Sukses

Kapten Timnas Swiss Hormati Larangan Soal LGBT di Piala Dunia Qatar 2022

Menurut kapten Timnas Swiss, Granit Xhaka, negaranya datang ke Piala Dunia Qatar bukan untuk membahas soal LGBT.

Liputan6.com, Jakarta p- Polemik soal LGBT masih bergulir di Piala Dunia Qatar 2022. Sejumlah pemain pun mulai mengemukakan pendapat pribadi mereka, salah satunya kapten tim nasional Swiss, Granit Xhaka.

Berbeda dengan kebanyakan pemain Eropa lainnya, Granit Xhaka justru menegaskan bahwa timnya tidak akan mengikuti jejak Timnas Jerman dengan melakukan protes terkait larangan LGBT tidak boleh datang menyaksikan Piala Dunia 2022 Qatar.

Panitia penyelenggara Piala Dunia dan FIFA telah memberikan larangan ketat terkait penggunaan ban kapten yang bertulisan 'One Love'. Pasalnya hal tersebut sangat bertolak belakang dengan pemerintahan Qatar.

One Love itu sendiri merupakan salah satu kampanye untuk menyuarakan kebebasan bagian komunitas LGBT.  Seperti diketahui, bahwa sebelum pertandingan dimulai saat menghadapi Jepang. Pada saat sesi foto bersama Timnas Jerman melakukan pose tutup mulut sebagai salah satu kritikan terhadap FIFA dan Pemerintah Qatar.

Timnas Jerman menjadi salah satu negara yang bermain di Piala Dunia yang gencar menyuarakan kebebasan bagi komunitas LGBT untuk menyaksikan Piala Dunia 2022 Qatar secara langsung ke stadion.  Dilansir dari Sport NDTV, Kamis 24 November 2022, saat timnas Swiss akan menghadapi Kamerun pada hari ini, Xhaka tidak akan menggunakan ban kapten bertulisan 'One Love'.

Pemain klub Arsenal tersebut akan menghormati segala keputusan FIFA dan pihak penyelenggara.  "Saya rasa kami tidak perlu melakukan hal apapun. Kita harus menghormati aturan dan kami hanya fokus pada tim. Kami datang kesini hanya untuk bermain sepakbola," ucap Xhaka yang merupakan seorang muslim.

Pemain berusia 30 tahun itu pun membuktikan ucapannya. Saat menghadapi Kamerun yang berakhir untuk kemenangan Swiss 1-0, Granit Xhaka hanya memakai ban kapten biasa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hugo Lloris Hormati Qatar

Pendapat dan aksi senada juga datang dari penjaga gawang sekaligus kapten timnas Prancis, Hugo Lloris. Ia mengonfirmasi bahwa dirinya tidak akan mengenakan ban kapten pelangi selama Piala Dunia di Qatar.

Lloris sebelumnya menolak keras untuk mengatakan apakah dia akan berpartisipasi dalam inisiatif untuk mendukung kampanye OneLove selama satu musim untuk mempromosikan dengan cara menampilkan ban kapten bergambar hati warna-warni di lengan simbol LGBT. "Saya sudah sangat jelas tentang ini dan saya tidak ingin menambahkan apa pun," kata Hugo Lloris dalam wawancara dengan AFP, dikutip dari Doha News, Kamis (17/11).

Selanjutnya, Lloris meminta kepada rekan-rekannya maupun pihak lain untuk menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumah Qatar. Ibaratkan orang asing datang mengunjungi Prancis dengan berbagai tujuan, maka para pendatang ini wajib mematuhi serta menghormati aturan yang telah berlaku di Prancis.

"Ketika kami menyambut orang asing, kami sering meminta mereka mengikuti aturan kami, untuk menghormati budaya kami. Karena itu, saya akan melakukan hal yang sama ketika saya pergi ke Qatar. Sesederhana itu," ujar Lloris.

