Sukses

Cerita Akhir Pekan: Masa Depan Material Bangunan Ramah Lingkungan

Prinsip keberlanjutan bisa diterapkan saat mendesain bangunan, termasuk rumah pribadi. Salah satunya dengan menggunakan material yang ramah lingkungan. Bagaimana cara mengaplikasikannya?

Liputan6.com, Jakarta - Prinsip keberlanjutan lingkungan bisa diterapkan di semua aspek kehidupan, tak terkecuali di rumah. Anda bisa memulainya dari pemilihan material bangunan yang ramah lingkungan. Lalu, apa sebenarnya material ramah lingkungan yang dimaksud?

Desainer interior Ary Juwono membaginya ke dalam tiga kategori besar. Pertama adalah yang berbahan dasar dari alam, seperti kayu, batu alam, batu bata, dan ubin terakota. Kedua adalah yang berbahan daur ulang, seperti penggunaan kembali materi bekas, baik kayu, batu bata maupun batu alam yang pengadaannya dari bekas pembongkaran bangunan lama.

"Yang terakhir, bahan bangunan yang dibuat melalui proses fabrikasi dari material yang membutuhkan waktu sangat panjang untuk menghancurkannya, seperti sampah plastik atau kaca. Dalam hal ini, fungsi fabrikasi adalah untuk menjadikannya benda berbeda dari aslinya, seperti menjadikan bata dari plastik, dinding botol, dan lain-lain," ia menguraikan kepada Liputan6.com melalui aplikasi pesan, Kamis, 22 Desember 2022.

Selain kategori material, sumber pengadaan bahan bangunan juga harus diperhatikan. Tak selalu bahan dari alam dikatakan ramah lingkungan, terutama bila didatangkan dari jauh, apalagi sampai memesan dari luar negeri. Itu lantaran penyediaannya menghasilkan jejak karbon yang tinggi.

"Makanya, wong sugih sugih yang membungkus rumahnya dengan marmer, kayu dari luar negri sebenarnya sama sekali nggak ramah lingkungan," imbuh Ary.

Sejauh ini, ia melihat tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengaplikasikan prinsip ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat membangun rumah, terbilang masih rendah. Dengan tingkat pendidikan yang belum merata, ia menilai masyarakat masih mengejar status 'mampu' dengan cara instan. 

"Rasanya masih butuh waktu lama menuju era sadar menggunakan material ramah lingkungan, walau sudah ada yang memulainya ya," ucap dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fabrikasi dan Non-fabrikasi

Mendaur ulang bahan bekas sebagai elemen bangunan merupakan salah satu yang dianjurkan. Ary lebih menganjurkan daur ulang yang 'memanfaatkan kembali' dalam bentuk yang masih sama. Hal itu bisa menekan biaya karena tidak perlu melewati fabrikasi.

"Harga bisa lebih mahal karena untuk menggunakan barang daur ulang tentunya dibutuhan finishing ulang yang sesuai dengan standar sekarang, tapi akan lebih murah kalau daur ulangnya tidak melalui fabrikasi lagi," ia menyambung.

Namun, kedua tipe material daur ulang itu memiliki fungsi berbeda. Ia mengarahkan agar material tanpa proses fabrikasi untuk digunakan di bagian interior, sedangkan material yang sudah melalui fabrikasi bisa untuk eksterior.

Material yang difabrikasi sejauh ini sudah bisa menggantikan sejumlah bahan bangunan. Contohnya adalah bata dari sampah plastik yang dipadatkan, botol kosong sebagai alternatif dinding, dan genteng dari sampah plastik yang melalui proses peleburan dan pencetakan, dan paving block yang terbuat dari sampah plastik.

"Yang belum bisa digantikan oleh material daur ulang dalah besi atau baja untuk rangka bangunan," ujarnya.

 

Salah satu perusahaan yang merintis produksi bahan bangunan hasil daur ulang sampah, khususnya sampah plastik adalah Rebricks. Sejak 2019, perusahaan yang berpusat di Jalan Ciputat Raya No 79 Ciputat, Tangerang Selatan itu mengolah sampah plastik tertolak untuk menjadi beberapa material bangunan. Sampah didapat dari perusahaan maupun individu yang mengirim langsung ke mereka.

"Misalnya, multilayer plastik yang biasanya tidak diterima oleh pengepul," kata Novita Tan, Chief Executive Officer.

