Sukses

Menikmati Keindahan Alam NTT di Masa Pandemi

NTT adalah kawasan penuh destinasi wisata yang tak kalah indahnya dari Bali maupun daerah lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Dua tahun lebih terkendala langkah dan terkungkung cemas akibat pandemi COVID-19, wajar manakala angka kasus aktif, angka konfirmasi kasus dan tingkat keterisian rumah sakit yang terus turun pun direspons warga dengan kembali beraktivitas ke tingkat yang mendekati normal. Termasuk aktivitas pariwisata yang mulai meningkat.

Dibalik semua itu ternyata ada sinergi yang kuat antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan jajaran terkait lainnya. Karenanya, geliat pariwisata pun menjadi angin segar bagi para pelaku bisnis wisata, pengrajin dan masyarakat yang berdomisili di kawasan wisata di Indonesia.

Bagaimana tidak, meraih kembali peluang pendapatan dan pengembangan usaha seperti menjadi cahaya terang dari kelesuan bisnis pariwisata akibat terdampak dari pandemi COVID-19.

Misalnya Bali sebagai destinasi wisata utama. Secara akumulatif, jumlah wisman ke Bali pada Januari-Agustus 2022 naik 2.080 persen jika dibandingkan dengan periode Januari-Agustus 2021 yang hanya tercatat 43 kunjungan.

“Boleh dibilang, Bali telah kembali kepada track-nya sebagai garda depan pariwisata Indonesia,” kata Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjokorda Bagus Pemayun, beberapa waktu lalu. Sebenarnya bukan hanya Bali yang telah siap untuk kembali berlari. Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah kawasan penuh destinasi wisata yang tak kalah indahnya.

Siapa bisa memicingkan mata akan Labuan Bajo? Turis mana yang akan mengabaikan eksotiknya Taman Nasional Komodo, Kampung Budaya ‘Compang To’e Melo’, Danau Kelimutu yang bisa bersalin rupa dalam tiga warna?

Atau datanglah ke Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan jelajahi semua harta karun pariwisata yang masih tersembunyi dan belum banyak didatangi. Kunjungi dan nikmati semua yang unik di Danau Nausus yang eksotis.

Semua itu dimungkinkan karena adanya sinergi yang kuat antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Keduanya terus memberikan dorongan, yakni menggenjot pariwisata di satu sisi, tanpa melupakan protokol kesehatan, dengan mensyaratkan kelengkapan vaksinasi, melakukan screening test antigen dan PCR, serta melaporkan status kesehatan dan perjalanan melalui aplikasi Peduli Lindungi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akses Vaksinasi

Optimisme itu memang sempat terganggu manakala terjadi lagi sedikit kenaikan angka kasus COVID-19 akibat munculnya sub-varian baru, Omicron XBB. “Namun, meski tingkat penyebaran subvarian XBB tergolong cepat, tingkat fatalitasnya tidak tinggi,” kata Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril. Dengan kata lain, meski sedikit pun kita tidak boleh mengendorkan kewaspadaan, kecil kemungkinan kondisinya akan sedarurat di dua tahun lalu.

Semua itu dimungkinkan dengan kian baiknya akses vaksinasi di NTT. Tidak hanya program regular yang juga dilakukan di wilayah lain, untuk Indonesia Timur, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes menjalin kerja sama dengan The United States Agency for International Development (USAID) dengan menggelar program “Breakthrough ACTION for COVID-19”, yang berlangsung sejak Desember 2021 hingga akhir November 2022.

Program ini bertujuan meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 dengan melibatkan masyarakat selama masa kampanye, khususnya kelompok masyarakat rentan sepertiLansia dan masyarakat secara umum untuk dapat melengkapi dosis vaksinasinya.

“Warga sangat antusias mengikuti program ini,” kata Kepala Seksi Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, I Made Sumiarta. “Hal itu ditunjukkan dengan minat masyarakat untuk vaksinasi 1, 2 dan booster yang umumnya di atas 90 persen.”

Menurut Made, dengan peluang tersebut Dinas Kesehatan tengah mengupayakan strategi untuk menghadapi persiapan liburan akhir dan awal tahun yang pasti akan dipenuhi para pelancong.

3 dari 3 halaman

Sertifikat CHSE

Senada dengan Made, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF), Shana Fatina, tidak hanya optimis dengan perkembangan terakhir kepariwisataan tersebut. Ia juga bangga bahwa tingkat kesiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk mengamankan pariwisata dengan vaksinasi dan menaati protokol kesehatan di Labuan Bajo khususnya dan NTT pada umumnya, sudah jauh lebih baik.

Kolaborasi lintas sektor dalam vaksinasipun terus digalakan. Hingga kini tercatat sebanyak 133 unit usaha di NTT yang tersertifikasi CHSE, dimana 58 di antaranya ada di Kabupaten Manggarai Barat, dan terus bertambah. Kesiapan tim medis dan fasilitas kesehatan juga terus ditingkatkan, bahkan di 2023 RSUD Komodo ditargetkan untuk naik kelas menjadi kelas A.

Direktur Manajemen Investasi, Deputi bidang Industri dan Investasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dr. Zulkifli Harahap menambahkan, “Diperlukan kolaborasi semua pihak untuk mendukung iklim investasi pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya di Labuan Bajo sebagai world class premium destination. Sehingga membuka lapangan kerja berkualitas dan dapat menumbuhkan perekonomian”.

Selain itu, ada baiknya mencermati wanti-wanti Menparekraf, Sandiaga Uno, yang ia sampaikan melalui Instagram-nya belum lama ini. “Mau sukses di masa pandemi?” tanya Sandiaga, pada 9 November lalu. “Kuncinya harus mampu berinovasi dan beradaptasi. Ubah strategi, jangan hanya wait and see. Jika tidak, bukannya selamat justru semakin sekarat.”

Selama pandemi, Bali dan NTT tak pernah berdiam diri. Semua itu membuat peluang keduanya untuk memanen usaha di masa-masa datang menjadi kian pasti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.