Sukses

Cerita Akhir Pekan: Potensi Bahaya dari Wisata Gunung

Persiapan yang matang sebelum mendaki merupakan hal penting agar tidak tersesat dan hipotermia.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini wisata gunung semakin mudah dan kian berkembang seiring waktu berjalan. Wisata gunung bahkan sudah menjadi industri pariwisata.

"Sekarang ini banyak perusahan dan operator yang menawarkan jasa untuk wisata gunung. Tujuannya untuk menghindari kecelakaan atau bahaya-bahaya yang ada di gunung," kata anggota Wanadri, Agus Saban saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 11 Desember 2021.

Agus menegaskan, saat ini naik gunung bukan hanya aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa pecinta alam atau pecinta alam, tapi juga masyarakat umum. Oleh karena itu, sekarang itu sudah ada jasa yang menawarkan wisata gunung.

"Sekarang itu ada lembaganya dan diakui oleh pemerintah yaitu Asosiasi Pemandu Pemandu Gunung Indonesia. Kita sudah mendapatkan sertifikasi di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," jelas pria yang dikenal sebagai pemandu kawakan ini.

Selama pandemi, Agus mengungkapkan peminat wisata gunung cenderung berkurang. Namun, jika kondisinya sudah new normal, Agus optimistis wisata gunung akan banyak diminati lagi.

"Jadi, sekarang ini jika ingin wisata gunung, orang tak perlu repot. Karena sudah banyak provider yang berlisensi dan bersertifikasi bagi mereka. Mereka menjadi pemandu wisata gunung," imbuh Agus.

Bagi mereka yang bergelut dalam bidang wisata gunung, tentu perkembangan positif. Sekarang mendaki gunung itu sudah menjadi bagian dari pekerjaan dengan menjadi pemandu.

Lelaki yang juga Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Provinsi Jawa Barat periode 2020-2023 ini mengungkapkan, kehadiran pemandu gunung ada karena animo masyarakat terhadap wisata gunung cukup tinggi. Selain itu, banyak orang yang kurang memiliki pengetahuan tentang wisata gunung, tapi mereka ingin naik gunung.

"Mereka mungkin suntuk di rumah. Apalagi saat pandemi, banyak orang yang ingin ke gunung untuk menghirup udara segar. Sementara mal-mal sempat tutup," kata Agus.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi Bahaya

Bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri untuk berwisata gunung, maka potensi bahaya bisa saja terjadi. Contohnya tersesat, ada juga yang mengalami hipotermia.

"Soal pendaki yang tersesat, itu biasanya terjadi karena kurang persiapan, terutama tentang kurangnya pengetahuan tentang gunung yang didaki itu sendiri," kata lelaki yang akrab disapa Kang Agus ini.

"Itu yang membuat orang bisa tersesat dan hipotermia," kata Agus. "Saat hujan deras, mereka tidak punya baju cadangan untuk ganti baju. Itu terjadi biasanya pada pendaki-pendaki pemula," imbuhnya.

Bagi pemula, kata Agus, untuk mendaki gunung harus dalam kondisi fit dan bugar.  Selain itu, harus tahu kondisi cuaca, letak gunung,  latar belakang gunung berada di mana, soal izin apakah ke taman nasional atau bukan, jika tersesat harus bagaimana, dan lain-lain.

"Itu harus diketahui oleh pemula. Hal itu juga untuk menghindari tersesat dan hipotermi. Jadi, naik gunung itu tidak bisa hanya modal nekat. Harus persiapan matang agar terhindar dari tersesat dan hipotermia. Oleh karena itu, sebelum mendaki harus dipersiapkan secara matang, termasuk mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang gunung yang akan didaki," papar Agus.

Dalam kacamata Agus, secara grafik mereka yang tersesat dan mengalami hipotermia semakin berkurang. Karena mereka mulai melakukan persiapan sebelum mendaki. "Kalau mereka mengalami itu, itu tentu karena kurangnya persiapan," tegas.

 

3 dari 4 halaman

Ramai Seperti Pasar

Aktivitas mendaki gunung memang sangat diminati oleh berbagai kalangan. Hal itu yang membuat sangat kian banyak pendaki.

"Sekarang itu kalau mau mendaki gunung itu sangat ramai dengan pendaki, sudah seperti pasar. Seperti di Gunung Gede," ujar pendiri Komunitas Pendaki Gunung Indonesia, Teuku Ferry Irawan.

Ia menilai, banyaknya pendaki itu  untuk mencari spot foto yang bagus. Setelah itu, mereka mengunggahnya di media sosialnya.

"Tujuan mendaki gunung itu seperti sudah bergeser dari sebelumnya. Jika dulu orang mendaki gunung untuk menikmati indahnya pemandangan alam dan menikmati ciptaan Tuhan, tapi sekarang naik gunung untuk mencari foto yang bagus dan kemudian dipamerkan di media sosial," sindir Ferry.

Mengenai potensi bahaya saat mendaki gunung, Ferry menyarankan agar pendaki harus mematuhi aturan. Ia menilai tidak bisa untuk membuka jalur baru agar tidak tersesat.

"Mereka yang mengalami kejadian tersesat itu karena kurang persiapan saja. Kalau persiapannya matang, saya kira aman-aman saja," kata Ferry. "Jadi, terpulang lagi pada diri masing-masing tujuan mendaki itu apa. Kalau memang untuk menikmati keindahan alam dan mengikuti aturan, saya kira akan aman," imbuh dia.

4 dari 4 halaman

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.