Sukses

Hari Lingkungan Hidup Sedunia Menjadi Peringatan, Indonesia Termasuk Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim

Hari Lingkungan Hidup Sedunia Menjadi Peringatan, Indonesia Termasuk Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim

Liputan6.com, Jakarta - Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diadakan setiap tahun pada 5 Juni sejak 1973. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022, United Nations Development Programme atau Badan Program Pembangunan PBB meluncurkan program khusus, termasuk di Indonesia.

UNDP Indonesia hari ini, Minggu, 5 Juni 2022, meluncurkan pesan video yang menyoroti keragaman bangsa dan etnisitas staf UNDP Indonesia. Mereka berbicara dalam satu suara untuk mendukung urgensi tema tahun ini "Kita Hanya Memiliki Satu Bumi."

Video tersebut melengkapi kampanye global PBB, yang diadakan setiap tahun oleh Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations Environment Programme (UNEP), untuk mempromosikan aksi lingkungan hidup. Pesan itu diterbitkan hanya beberapa hari usai Stockhom+50, menandai setengah abad konferensi pertama, menyoroti pentingnya multilateralisme untuk mengatasi tiga krisis dunia yaitu krisis iklim, alam, dan polusi.

Sementara, dalam pesan videonya staf UNDP Indonesia mengajak kita untuk menjadi bagian dari solusi krisis lingkungan hidup. Keenam staf menyampaikan pesan dalam bahasa isyarat serta bahasa ibu mereka, yang meliputi Bahasa Indonesia, Padang, Toraja, Swahili, Mandarin dan Inggris.

Pesan disampaikan sambil memegang tanaman untuk melambangkan pertumbuhan dan pembangunan "Tindakan cepat akan dapat memelihara planet secara berkelanjutan, dan memberi kita hasil yang harus kita lindungi," ucap John Kimani, anggota staf UNDP Indonesia dari Kenya, berbicara dalam bahasa Swahili, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu, 4 Juni 2022.

"Merawat planet kita akan memulihkan ekosistem tetapi, kita tidak bisa melakukannya sendiri," kata Sakina Tarmizi, staf UNDP Indonesia lainnya, berbicara dalam Bahasa Padang.

Tahun ini menandai 50 tahun sejak Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia yang pertama diselenggarakan di Stockholm, Swedia, konferensi dunia pertama yang menjadikan lingkungan hidup sebagai isu utama. Para peserta konferensi mengadopsi serangkaian prinsip untuk pengelolaan lingkungan hidup yang baik, sebagai bagian dari Deklarasi Stockholm dan Rencana Aksi untuk Lingkungan Hidup Manusia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Perubahan Iklim

Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, diikuti meningkatnya polusi global, serta kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan tingkat konsumsi yang tidak berkelanjutan.

Dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang akan dicapai dalam waktu kurang dari satu dekade, para pendukung lingkungan hidup berharap konferensi Stockholm+50 menyediakan platform bagi Indonesia untuk mengadvokasi prioritasnya untuk mengatasi perubahan iklim melalui konsumsi yang berkelanjutan dengan pengembangan ekonomi sirkular, pengelolaan laut secara berkelanjutan, dan pengurangan sampah plastik laut.

Video berdurasi 1,5 menit ini diakhiri dengan semua staf yang berbicara dalam bahasa ibu mereka dengan pesan utama “Kita Hanya Memiliki Satu Bumi”.Pesan tersebut bisa dilihat di akun You Tube, Twitter dan Instagram UNDP Indonesia.

Di tahun lalu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof Dwikorita Karnawati juga pernah mengatakan hal serupa. Ia menilai, wilayah Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim karena disusun dari banyak pulau-pulau kecil yang menjadi salah satu sebab kerentanan tersebut.

3 dari 4 halaman

Cuaca dan Iklim Ekstrem

"Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, dan punya curah hujan tahunan yang tinggi, membuat Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca," kata Dwikorita dalam keterangannya pada November 2021, dilansir dari laman merdeka.com.

Dia melihat dampak perubahan iklim sudah terjadi. Terutama peningkatan cuaca ekstrem dan kejadian iklim ekstrem, kenaikan suhu udara, berkurangnya tutupan salju di puncak Gunung Jayawijaya di Papua dan naiknya permukaan air laut.

Untuk memitigasi hal-hal tersebut, Dwikorita menyampaikan, pihaknya tengah menyusun Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) bersama Kementerian PPN/Bappenas.

Rencana aksi tersebut sebagai respons pula terhadap situasi iklim global yang dinilai terus mengalami penurunan kualitas. Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC menunjukkan suhu bumi saat ini telah mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya dalam 2.000 tahun terakhir.

4 dari 4 halaman

Tidak Menguntungkan Indonesia

"Suhu bumi juga diperkirakan akan mencapai atau melampaui batas 1.5C di atas level pra-industri, antara tahun 2021 dan 2040. Di bawah skenario emisi tinggi, ambang batas 1.5C ini akan dicapai dalam waktu yang lebih singkat lagi," terang Dwikorita.

Pada Maret lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga mengatakan saat ini Indonesia dihadapi oleh fenomena perubahan iklim yang semakin nyata. Menurut dia, kondisi perubahan iklim sangat tidak menguntungkan Indonesia yang merupakan negara agraris dan kepulauan.

Pasalnya, perubahan iklim akan membuat suhu udara dan suhu muka air laut meningkat. Tak hanya itu, kata Jokowi, muka air laut akan naik dan dapat membahayakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

"Cuaca dan iklim ekstrem juga akan makin sering terjadi dan berisiko. Sebagai negara agraris dan kepulauan, Indonesia makin tidak diuntungkan dari dampak perubahan iklim ini," ucap Jokowi dalam Puncak Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-72 Tahun 2022 secara virtual, Rabu (30/3/2022), melansir kanal News Liputan6.com.

Untuk itu, dia meminta masyarakat untuk betul-betul memperhatikan informasi cuaca dan perubahan iklim yang diberikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan instansi terkait lainnya. Jokowi juga memerintahkan agar menyiapkan langkah mitigasi untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim. "Formulasikan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan cepat serta siapkan penanganan yang lebih baik untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim," jelas Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.