Sukses

Cerita Akhir Pekan: Kisah Relawan Inspiratif yang Berdampak Besar pada Dunia

Relawan biasanya engorbankan waktu dan tenaga untuk melakukan aktivitas yang dianggap memberikan keuntungan positif bagi lingkungan atau organisasi yang dibantunya.

Liputan6.com, Jakarta - Saat mendengar kata relawan, kemungkinan besar yang terlintas dalam benak sebagian dari kita adalah orang-orang yang membantu saat terjadinya bencana, seperti evakuasi korban. Aau juga mereka yang membantu kebutuhan dasar mereka saat di barak penampungan.

Namun apakah relawan hanya hadir sebatas momen bencana saja? Pengertian relawan cukup luas. Mereka mengorbankan waktu dan tenaga untu melakukan aktivitas yang dianggap memberikan keuntungan positif bagi lingkungan atau organisasi yang dibantunya.

Jadi, relawan tidak melakukannya atas dasar motivasi atau mengharapkan imbalan uang. Meski begitu, dampak dari apa yang mereka lakukan bisa sangat berpengaruh untuk banyak orang. Ada juga yang membuat relawan menjadi terkenal dan bahkan namanya mendunia. Mereka biasanya melakukan hal-hal yang tidak biasa dan jarang dilakukan orang lain Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa orang relawan, baik dari Indonesia maupun dari negara lain, yang namanya mendunia.

1. Jennifer Haller

Sebelum vaksin Covid-19 beredar di seluruh dunia, pembuatannya butuh kesediaan para relawan untuk mencoba vaksin tersebut. Pada Maret 2020, muncul tawaran bagi siapapun yang rela disuntik virus Corona akan diberikan uang puluhan juta. Tentu hal ekstrem ini ada tujuannya, yaitu demi menemukan vaksin untuk mencegah dan menyembuhkan virus corona Covid-19.

Ada beberapa orang yang mengajukan diri sebagai partisipan atau relawan. Salah satunya adalah seorang wanita bernama Jennifer Haller asal Amerika Serikat (AS). Oleh para peneliti Kaiser Permanente Washington Research Institute di Seattle, AS, Jennifer menjadi bahan uji coba eksperimental untuk vaksin yang diharapkan bisa menyelamatkan banyak orang di dunia.

Ia pun menjadi wanita pertama yang disuntik virus corona untuk uji coba vaksin. Usai disuntik, Jennifer sepertinya tidak langsung merasakan efek yang signifikan. Dalam rekaman video, wanita itu masih bisa tersenyum dan mengatakan, 'Aku merasa baik'. Kontribusi Jennifer tak sia-sia. Kini vaksin Covid-19 sudah ada di hampir semua negara di dunia.

2. Edy Wahyudi dan Fikri

Tak hanya orang asing di Indonesia, orang Indonesia juga banyak menjadi relawan di luar negeri dan namanya dikenal luas. Salah satunya adalah ayah dan anaknya bernama Edy Wahyudi dan Fikri Rofi’ul Haq. Mereka sempat bersama-sama menjadi relawan di Gaza, Palestina.

Edy Wahyudi sudah beberapa kali aktif menjadi relawan dan terjun dalam tim kemanusiaan ketika terbuka kesempatan ke Gaza, Palestina. Ia termasuk salah satu dari banyak relawan untuk pembangunan rumah sakit Indonesia di Gaza. Edy yang sehari-hari berkecimpung dalam bisnis konsultan dan pembangunan berangkat ke Gaza pada 2011.

Perannya adalah manajer proyek. Ketika pembangunan fisik rumah sakit belum tuntas pada 2014, Gaza berperang dengan Israel selama 52 hari.  Tidak ada pihak yang menjamin keselamatan relawan. Meski diliputi ketakutan dan kekhawatiran, tidak ada satupun relawan yang meminta pulang, termasuk Edy.

“Kita secara akidah bahwa mati itu tidak akan maju, tidak akan mundur. Alasannya sederhana saja, saya ingin bermanfaat untuk orang lain. Kita tawakal saja, pasrah, karena yang kita bangun juga rumah sakit, untuk kemanusiaan,” ucap Edy. Langkah Edy ternyata diikuti putranya, Fikri.

Fikri yang ketika itu berusia 20 tahun, berangkat ke Gaza pada Februari 2020. Di Gaza, ia sempat bertemu ayahnya. Selama beberapa bulan keduanya menjadi relawan untuk membangun rumah sakit Indonesia. Edy sendiri kembali ke Indonesia pada September 2020.

Sedangkan Fikri yang masih menjadi mahasiswa semester kedua di Islamic University of Gaza, bertekad baru akan pulang kalau sudah meraih gelar sarjana. Sementara Edy, yang terus menjadi relawan sepulangnya dari Gaza, merasa terpanggil untuk kembali ke Palestina.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Andre Graff

Pria yang satu ini mampu membuat seluruh dunia terutama Indonesia merasa kagum dengannya. Andre Graff merupakan seorang pria asal Prancis yang mengabadikan hidupnya untuk Indonesia. Andrea telah menggali dan berusaha untuk mengembangkan sumur yang ada di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ia telah menciptakan sumur yang airnya dapat mengakomodasi kebutuhan lebih dari 1.250 keluargaHal ini ia lakukan akibat merasa miris dengan keadaan Sumba yang kekurangan air. Berkat kontribusinya yang luar biasa, namanya dikenal luas dan diliput media di Indonesia maupun di negara lain. Andre pun memiliki nama baru yakni Andre Sumur.

