Sukses

Cerita Akhir Pekan: Bahan Baku Jamu Bisa Sepenuhnya Lokal?

Menjaga eksistensi jamu nyatanya tidak semata ketersediaan produk, namun juga memberdayakan UMKM dan petani lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Menambah umur eksistensi jamu berarti harus menjaga banyak faktor. Salah satu yang krusial adalah memastikan keberlangsungan rantai pasokan bahan baku minuman tradisional itu, yang umumnya terdiri dari berbagai macam rempah dipercaya berkhasiat untuk kesehatan tubuh.

Pertanyaannya, apakah mungkin bahan baku jamu sepenuhnya lokal? Co-owner the jamu BAR dan Nona Kalani's, Vanessa Kalani, menyebut bahwa pihaknya percaya dengan bahan baku lokal. "Kami bekerja dengan para petani lokal yang dikenal dengan kualitas mutu dan proses pengolahan yang terjamin sejak 1940-an," ia mengatakan melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 9 September 2022.

Ia menyambung, "Dari awal buyut kami telah memilih rempah lokal dan menggunakan hasil bahan-bahan alam dari tanah kita sendiri. Jadi, kalau buyut dan penjajah kita dari dulu percaya dengan khasiat rempah lokal, mengapa kita harus beralih ke negara tetangga?"

"Indonesia sudah terbukti mempunyai kekayaan alam yang sangat besar," tuturnya. "Justru negara lain yang mengincar bahan baku Indonesia lho. Sayang sekali kalau tidak kita jaga, lestarikan, dan maksimalkan."

Kendati, diakui Vanessa, ada beberapa produk mereka, seperti Matcha Latte Ginger yang mencari sumber matcha dari negara lain. "Ini pun kami sangat selektif," ucapnya.

Demi menjaga rantai pasokan bahan baku jamu, mereka merekrut petani binaan dan menjaga kerja sama dengan supplier yang sudah lama bermitra. Narasi serupa pun diungkap direktur PT Mustika Ratu Tbk, Kusuma Ida Anjani.

Perempuan yang akrab disapa Ajeng ini menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan 100 persen bahan baku lokal dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKMK) dan petani binaan yang memiliki kualitas sesuai kebutuhan dan standar Mustika Ratu. "Bahan baku tersebut, sebelum memasuki tahap produksi, akan dikurasi melalui quality qontrol (QC) yang ketat," tegasnya melalui teks, Jumat, 9 September 2022.

"Bahan baku yang telah dikurasi dan lolos QC selanjutnya menuju bagian produksi untuk diproses sesuai standar international ISO 9001, ISO 14001, GMP menggunkan teknologi yang modern," ia mengutarakan. "Produk-produk Mustika Ratu terjamin aman dan sehat karena tanpa menggunkan bahan kimia dan halal."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Relevan dengan Konsumen

Di samping bahan baku, sebagaimana produk lain, jamu juga harus tetap relevan dengan konsumen masa kini, tanpa menghilangkan akar tradisi dalam perkembangannya. Berasal dari resep DR. BRA. Mooryati Soedibyo, seorang puteri keturunan keraton Surakarta yang juga pendiri PT Mustika Ratu Tbk, perusahaan itu telah mengemas tanaman obat jadi minuman jamu ready to drink. 

Inovasi lainnya adalah Jejamu by Mustika Ratu, yang mana jamu disajikan melalui pop up bar maupun kafe. Di sana, mereka menyajikan berbagai jenis minuman jamu fusion tanpa menghilangkan efikasi dari resep warisan. Ajeng menyabut, "Jejamu lahir dengan tujuan memperkenalkan gaya hidup sehat jamu ke generasi muda dan mematahkan stigma bahwa jamu itu selalu pahit atau terkesan kuno."

"Jejamu dibuat menggunakan bahan rempah-rempah asli terpilih yang dikombinasikan dengan berbagai bahan lain, baik buah, susu, bahkan kopi yang kemudian menciptakan rasa yang sangat unik dan enak," imbuhnya.

Ajeng menyambung, "Kemasan, tampilan, dan desain produk Jejamu juga dibuat lebih kekinian. Tampil dengan kemasan yang praktis, serta colorful yang tentu hasil dari warna alami rempah-rempah."

Beberapa varian andalan Jejamu adalah Temulawak Latte, Coco Pandan Latte, Golden Tumeric Latte, Jahe Merah Sereh, Kunyit Asem, Moringa Latte, dan Lechcy Magnolie.

3 dari 4 halaman

Memanfaatkan Ruang Digital

Di sisi lain, Vanessa mengatakan bahwa pihaknya memaksimalkan pemanfaatan media sosial. "Terus mengedukasi pelanggan dengan kegunaan dan manfaat jamu melalui digital platform," tuturnya, menambahkan bahwa inovasi dan berkolaborasi juga harus dilakukan, supaya terus relevan dengan pasar.

"Jamu adalah sebuah warisan turun temurun yang harus terus dilestarikan, terutama sebagai generasi ke-4 keluarga Nyonya Meneer (Lauw Ping Nio), kami sebagai keluarga telah menjaga pengolahan resep turun temurun beliau dengan amat seksama. Resep beliau terjaga baik sampai saat ini," katanya.

Menjelang masa akhir pandemi COVID-19, mereka pun akan meneruskan progam Djamoe Workshop yang sudah dimulai sejak 2014. "Event ini kami gerakkan untuk mengajak masyarakat jadi lebih berkecimpung dan merasakan bagaimana rasanya jadi seorang 'mbok-mbok jamu,'" ucapnya.

Ia menyambung, "Akun Instagram kami, @djamoeworkshop, di sana kami juga mengajarkan teknik dasar, resep simpel, dan peralatan esensial yang digunakan untuk membuat jamu dan bisa dipraktikkan di rumah masing-masing."

Varian produk andalan dari mereknya adalah The jamu BAR Kunyit Asam, Jahe Wangi, serta Nona Kalani’s Turmeric Coconut Mylk dan Turmeric Ginger Sugar Free.

4 dari 4 halaman

Melanggengkan Kebiasaan Minum Jamu

Strategi-strategi itu akhirnya jadi upaya keroyokan untuk terus melanggengkan kebiasaan minum jamu. Terlebih, Ajeng menyinggung bahwa jamu juga merupakan salah satu bagian penting dari wellness ecosystem dan berpotensi besar untuk jadi daya tarik wellness tourism.

Ia berkata, "Jamu sendiri memiliki cerita dan sejarah yang kuat di Indonesia. Melalui kerja sama dengan berbagai hotel dan Tamansari Royal Heritage Spa, kami konsisten memperkenalkan Lifestyle Jamu sebagai bagian dari Holistic Wellness Treatement."

Sementara, Vanessa menuturkan, pihaknya senang sekali melihat banyak anak muda sekarang telah terbiasa dan menerima saat mendengar kata "jamu." "Justru mereka sangat terbuka dengan minuman tradisi ini, selain dari pilihan kopi atau teh saja," katanya.

"Di pasar swalayan, di kafe-kafe, sudah tersebar variasi pilihan jamu yang berbeda beda. Jamu telah jadi (bagian) gaya hidup sehat yang akan terus dilanjutkan masyarakat kita sendiri. Toh kan ini warisan Indonesia, hanya Indonesia yang mempunyai kata 'jamu' dan harus kita lestarikan selamanya," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.