Meski begitu, Qatar memang telah melarang aktivitas-aktivitas promosi OneLove sebelum Piala Dunia 2022 digelar. Lalu, negara Timur Tengah sudah menerapkan sistem syariat Islam dari dulu sehingga mengharamkan LGBT.  Namun anehnya lagi, bagi penggiat LGBT peraturan tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

3 dari 4 halaman

Jadi Sorotan Dunia

Pada September 2022, dengan diwakili oleh Hugo Lloris dan kapten Timnas Inggris Harry Kane, mereka termasuk kapten dari 10 negara Eropa  yang mendeklarasikan untuk tak mengenakan ban kapten beraneka warna atau pelangi di Qatar.

Sebab, homoseksualitas adalah perilaku yang menyimpang dan ilegal. Namun, badan sepak bola dunia FIFA belum memberikan dukungannya terhadap inisiatif tersebut.

Qatar dikenal sebagai salah satu negara timur tengah yang kental dengan unsur Islamnya.  Aturan serta larangan Qatar terkait penggunaan atribut LGBT pun menjadi sorotan dunia.  Simak kontroversi atribut LGBT berikut yang terjadi selama perhelatan Piala Dunia dalam seminggu terakhir, dilansir dari kanal Citizen6 Liputan6.com.

1. Ancaman Kartu Kuning Bagi Pemain yang Melanggar

Para kapten timnas dari Eropa seperti Inggris, Wales, Belanda, Swiss, Belgia, Jerman, dan Denmark tidak akan mengenakan ban kampanye LGBT bertuliskan 'One Love' selama acara berlangsung usai peraturan terbaru FIFA dikeluarkan.  FIFA menjelaskan bahwa nantinya akan ada ancaman pemberian kartu kuning bagi para kapten timnas apabila tetap melanggar peraturan yang telah dibuat oleh asosiasi sepak bola tersebut pada Senin, 21 November lalu.

Peraturan FIFA yang ternyata diubah secara mendadak sebelum kick-off dimulai ini rupanya menuai kekecewaan dari Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB).  Dilansir Channel News Asia, pihak KNVB mengatakan, "Ini benar-benar bertentangan dengan semangat olahraga kita, yang menyatukan jutaan orang," ujar federasi tersebut pada Selasa kemarin.

Pihak FIFA mengatakan bahwa mereka akan memberikan kartu kuning apabila kapten timnas Belanda, Virgil van Dijk, tetap mengenakan atribut kampanye One Love LGBT pada ban kapten miliknya selama jalannya pertandingan.

4 dari 4 halaman

2. Komentator Jerman Pakai Atribut LGBT

Seorang komentator sepak bola asal Jerman, Claudia Neumann, menjadi viral usai dirinya mengenakan atribut yang berkaitan dengan LGBT saat pertandingan Amerika Serikat vs Wales.  Dikutip dari DW Sports pada Selasa, 22 November 2022, Neumann dalam fotonya terlihat mengenakan baju berwarna hitam dengan gambar bendera LGBT di bagian depannya.

Tak hanya mengenakan baju bergambar bendera LGBT, Neumann pun mengenakan ban kapten yang berwarna khas bendera LGBT ( warna pelangi). Tentu saja aksi Neumann ini menuai kontroversi dari warganet di Twitter.

3. Denmark Batal Tinggalkan FIFA

Masih memiliki keterkaitan dengan pemberian sanksi berupa kartu kuning pada 7 kapten timnas yang memaksa untuk pakai ban kapten yang berwarna pelangi khas LGBT, pihak timnas Denmark pun tak tinggal diam atas keputusan tersebut.

Dikutip dari Footbal365, Moller mengatakan, "Sudah ada pembahasan ‘apakah ada dasar hukum pemberian kartu kuning?’ dan ternyata ada. Penaltinya bisa berupa kartu kuning, kapten tidak masuk ke lapangan atau dia diberi larangan."

Mengenai keputusannya untuk meninggalkan FIFA, Moller mengungkapkan bahwa pihak timnas Denmark tengah menimbang keputusan akhir.  Namun menurut Moller, timnas mungkin tidak akan meninggalkan FIFA dan memilih untuk mengembalikan kepercayaan pada FIFA serta mengevaluasi apa yang telah terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.