Sukses

Jepang Wajibkan Pelancong dari China Daratan Jalani Tes Covid-19

Langkah Jepang yang mewajibkan seluruh pelancong yang tiba dari China daratan untuk menjalani tes Covid-19 ditanggapi negatif oleh Tiongkok.

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan negaranya akan memperketat kontrol terhadap para pelancong yang tiba dari China pada pekan ini. Hal itu menyusul meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 secara drastis di negeri tirai bambu.

Mulai Jumat, 30 Desember 2022, Jepang akan mewajibkan seluruh pelancong dari China daratan untuk menjalani tes Covid-19 saat kedatangan. Aturan juga berlaku bagi mereka yang mengunjungi wilayah China daratan dalam kurun waktu tujuh hari terakhir.

Dikutip dari Kyodonews.net, Selasa (27/12/2022), Kishida menyatakan siapa pun yang dinyatakan positif Covid-19, wajib menjalani karantina selama tujuh hari.

Pemerintah juga mengatakan akan membatasi keberangkatan dan kedatangan penerbangan langsung yang menghubungkan Jepang dengan China daratan, Hong Kong, dan Makau ke empat bandara internasional, yakni Narita, Haneda, Kansai, dan Chubu. Ia juga meminta maskapai untuk tidak meningkatkan frekuensi penerbangan mereka.

Langkah-langkah itu diambil sehari setelah China menyatakan akan membuka kembali perbatasan internasionalnya pada 8 Januari 2022. Mereka juga akan mencabut kewajiban karantina bagi pelancong dari luar negeri yang dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi virus.

"Kekhawatiran telah berkembang di Jepang karena sulit untuk memahami situasi terperinci di China," kata Kishida, mengutip kesenjangan jumlah kasus virus yang dirilis oleh pemerintah dan sektor swasta. Ia menambahkan, langkah sementara itu bertujuan untuk menghindari "masuknya cepat" pasien virus ke Jepang.

Pemerintah, sambung dia, akan mengambil pendekatan fleksibel seraya mempertimbangkan situasi Covid-19 di Tiongkok. "Kami akan berhati-hati untuk tidak menghentikan laju internasional orang-orang," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Reaksi China

China menanggapi pengumuman Kishida dengan tajam dengan menekankan bahwa langkah yang diambil itu dapat menghentikan pergerakan orang antara kedua negara.

"China percaya bahwa tindakan pencegahan epidemi harus ilmiah dan moderat dan tidak boleh mempengaruhi pertukaran personel normal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin dalam konferensi pers di Beijing.

Sejak Desember 2022, China secara drastis melonggarkan beragam pembatasan untuk menekan penyebaran virus corona baru, termasuk tidak lagi membatasi mobilitas warga. Negara itu juga berhenti menghitung jumlah pasti pasien. Namun, keputusan itu berdampak pada lonjakan kasus positif di seluruh negeri.

Dikutip dari laman Straits Times, pusat manufaktur dan teknologi timur Provinsi Zhejiang memperkirakan sekarang satu juta kasus COVID-19 terjadi setiap hari. Angka itu berpotensi dua kali lipat dua minggu dari sekarang, sebelum menjadi moderat pada Januari 2023, kata pejabat setempat pada pengarahan pada Minggu, 25 Desember 2022.

 

3 dari 4 halaman

Puncak Covid-19

Kota Zhengzhou di China tengah, yang dikenal sebagai "kota iPhone" karena merupakan basis manufaktur utama Apple, memprediksi puncaknya pada pertengahan Januari. Provinsi Shandong dan Hubei juga mengantisipasi lonjakan sekitar waktu yang sama, menurut laporan setempat.

Negara itu mungkin telah melihat infeksi harian hampir 37 juta kasus dalam satu hari minggu lalu, menurut perkiraan Komisi Kesehatan Nasional. Jika akurat, angka tersebut akan melampaui rekor global harian sebelumnya sekitar 4 juta, yang ditetapkan pada Januari 2022. Di luar kota-kota besar China, virus ini menyebar ke kota-kota kecil dan daerah pedesaan.

China telah berhenti menerbitkan data harian COVID-19. Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi mempublikasikan data setiap hari mulai Minggu, 25 Desember 2022.

China juga menangguhkan sebagian besar tempat pengujian COVID-19 publik. Itu berarti tidak ada ukuran publik yang akurat tentang skala infeksi di seluruh negeri. Langkah ini menambah kekhawatiran bahwa pemerintah Tiongkok mungkin menyembunyikan informasi negatif tentang pandemi setelah pelonggaran pembatasan. 

4 dari 4 halaman

Cabut Aturan Karantina

China akan mencabut kewajiban karantina bagi semua pelancong internasional setelah otoritas kesehatan negara itu mengumumkan kebijakan baru tersebut akan mulai berlaku pada 8 Januari 2022. China juga akan mencabut semua pembatasan perjalanan terkait pandemi Covid-19 untuk semua pelancong, termasuk karantina untuk pasien positif dan pelacakan kontak.

Dikutip dari CNN, Selasa (27/12/2022), otoritas mengatakan kebijakan baru itu merupakan bagian dari cara baru China untuk mengelola Covid. China menurunkan penanganan Covid menjadi 'penyakit Kelas B' yang tidak terlalu ketat, dalam kategori yang sama dengan penyakit demam berdarah. China juga akan menyebut Covid sebagai 'infeksi', bukan 'pneumonia'. Perubahan itu 'lebih sesuai dengan karakteristik dan tingkat bahaya penyakit ini saat ini', kata Komisi Kesehatan Nasional dalam sebuah pernyataan.

"Varian Omicron yang kurang mematikan telah menjadi jenis dominan SARS-Cov-2, dan hanya sejumlah kecil kasus yang berkembang menjadi pneumonia," kata NHC dalam sebuah pernyataan, Senin, 26 Desember 2022.

Pelancong tetap wajib menjalani tes Covid sebelum tiba di China, tetapi mereka tidak lagi harus menyerahkan hasilnya kepada kedutaan besar atau konsulat China dan mendaftar untuk mendapatkan kode. Mulai 8 Januari 2022, para pelancong dapat menjalani tes Covid dan melampirkan hasilnya sebelum mereka menaiki pesawat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.