Sukses

Cerita Akhir Pekan: Mengapa Gagal Mencari Pasangan Lewat Aplikasi Kencan?

Kasus gagal mencari pasangan di aplikasi kencan ini berbeda-beda, mulai dari ghosting, semata tidak berlanjut ke tahap selanjutnya, hingga yang paling malang: tertipu, bahkan kehilangan nyawa.

Liputan6.com, Jakarta - Di antara sejumlah cerita sukses menemukan pasangan di aplikasi kencan, kisah kegagalan mendapat kekasih secara online juga tidak sedikit beredar. Contoh kasus gagalnya berbeda-beda, mulai dari ghosting, semata tidak berlanjut ke tahap selanjutnya, hingga yang paling malang: tertipu, bahkan kehilangan nyawa.

Certified matchmaker and relationship coach, Zola Yoana, menyebut bahwa penyebab kegagalan online dating sebenarnya tidak berbeda dengan kencan secara langsung. "Itu kembali ke diri mereka. Balik lagi ke cara dua orang ini mencocokkan diri. Bukan karena tools (online atau offline)," sebutnya melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Kamis, 9 Februari 2023.

Terlebih, tidak ada "garansi keamanan" saat mencari pasangan melalui aplikasi kencan. "Screening dan segala macamnya dilakukan sendiri. Effort-nya lebih banyak (jika ingin mencari pasangan yang serius). Belum lagi potensi penipuan," imbuh Zola.

Bahkan ketika seseorang dikenalkan langsung dengan calon pasangannya, namun tidak tahu "bagaimana harus berkencan," itu juga berpotensi gagal, ucap Zola. Sementara, "ekspektasi digital" dikatakan relationship coach, Satria Utama, sebagai penyebab utama kegagalan mencari pasangan di dating apps.

"Fotonya enggak real, karena filter sekarang sudah canggih-canggih banget. Pas ketemu, 'Kok begini ya? Kok begitu ya?'" ia mengatakan melalui panggilan suara, Kamis, 9 Februari 2023. "Lalu, ada juga ketika ditelepon seru, eh pas ketemu garing. Jadi, 'ekspektasi digitalnya' tidak terpenuhi saat ketemu langsung."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Di-ghosting Teman Kencan Online

Ekspektasi juga, menurut Satria, jadi penyebab banyak pengguna aplikasi kencan di-ghosting teman kencan online mereka. "Misal, awal-awal balasnya cepat, baper dong. Tapi menurut klien gue yang cowok, mereka ini umurnya 25 tahun-an, perempuan dianggap punya 'game' sendiri dengan menunda-nunda balas chat," ia mengatakan.

Ekspektasi akan muncul dengan lebih intens ketika seseorang kesepian di keseharian, sebutnya. "Jadi, dia nih ngakunya di-ghosting, tapi mungkin teman chat-nya biasa aja. Memang tidak ada niat untuk intens. Perlu dipahami bahwa untuk lebih dekat dengan seseorang, kita pasti masuk friend zone dulu. Setelah itu, ada seleksi lagi, kira-kira bisa enggak nih (jadi pasangan)," ucapnya.

Stimulus sehari-hari, apakah melalui tontonan atau cerita dari orang sekitar, Satria menyebut, akan memengaruhi ekspektasi seseorang dalam menemukan pasangan. "Kisah romansa ini enggak selalu kayak cerita dongeng, enggak mirip kayak drakor, enggak begitu," katanya lagi.

Zola menambahkan bahwa dalam mencari pasangan di aplikasi kencan, "semua bisa terjadi," dan kesalahan dalam interaksi itu mungkin saja berbeda antara satu orang dengan yang lain.

3 dari 4 halaman

Mengubah Mindset

Kuncinya, Zola mengatakan, "jangan mengharapkan apapun." "Masuk aplikasi kencan atau medium online apapun, mindset-nya harus diganti jadi menemukan circle baru. Kalau ternyata oke, itu bonus. Karena itu, penting untuk tahu apa yang Anda mau dan tahu apa yang Anda butuhkan," katanya.

"Kalau misalnya masalah ghosting," ia menyambung. "Memang paling gampang dilakukan secara online. Saat di-ghosting, tidak perlu berpikir terlalu jauh, apalagi sampai menyalahkan diri sendiri. (Ghosting dilakukan) karena (apa yang terjadi) pada orang itu, bukan karena Anda."

Ia mengatakan bahwa tidak ada petunjuk mutlak untuk mengetahui orang serius mencari pasangan di aplikasi kencan. "Kalau ada yang ngomongnya merayu dari awal, itu sebenarnya red flag," sebutnya, menambahkan pertemuan jadi menentukan arah komunikasi tersebut.

"Petemuan ini bisa terjadi dengan syarat Anda merasa aman. Ingat, janjiannya harus di tempat ramai. Informasikan juga ke teman terdekat mau ketemu siapa, di mana, jam berapa. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ia menyarankan.

Sementara itu, "tanda bahaya" menurut Satria justru merujuk pada orang yang langsung menyebut ingin berhubungan serius melalui chat di aplikasi kencan. "Di situ, dia langsung to the point tentang apa yang dia mau, bukan memikirkan kita cocok enggak sih buat saling mengenal lebih jauh," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Perlu ke Relationship Coach?

Karena mencari pasangan di aplikasi online nyatanya juga tentang "menyaring" calon kekasih secara mandiri, Satria menyebut, penting untuk mengenal diri sendiri. Namun, karena pertanyaan sederhana ini bisa jadi sulit untuk sebagian orang, ada juga yang akhirnya memilih memakai jasa relationship coach.

"Nanti ada sesi ketemu, ngobrol. Dari situ, gue bakal tanya-tanya, mencari lukanya di mana, mengapa mereka sampai sulit mendefinisikan diri sendiri. Sebagai relationship coach, tugas gue adalah membuat mereka lebih kenal dengan diri sendiri. Setelah itu, mereka akan tahu orang seperti apa yang mereka mau sebagai pasangan," paparnya.

Memilih relationship coach yang kredibel, Zola menyebut, cara termudahnya adalah melihat jejak digital orang tersebut. "Banyak yang mengklaim diri sebagai relationship coach, tapi ada sertifikatnya atau enggak? Itu harus dilihat. Pun ada, harus dicek lagi, itu dari mana, legit atau enggak," sebutnya.

Selain, Zola juga merekomendasikan untuk memilih relationship coach berdasarkan jam terbang. "Sudah berapa lama berpraktik sebagai relationship coach," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.