Sukses

10 Kota Termahal di Dunia untuk Pekerja Asing Tahun 2022, Jakarta Ranking Berapa?

Hasil survei tentang kota termahal di dunia menyimpulkan bahwa kota dengan biaya hidup dan kualitas hidup yang lebih tinggi cenderung memiliki peringkat lebih tinggi untuk ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Mercer, firma konsultasi ternama baru saja meluncurkan laporan tahunan, Survei Biaya Hidup 2022. Di dalamnya terdapat daftar kota termahal di dunia untuk ditinggali pekerja asing 2022.

Hong Kong, Zurich, dan Jenewa masuk dalam tiga daftar teratas. Hong Kong bahkan sudah keempat kali dalam lima tahun terakhir dinobatkan sebagai kota termahal di dunia untuk ditinggali para ekspatriat.

Empat kota di Swiss juga masuk dalam 10 besar kota termahal di dunia 2022. Keempatnya adalah Zurich, Jenewa, Basel, dan Bern. Sementara, Ankara, ibu kota Turkiye, menempati posisi pertama kota yang paling terjangkau dalam hal biaya hidup untuk warga asing.

Dikutip dari laman Euronews, Selasa (19/7/2022), menariknya, dua kota termahal di dunia untuk ekspatriat, yakni Zurich dan Jenewa, juga masuk dalam lima besar Global Liveability Index. Itu adalah laporan tahunan yang disusun The Economist Intelligence Unit (EIU) yang mengevaluasi kota-kota di seluruh dunia yang menawarkan kondisi kehidupan terbaik. 

Mercer juga menganalisis korelasi antara Indeks Biaya Hidup dan Indeks Kualitas Hidup mereka untuk daftar kota-kota global yang dipilih. Lokasi yang memiliki kualifikasi biaya hidup terendah tetapi kualitas hidup tertinggi adalah Vancouver dan Toronto di Kanada, Stockholm di Swedia, Lisbon di Portugal, dan Frankfurt di Jerman.

Di sisi lain, Hong Kong ditemukan memiliki biaya hidup tertinggi tetapi kualitas hidup lebih rendah daripada banyak lokasi lain. Laporan Mercer juga menyimpulkan bahwa lokasi dengan biaya hidup dan kualitas hidup yang lebih tinggi cenderung memiliki peringkat lebih tinggi untuk ramah lingkungan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Indeks Dihitung?

Daftar biaya hidup itu disusun berdasarkan penelitian internal Mercer yang dilakukan dua kali setahun dan mencakup lebih dari 400 kota di seluruh dunia. Survei menyoroti indikator ekonomi utama, seperti fluktuasi mata uang, inflasi biaya, dan ketidakstabilan harga akomodasi.

Survei itu juga mencerminkan harga lebih dari 200 item dari berbagai kategori, seperti utilitas perumahan, perawatan pribadi, rekreasi dan hiburan, transportasi, alkohol, dan tembakau. Seperti hasil laporan dua tahun terakhir, laporan biaya hidup 2022 dipengaruhi terutama oleh situasi pandemi Covid-19.

Belakangan, situasi dipersulit dengan kondisi perang di Ukraina yang memicu lonjakan inflasi dan volatilitas di pasar. Inflasi tahunan di 19 negara zona euro mencapai rekor 8,6 persen pada Juni 2022, melonjak melewati 8,1 persen yang tercatat pada Mei 2022, menurut angka terbaru yang diterbitkan Jumat oleh Eurostat, badan statistik Uni Eropa.

Berikut daftar 10 kota termahal dunia:

1. Hong Kong

2. Zurich

3. Geneva

4. Basel

5. Bern

6. Tel Aviv

7. New York City

8. Singapore

9. Tokyo

10. Beijing

3 dari 4 halaman

Asia Mendominasi

Dalam rilis resmi yang dilansir Mercer, Asia mendominasi daftar kota termahal di dunia untuk para ekspatriat. Selain Hong Kong yang menempati rangking 1, Singapura juga masuk dalam 10 besar, dengan menempati posisi ke-8, disusul Tokyo (9), dan Beijing (10).

Lalu, bagaimana dengan kota di Asia Tenggara? Menyusul Singapura adalah Bangkok, Thailand, yang menempati urutan ke-106 dalam daftar secara keseluruhan.

Berikutnya adalah Manila (122), Phnom Penh (134), Hanoi (150), Jakarta (151), Vientiane (157), Ho Chi Minh City (163), Bandar Seri Begawan (179), Kuala Lumpur (181), dan Yangon (198). Sementara, Johor Bahru (211) menjadi kota paling terjangkau di kawasan Asia Tenggara.  

Pada tahun ini, daftar itu mencakup 227 kota di lima benua dan membandingkan harga lebih dari 200 item di setiap lokasi pada Maret 2022. Untuk tetap relevan dengan pola pengeluaran bujet tenaga kerja asing yang terkni, Mercer memasukkan beberapa item baru, seperti jam tangan pintar, komputer tablet, dan ponsel pintar, dan menghapus CD musik dan persewaan film video dari item perhitungan.

"Meskipun inflasi di Asia relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, kenaikan harga dan mata uang menguat dengan pengecualian di Jepang dan Korea,  terus mendorong Asia sebagai salah satu kawasan termahal bagi pekerja asing," kata Tracey Ma, Regional Mobility Leader Mercer untuk kawasan Asia Pasifik.

4 dari 4 halaman

Nilai Mata Uang

Ma menyebut, terjadi anomali pada 2022. Bila dalam beberapa tahun terakhir perubahan nilai tukar lebih berpengaruh pada indeks biaya hidup daripada inflasi, inflasi justru jadi faktor pemicu utama pada tahun ini  Saat perjalanan dan mobilitas internasional dilanjutkan, perusahaan kini menghadapi tantangan untuk memastikan daya beli karyawan tidak terpengaruh.

Selain data biaya hidup, penelitian mobilitas yang dilakukan oleh Mercer dan studi Mercer terhadap klien mereka mencerminkan bahwa dampak COVID-19, krisis di Ukraina, variasi nilai tukar, dan inflasi yang meluas berdampak material terhadap gaji karyawan dan tabungan. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi pengusaha dalam menarik pekerja-pekerja berbakat.

Ma berkata, "Pola penugasan internasional berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Dengan munculnya pekerjaan jarak jauh dan fleksibel, perusahaan perlu memikirkan kembali pendekatan mereka untuk mengelola tenaga kerja yang didistribusikan secara global dengan program mobilitas yang dioptimalkan yang selaras dengan perencanaan strategis bisnis dan mencapai efisiensi biaya, kepatuhan, dan daya tarik bakat."

Ia menyebut semakin banyak perusahaan multinasional mengadopsi pendekatan kompensasi lokal plus untuk membayar tenaga kerja asing mereka. Di samping, terjadi peningkatan program mobilitas yang digunakan sebagai alat perusahaan untuk membangun talenta berpotensi tinggi, dibandingkan mendukung mekanisme untuk menutupi kekurangan tenaga kerja di area tertentu dalam organisasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.