Area berbukit dengan rumput kecokelatan yang dipadu dengan kemilau air biru yang begitu cantik kabarnya membuat Andre tertarik untuk menetap di Pulau Sumba.

4. Ano Gerwynaldo

Ada satu lagi orang Indonesia yang dinilai sebagai pahlawan di negara lain. Ia menjadi relawan tim pemadam kebakaran saat terjadinya kebakaran hutan di California, Amerika Serikat (AS) di tahun lalu. Pria bernama Muhammad Yulfiano Gerwynaldo atau akrab disapa Ano ini mempertaruhkan nyawanya di negeri orang.

"Saya ingin membawa perubahan besar atau menyelamatkan jiwa," ucapnya. Aksi Ano mendapat banyak pujian dan dinobatkan sebagai salah satu pahlawan kota atau local heroes   Itu adalah tahun pertama Ano terjun langsung secara resmi, sebagai pemadam kebakaran khusus untuk hutan di Amerika Serikat.

"Jadi di sini pemadam kebakaran ada yang khusus untuk gedung, structure fire fighters, sama pemadam kebakaran khusus untuk hutan," terang Ano, seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Sebelumnya, Ano pernah menjadi relawan pemadam kebakaran tak dibayar. Bantuan dari para relawan ini biasanya sangat dibutuhkan di kota-kota kecil yang hanya menerima sedikit anggaran dari pemerintah. "Tapi walaupun volunteer, yang minat banyak. Karena mereka pengin punya experience itu untuk bisa ditaruh di resume,' jelas pria yang berdomisili di Los Angeles sejak 2007 ini.

3 dari 4 halaman

5. Pangeran Dipangkorn

Tak hanya masyarakat biasa, putra raja pun bisa meniadi relawan, seperti putra dari Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn. Sang Raja dikenal dengan sikapnya yang kontroversial karena penuh skandal. Sementara sikap anaknya, Pangeran Dipangkorn Rasmijoti sangat berbanding terbalik.

Dipangkorn adalah anak ketujuh dan termuda dari Raja Thailand. Ia terlahir dari istri ketiga Vajiralongkorn, yang bernama Srirasmi Suwadee. Remaja berusia 16 tahun ini merupakan calon pewaris takhta setelah ayahnya, itupun akan terjadi jika Raja tidak memiliki anak laki-laki dari istrinya yang sekarang. Pangeran muda ini terpaksa harus hidup terpisah dari ayah dan ibunya.

Singkat cerita Ibunya, mantan permaisuri Thailand Srirasmi Suwadee, menikah dengan Putra Mahkota Vajiralongkorn pada tahun 2001. Ketika Pangeran Dipangkorn berusia sembilan tahun, tujuh anggota keluarga ibunya dituduh mencemarkan nama baik kerajaan, yang merupakan kejahatan di Thailand. Srirasmi dicopot dari semua gelar kerajaannya dan sekarang dikabarkan tinggal di pengasingan di luar Bangkok.

Namun sampai saat ini dia tidak pernah terlihat lagi, setelah terakhir kali muncul pada 2014. Saat itu adalah tahun yang sama dengan Dipangkorn terakhir melihat ibunya sendiri. Dipangkorn adalah sosok putra mahkota yang rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri.Ia bahkan sering menjadi relawan, seperti membersihkan jendela dan dan mengecat dinding kuil Rangsri Vadhana Memorial.

6. Siti Sumiati

Di dalam negeri ada beberapa sosok relawan yang sangat besar jasanya dan mendapat pengakuan internasional. Salah satunya adalah Siti Sumiati yang sering dijuluki Bidan Apung dan kisah hidupnya sebagai relawan sangat menginspirasi. Wanita kelahiran Madiun tahun 1952 ini, memulai tugasnya sebagai bidan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu pada 1971.

Dengan keterbatasan fasilitas, Sum, panggilan akrab Siti Sumiati, tetap semangat melayani masyarakat di sana.Dalam menjalankan profesinya, Sum menggunakan ojek kapal. Tak jarang, ia harus menerjang ombak saat mengunjungi warga. Berkat kegigihannya, tingkat angka kematian ibu melahirkan di Kepulauan Seribu semakin berkurang setiap tahunnya.

Reputasi dan ketangguhan Sum menjalani profesinya, mendapat apresiasi dari World Health Organization (WHO) pada 2008 sebagai ‘Penyelamat Ibu Melahirkan’. Di depan Kongres Bidan Sedunia di Glasgow, Skotlandia, Sum menceritakan kisahnya sebagai bidan di Kepulauan Seribu.

Sementara itu, Pemerintah Kuba juga memberikan piagam penghargaan untuk pencapaian Siti Sumiati menurunkan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia. Meski sudah pensiun dari profesinya, tapi jasa-jasa Sum sebagai bidan bagi para ibu hamil di sekitar kawasan Kepulauan Seribu masih terus dikenang.

4 dari 4 halaman

Relawan Tokoh Bermunculan Jelang Pilpres 2024

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.