 

3 dari 4 halaman

Sejajar dengan Produk Konvensional

Sejauh ini, ada tiga produk utama yang sudah dihasilkan, yakni hollow block (semacam hebel), paving block, dan rooster. Masing-masing produk dirancang agar kualitas dan harganya bisa sejajar dengan produk konvensional. Dengan begitu, makin banyak individu yang beralih dan berpartisipasi dalam menekan jumlah sampah terbuang.

"Untuk paving block daya tahannya mencapai 250 kg/cm2... Kalau hollow block mencapai 50 kg/cm2. Itu overqualified karena batako sebenarnya enggak butuh kuat tekan segitu bagus karena nanti juga akan diplester lagi. Harganya jadi agak mahal, tapi bersaing," ia menerangkan.

Bukan sekadar klaim, pihaknya juga menggunakan pihak ketiga untuk mendapatkan sertifikasi pengakuan kualitas. Salah satunya mendapat sertifikasi non-combustible dari B4T Kemenperin yang menandakan produk tidak mudah terbakar meski berbahan baku plastik. Mereka juga memperoleh sertifikasi oil-wet ramp test untuk menguji keamanan produk digunakan di luar ruang.

"Kita dapat kategori R12, itu artinya bisa digunakan untuk apapun, juga di rumah sakit," Novi menjelaskan. 

Sementara, rooster yang berfungsi sebagai lubang angin sekaligus mempercantik ruangan tidak memerlukan tes tertentu. Hanya saja perlu banyak opsi desain untuk memberi pilihan bagi konsumen.

"Saat ini lebih banyak individu yang percaya sama produk kita dibandingkan developer besar... Tapi, kita berkolaborasi dengan beragam pihak, seperti dengan Habitat for Humanity. Kita akan membuat 1000 rumah yang dimulai di bulan November. Kita gunakan konsep smart houe untuk rumah yang termarjinalkan," sambung Novi.

Riset dan inovasi terus diintensifkan agar komponen sampah yang dipakai dalam produk-produk itu bisa lebih banyak. "Kalau sekarang masih 20 persen. Kita research supaya bisa naik jadi 40 persen. Januari akan keluar hasilnya. Mudah-mudahan bisa dinaikkan," ujarnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Masih Niche

Beda cerita dengan sampah yang digarap Conture Concrete Lab. Perusahaan yang berbasis di Bandung itu memanfaatkan sampah puntung rokok, limbah masker sekali pakai, dan berbagai sampah residu untuk dimanfaatkan sebagai material produk interior. Mereka bekerja sama dengan Parongpong meneliti hal itu.

"Belakangan banyak desainer dan arsitek concern terhadap pengolahan sampah dan keberlanjutannya dengan melakukan pengembangan material baru. Ini harusnya menjadi masa depan yang baik demi perkembangan dan kemajuan bangsa kita terkait limbah-limbah yang ada di sekitar kita," kata Febrian kepada Liputan6.com, dalam kesempatan berbeda.

Ia akui sampah yang ada, termasuk puntung rokok, belum sepenuhnya bisa menggantikan material virgin. Komponen sampah yang digunakan dibandingkan campuran lainnya seperti semen, air, dan kerikil, masih belum dominan. Meski begitu, langkah kecil tersebut dinilainya sebagai pertanda baik.

"Akan pedulinya kita terhadap masalah lingkungan sekitar kita. Banyak konsumen yang mau menggunakan produk dengan material baru ini merupakan bentuk apresiasi terbesar buat kami para material desainer yang ada di Indonesia," ia menyambung.

Conture saat ini memfokuskan target pasar pada segmen menengah ke atas. Strategi itu diambil lantaran harga yang ditetapkan tidak bisa dibilang murah. "Kapasitas pengolahan sampahnya 3--6 ton per bulan tergantung jenisnya. Kalau untuk produk, order based," ujarnya. Produk yang dihasilkan Conture saat ini mulai dari kursi, meja, hingga pot yang memanfaatkan bahan beton dimodifikasi.

Meski begitu, ia berharap pemerintah berperan lebih besar untuk mendorong pemanfaatan material alternatif di eksterior dan interior rumah. Dukungan bisa diberikan lewat iklim usaha yang memadai bagi para peneliti maupun praktisi yang bergerak di bidang penelitian material baru, tanpa mengabaikan sampah sebagai sumber masalah utama.

"Semakin banyaknya material desainer yang melahirkan material baru, kami semua berlomba-lomba menghasilkan yang terbaik, mempersiapkan produk dan material yang siap bertanding dengan kualitas secara global... Tapi jika ingin ekonomis, peran pemerintah menjadi salah satu alasan," ucap Febrian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.