Sukses

Daftar Negara Paling Berbahaya untuk Penerbangan di Dunia, Didominasi Negara Afrika

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi jatuhnya pesawat Yeti Airlines agaknya memberi pukulan yang amat mendalam bagi masyarakat di seluruh dunia, terutama untuk bidang penerbangan. Pesawat yang mengangkut 72 penumpang tersebut jatuh di Pokhara, Nepal Barat, usai melakukan penerbangan dari Kathmandu pada Minggu, 15 Januari 2023.

Tragedi itu merupakan kecelakaan pesawat terburuk di Nepal dalam tiga dekade terakhir. Dimana dari puluhan korban 53 penumpang pesawat merupakan warga Nepal asli, sementara sisanya adalah orang asing dari berbagai negara.

Jatuhnya pesawat Yeti Airlines juga menambah panjang daftar kecelakaan pesawat terbang yang terjadi di Nepal. Melihat dari tragedi tersebut, kemungkinan kematian dan cedera selama penerbangan komersial memang sangat jarang terjadi.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa maskapai atau negara tertentu punyai catatan keamanan udara yang berbeda-beda. Jika ditelusuri lebih lanjut, ternyata ada beberara negara di dunia yang memiliki daftar maskapai yang dinilai tidak aman oleh Uni Eropa (UE). Nepal termasuk salah satunya.

Nepal dianggap tidak memenuhi standar keselamatan Uni Eropa, Mereka pun masuk daftar sebagai negara paling berbahaya di dunia untuk penerbangan.  Menurut data yang diungkap Mirror belum lama ini, setidaknya ada 15 negara yang dinilai paling berbahaya untuk perjalanan udara di dunia. Sebagian besar negara-negara tersebut berada di Afrika. Berikut dafta lengkapnya.

1. Afghanistan

2. Armenia

3. Angola

4. Kongo

5. Republik Demokratik Kongo

6. Djibouti

7. Guinea Khatulistiwa

8. Eritrea

9. Kyrgyzstan

10. Liberia

11. Libya

12. Nepal

13. Sao Tome dan Principe

14. Sierra Leone

15. Sudan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kecelakaan Fatal

Uni Eropa juga melarang enam maskapai penerbangan tertentu dari bagian lain dunia. Maskapai itu adalah, Avior Airlines (Venezuela), Blue Wing Airlines (Suriname), Iran Aseman Airlines (Iran), Iraqi Airways (Irak), Med-View Airlines (Nigeria), dan Zimbabwe Airlines (Zimbabwe).

Negara mana saja bisa masuk dalam daftar tersebut jika standar keselamatan mereka tidak dianggap cukup tinggi oleh UE. Di Guinea Khatulistiwa misalnya, ada dua kecelakaan fatal yang dilaporkan pada tahun 2005.

Saat itu, 60 orang dilaporkan tewas dalam kecelakaan di Bandara Malabo, dan kecelakaan yang jauh lebih kecil terjadi pada 2008. Selain Guinea Khatulistiwa, 12 tahun yang lalu, semua maskapai penerbangan Afghanistan dilarang beroperasi di wilayah udara Eropa.

Hal itu karena negara tersebut dianggap gagal dalam membuat protokol keselamatan yang sesuai oleh Komite Keamanan Udara UE. Kemudian ada juga maskapai penerbangan Pakistan dilarang memasuki wilayah udara UE pada 2020 setelah Airbus A320 milik Pakistan International Airlines jatuh di pinggiran kota Karachi.

3 dari 4 halaman

Bisa Berganti

Namun larangan itu baru-baru ini dicabut. Jadi seiring berjalanya waktu daftar negara-negara berbahaya itu akan berganti-ganti. Hal ini bergantung pada catatan kemanan atau kecelakaan yang menimpa maskapai-maskapai di dunia.

Sementara itu, Nepal memiliki sejarah kecelakaan penerbangan yang fatal, seringkali disebabkan landasan pacu yang jauh dan perubahan cuaca yang tiba-tiba yang memicu kondisi bahaya. Kurangnya investasi untuk pesawat baru dan regulasi yang buruk disebut juga menjadi penyebab kecelakaan di masa lalu.

Selain itu, Nepal yang merupakan rumah bagi sejumlah gunung paling menakjubkan di dunia adalah medan yang paling sulit untuk dinavigasi. Mengutip dari laman resmi Aviation Nepal, Senin (16/1/2023), terdapat larangan untuk maskapai komersial menghindari jalur udara yang terbang langsung di atas Gunung Everest atau Himalaya secara keseluruhan.

Himalaya adalah rangkaian pegunungan yang merupakan puncak tertinggi di dunia, termasuk Gunung Everest. Pegunungan Himalaya memiliki ketinggian lebih dari 20.000 kaki, dengan Gunung Everest sebagai gunung tertinggi di seluruh dunia, berdiri setinggi 29.037 kaki di atas permukaan laut.

 

4 dari 4 halaman

Gunung Everest

Sebagian besar maskapai penerbangan terjadwal menghindar mengambil rute terbang di atas Gunung Everest. Pasalnya, pesawat jet terbang optimal di ketinggian 35.000 hingga 40.000 kaki, sedangkan ketinggian Gunung Everest berada di dalam ketinggian jelajah pesawat jet.

Untuk memastikan jarak aman di atas Pegunungan Himalaya, pilot diharuskan terbang ke bagian bawah stratosfer. Berdasarkan suhu, stratosfer terletak di atas cuaca bumi yang tingkat udaranyanya sangat rendah. Kadar oksigennya juga tipis.

Penjelasan lain mengapa terbang di kawasan ini begitu berisiko adalah karena saat udara kurang padat pada ketinggian tertentu. Akan tiba saatnya udara yang cukup tidak dapat melewati mesin dan tidak ada cukup tenaga yang dihasilkan untuk menaiki pesawat tidak ada dorongan yang cukup.

Terbang di Everest berarti tingkat oksigennya berkurang. Kondisi itu dapat menyebabkan hipoksia, karenanya kesadaran situasional yang tidak memadai dari penumpang dan anggota awak. Kadar oksigen rendah dapat memicu turbulensi udara. Turbulensi menjadi sumber utama kecemasan dan ketidaknyamanan bagi penumpang udara.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.