Sukses

Penderita Lumpuh Otak Dikeluarkan dari Pesawat karena Pakai Kursi Roda

Alasannya, kursi roda penderita lumpuh otak ini dianggap terlalu berat untuk diangkat.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria asal Inggris yang menderita lumpuh otak dikeluarkan dari pesawat. Penyebabnya, kursi rodanya dianggap terlalu berat untuk diangkat ketika akan dimasukkan ke dalam kargo.

Pria bernama Brandon Aughron itu berencana melakukan penerbangan dengan maskapai Ryanair. Dilansir dari BBC, Rabu, 10 November 2021, ia berangkat dari Bandara East Midlands di Derby ke Malaga, Spanyol untuk berlibur bersama pengasuhnya pada 11 Oktober 2021.

Pria berusia 25 tahun itu menderita lumpuh otak, kondisi yang memengaruhi kemampuan motoriknya. Saat Aughron, juga pengasuhnya naik ke pesawat, dan meletakkan kursi roda di kargo Ryanair, pihak Swissport, perusahaan yang menangani kargo Ryanair, mengatakan, itu terlalu berat untuk didorong dan dimasukkan ke dalam kargo.

Karena itu, pilot memutuskan Aughron tidak bisa naik ke pesawat karena jadwal penerbangan sudah terlalu tertunda untuk proses penyelesaian masalah tersebut. Aughron akhirnya kembali ke bandara dan diharuskan memesan ulang tiket pesawat keesokan harinya.

Ia kecewa gagal berangkat karena masalah ini. "Saya sangat marah, karena sudah terbang dua kali seperti ini sebelumnya dan tidak pernah bermasalah," kata Aughron.

Sementara itu, pengasuh Brandon yang bernama Orla Hennessey, mengatakan saat itu Aughron merasa tidak ada yang mau membantunya. "Itu adalah tanggung jawab Swissport untuk meletakkan kursi roda di pesawat dan memberi tahu kru darat bahwa itu perlu naik ke pesawat. Tapi, mereka tidak melakukannya dan tidak ada peralatan untuk mengangkatnya karena itu adalah kursi seberat 270 kg," jelas Orla.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Ada yang Membantu

Saat insiden berlangsung, ada empat orang di sana dan mereka mengatakan tidak bisa mengangkatnya karena sedang sakit. Akhirnya, pihak maskapai tanpa basa-basi menurunkan Aughron dan pengasuhnya.

Hal itu tetap dilakukan meski keduanya sudah membawa surat dari Ryanair yang mengatakan kursi roda itu bisa dibawa. Namun, salah satu petugas dari Swissport malah menuding informasi yang mereka berikan salah.

"Saat kami melewati bea cukai, saya diberi tahu bahwa saya memiliki barang berbahaya di tas saya, Itu adalah kunci atau alat untuk membongkar kursi roda Brandon, dan diberi tahu bahwa saya akan diizinkan untuk masuk," terang Hennessey.

3 dari 4 halaman

Diselesaikan Secara Damai

Aughron dan pengasuhnya akhirnya berhasil memesan penerbangan untuk keesokan harinya dengan dibantu agen liburan khusus untuk penyandang disabilitas. Brandon diharuskan menggunakan kursi roda manual, yang mana itu tidak sama sekali bisa membantu kebutuhannya.

"Dia tidak memiliki mobilitas dan pada dasarnya seperti tidak memiliki kaki. Itu cukup menyedihkan," ucap Hennessey.

Pihak Swissport melalui juru bicaranya mengaku merasa sedih tentang masalah yang dialami pelanggannya di Bandara East Midlands. Sementara, juru bicara Ryanair mengatakan, sudah berbicara langsung dengan Aughron dan masalah ini telah diselesaikan secara damai.

Sedangkan, humas Bandara East Midlands menyampaikan permohonan maaf setelah mengetahui insiden yang menimpa Aughron.

4 dari 4 halaman

6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.