Sukses

Cerita Akhir Pekan: Memaknai Semangat Para Petani Muda Indonesia

Dua sosok petani muda ini menyoroti bahwa bertani tidak semata kegiatan menanam namun lebih pada bentuk penyelarasan dengan alam dan sebagai wujud nasionalisme.

Liputan6.com, Jakarta - Petani muda, betapa sebutan itu menarik perhatian, menawarkan semangat baru dalam mengumpulkan kepingan predikat Indonesia sebagai negara agraris. Tapi, bagaimana pemaknaan peran tersebut dari para praktisinya?

Co-founder Twelve's Organic Maya Stolastika Boleng menyebut bahwa petani muda adalah anak-anak muda yang punya semangat nasionalisme. Ini karena memilih menjadi petani bukanlah keputusan mudah.

"Saat-saat ini, orang mungkin sudah familiar. Tapi ketika 2007 dan 2008 (ketika Maya mulai menggeluti pertanian organik), masyarakat berpikir ini anak muda bermasalah, enggak akan punya masa depan," katanya melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Kamis, 23 September 2021.

Sementara Ketua Petani Muda Keren (PMK) Aa Gede Agung Wedhatama P. memaknai bertani tidak semata pekerjaan menanam. Dalam praktiknya, itu juga sekaligus menjaga keberlanjutan air, hutan, dan tanah, di samping komunitas petani muda itu sendiri.

Menjadi petani, kata Maya, diakui jauh dari cita-citanya. Keputusan banting setir ini muncul pada 2007 dengan perkenalan tidak secara praktik, namun filosofis. "Saat itu saya dan teman-teman sedang kuliah semester empat dan merasa butuh berkegiatan. Kami akhirnya ikut UKM yoga di kampus," tuturnya.

Pada Agustus 2007, mereka bertandang ke Bali untuk menemui seorang yoga guru, momen yang tidak disadari Maya akan jadi perkenalan awalnya dengan pertanian, khususnya pertanian organik. Saat itu dirinya tersentuh saat disebutkan bahwa pertanian itu sendiri tidak hanya bicara bercocok tanam, namun juga implementasi manusia sebagai ciptaan Tuhan.

"Sampai pas lagi santai ditanya, 'Bisa cerita apa yang sudah dilakukan sampai hari ini dan itu bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan alam?' Saat itu semua diam, tidak ada yang bisa menjawab," ceritanya.

Kunjungan ke Bali itu terlalu membekas. Maya dan teman-temannya kemudian membeli buku tentang pertanian organik. Sampai bertanya-tanya keberadaan ahli pertanian organik di Jawa Timur, yang kemudian mengantarkannya bertandang ke Desa Claket, Kecamatan Pacet, Mojokerto.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perlunya Role Model

Sementara Agung memboyong semangat mata rantai pertanian terintegrasi dari hulu ke hilir pada 2014 melalui gerakan PMK. Implementasinya dilakukan dengan membuat bibit sendiri, pupuk sendiri, pertanian ramah lingkungan, dan membangun unit bisnis koperasi.

PMK, kata Agung, memperpanjang usia kultur pertanian berbasis budaya. "Di Bali, leluhur kami adalah petani. Tetabuhan, tarian-tarian, dan banyak budaya lain yang lahir dari pertanian," ungkapnya melalui penggilan suara, Jumat, 24 September 2021.

Karena itu, pihaknya memberdayakan petani melalui teknologi dan digitalisasi, termasuk transaksi berbasis aplikasi. "60 persen anggota PMK adalah petani muda (berusia di bawah 40 tahun), tapi selebihnya tetap punya mindset muda, dan itu yang penting," katanya.

Narasi senada diungkap Maya, menyebut bahwa petani muda cenderung mengombinasikan kultur pertanian konvensional dengan inovasi teknologi. "Artinya, tetap punya nilai gotong-royong dan kekeluargaan. Pertanian juga tidak dilakukan secara besar-besaran (yang bisa saja berdampak pada lingkungan)," ucapnya.

Soal regenerasi, Maya mengatakan, kendati masih rendah, setiap tahun tetap ada penambahan. Stimulus berupa role model dianggapnya punya peran krusial dalam mendorong anak muda mau jadi petani.

Agung pun sepakat. Ia mengatakan, perlu dibuktikan bahwa petani juga bisa jadi keren. "Jadi umpamanya kami sekarang sedang membuat taman bunga yang indah, jadi semua mau datang," tuturnya.

Dikatakan bahwa pandemi justru jadi momentum baik bagi PMK. Dampak pariwisata di masa krisis kesehatan global di Pulau Dewata mendorong lebih banyak warga Bali kembali ke ladang, dan ini membangun jumlah petani muda.

 

3 dari 4 halaman

Dunia Makmur

Soal pemilihan komoditas, Maya mengatakan, mereka awalnya menanam apa yang sudah biasa ditanam di desa tersebut. Namun seiring waktu, ia dan rekannya, Herwita S Rosalina, menemukan pola baru.

"Kami sadar, jadi petani berarti punya kebebasan dalam menghidupkan ide-ide kreatif. Pikiran itu yang akhirnya selalu kami dorong. Sampai akhirnya menonton acara memasak di televisi kabel. Lihat chef memasak, kami mau punya kebun yang menghasilkan bahan-bahan itu," ujarnya.

Awalnya mereka hanya menanam satu jenis, kemudian berkembang jadi tujuh jenis, lalu 20 jenis. Sekarang, sudah ada 50--70 jenis yang ditanam di delapan titik yang masing-masing seluas seribu sampai dua ribu meter persegi.

Ragam beri dan sayur-sayuran untuk campuran salad akhirnya sekarang jadi komoditas paling laris yang dijajakan Twelve's Organic. Semula mereka menjualnya melalui supermarket, tapi pada 2015, pihaknya mengubah konsep bisnis dengan menyasar end user.

"Kami juga membuka kebun, menjadikannya pasar di mana masyarakat bisa beli langsung produk-produk segar," katanya.

Di samping, Maya menggarisbawahi sudah waktunya petani yang memberi pilihan bagi konsumen, mengingat merekalah yang paham kapan waktu menanam dan panen terbaik. "Jadi, saat mau beli, pertanyaannya sudah harus, 'Petani, kamu punya apa?'" ucap Maya.

Sedangkan Agung terus memelihara intergrasi dalam slogan "Petani Bersatu." Sekarang mereka telah mengelola suplai dari petani di seluruh Bali yang tergabung dalam 27 kelompok tani yang telah terdaftar di Kementerian Pertanian.

Akhirnya, Maya mengajak untuk memandang dunia pertanian sebagai dunia makmur. "Jangan pernah pesismis saat hati terpanggil untuk jadi seorang petani. Itu justru kesempatan terbesar. Kalian jadi anak-anak terpilih yang memberi kehidupan bagi banyak orang," tutupnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Tanaman Sayuran yang Cocok Ditanam di Lahan Sempit

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.