK sampai SMA

Wisuda jadi momen selebrasi yang menandakan seseorang telah menyelesaikan pendidikan. Namun, tak semua orangtua murid setuju dengan tradisi wisuda di jenjang TK sampai SMA dan memprotes hal tersebut ke Nadiem Makarim yang disampaikan orangtua murid melalui komentar di salah satu unggahan Nadiem. 

"Tolong Pak Nadiem sekarang dihapuskan acara Wisuda dari TK - SMA karena hanya memberatkan biaya para orangtua. Wisuda hanya untuk lulusan Universitas aja bukan dari TK," tulis akun @mikhaylaeka2023 di kolom komentar.

Ia melanjutkan, "Terus juga masuk SD jangan dipersulit kaya sekarang lah. Kembalikan kaya ke zaman dulu. Masuk SD, SMP, SMA Negeri berdasarkan nilai, bukan berdasarkan umur atau zona dulu. Orangtua jangan dibikin susah."

Warganet lain turut mengaminkan narasi tersebut. "Iya setuju, bun. Buang-buang duit. Waktu anak saya sekolah Tk bayar perpisahan (Rp)300 ribu, padahal nanti msuk SD harus bayar pendaftaran (Rp)600 ribu untuk biaya keprluan lain, mending uangnya buat makan," demikian balas warganet tersebut.

Balasan kembali hadir dari orangtua murid lain yang juga setuju untuk meniadakan tradisi wisuda TK sampai SMA. Ia berharap curahan hati para orangtua murid ini didengarkan Mendikbudristek Nadiem Makarim.

3 dari 4 halaman

Protes Hapus Tradisi Wisuda TK sampai SMA Dapat Banyak Dukungan

Warganet lain turut menuliskan, "Up" yang berarti memberi dukungan agar curhatan tersebut dibaca Nadiem Makarim. "Setuju enggak faedah, buang-buang duit. Mending duit buat ke jenjang berikutnya. Ya Allah musim susah malah tambah dibebani," kata warganet lain.

"Tolong hapuskan wisuda dari TK sampai SMA, hanya memberatkan orangtua, penyewaan gedung dibebankan ke orangtua, belum jalan-jalan perpisahaan sekolah ke Bali, ke Jogja, orangtua yang tidak mampu memaksakan agar mampu tuntutan dari sekolah yang ikut tour dan tidak harus bayar juga. Bagi orangtua yang tidak mampu sampai bela-belain pinjem duit ke tetangga sampai rentenir. Makasih pak," lanjut warganet lain.

Bukan hanya di Instagram Nadiem Makarim, protes juga dilayangkan pada Kemendikbud. Lewat unggahan di Facebook, seorang warganet menyoroti soal anak TK, SD, SMP hingga SMA yang harus mengikuti acara wisuda di hari kelulusannya. Salah satu tulisan itu diunggah di grup Facebook dengan nama "Lahm Marbun."

4 dari 4 halaman

Pinta Kemendikbud Agar Dibuat Untuk yang Lulus Kuliah Saja

Unggahan tersebut menuai berbagai komentar warganet. Lewat halaman Facebook tersebut, seorang warganet menceritakan keluh kesahnya karena harus mengikuti wisuda anak-anaknya dari jenjang TK sampai perkuliahan.

"Kembaikan wisuda hanya untuk yang lulus kuliah aja. TK, SD, SMP, SMA tidak perlu. Bikin Pusing orangtua aja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI," tulisnya pada Selasa, 13 Juni 2023.

Unggahan serupa juga dibagikan grup Facebook Dede Bayi pada 29 Mei 2023. "Kembalikan wisuda hanya untuk yang kuliah aja. TK, SD, SMP, dan SMA tidak perlu wisuda," tulis grup tersebut. Unggahan itu didukung sebagian besar warganet, meski ada juga yang tetap mendukung wisuda untuk siswa TK, SD, SMP, dan SMA.

"Iya wisuda nambah-nambahin beban ortu. Mana yang mikir wisuda mana yang mikir mau masukin sekolah, apalagi sekarang banyak biaya-biaya. Sama halnya juga pengadaan jalan-jalan yang dulu cuma wajib bagi kelas 6 SD, kelas 3 SMP, dan SMA, sekarang mah enggak mandang kelas lagi," komentar seorang warganet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.