Sukses

Menemukan Kembali Mutiara yang Hilang Berjuluk Flores The Singing Island

Budaya bernyanyi masyarakat Flores sudah diakui sejak 1930an oleh seorang etnomusikolog asal Belanda.

Liputan6.com, Jakarta - Kota musik selama ini identik dengan Ambon. Siapa sangka Flores pun menyimpan pesona serupa. Bahkan, budaya musik warga Flores sudah diakui sejak 1930an.

Adalah Jaap Kunst, seorang etnomusikolog Belanda yang pernah mempelajari musik di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dikutip dari rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu. Kunst menjuluki masyarakat flores sebagai The Singing Society.

Masyarakat Flores senang bernyani. Ia melihatnya pada hampir semua kegiatan harian masyarakat Flores. Mulai dari berkebun, menanam padi, menangkap ikan di laut, hingga memanen, selalu dilakukan sambil bernyanyi-nyanyi. 

Berbekal penelitian penting dari Kunst dan semangat melestarikan, mengembangkan, dan mengingatkan kembali warga Flores, Indonesia, dan dunia tentang budaya bernyanyi orang Flores, digelarlah Flores The Singing Island Festival pada 17 Agustus 2021. Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menginisiasi hal itu sebagai bagian dari kampanye The Singin Island.

"Bagi kami di Flores, pulau ini tidak saja diberikan keindahan alam yang menakjubkan, kehidupan masyarakatnya pun tidak kalah indah. Salah satunya lewat suara dan nyanyian yang disenandungkan saat melakukan aktivitas sehari-hari, ini menginspirasi hadirnya virtual Festival The Singing Island," ujar Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina.

Ia berharap, festival tersebut bisa membuka wawasan masyarakat luas bahwa Flores tidak hanya memiliki komodo, tetapi juga musiknya. "Flores sudah dikenal dengan keindahan alamnya, kini saatnya budayanya yang luar biasa diperkenalkan," sambung dia.

Festival dikemas secara virtual sebagai upaya menerapkan protokol kesehatan dan ditayangkan melalui kanal Youtube Kemenparekraf dan BPOLBF. BPOLBF menggandeng sejumlah musisi Flores dalam kegiatan itu, seperti Ivan Nestorman, Komodo Project, Jamaican Cafe, hingga Ana Oki Lega. Begitu pula dengan Tompi, Sandi Sandoro, dan Rayen Pono yang turut mengalunkan penggalan lagu Flores dalam rekaman virtual sebagai dukungan atas gelaran tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sasar Anak Muda

 

Labuan Bajo menjadi tuan rumah festival dengan para penampil yang datang dari delapan kabupaten di Flores, NTT, yakni Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, dan Flores Timur. Festival ini melibatkan lebih dari 100 musisi yang bernyanyi di seluruh Pulau Flores, dari ujung barat yang diwakili Labuan Bajo hingga Larantuka di ujung timur.

"Sebuah kado untuk Kemerdekaan RepublikIndonesia ke-76 dan menjaga semangat kebangsaan di tengah badai pandemi Covid-19", ucap Ivan Nestorman, penggagas festival musik ini.

Orkestra Satu Sikka juga bergabung sebagai salah satu penampil dalam festival ini. Kelompok musik asli Flores itu bermimpi untuk memperkenalkan musik-musik tradisional ke kancah nasional maupun internasional.

Kelompok lain yang berpartisipasi adalah Komunitas Rumah Kreasi Teater Mata Flores. Melalui festival ini, komunitas kreatif yang lahir dari kegelisahan sekelompok orang muda itu ingin mengajak anak muda untuk menjaga lagi budaya bangsa yang sempat hilang karena pengaruh modern.

Ada juga Heribertus Adolf Bastian P. Abul atau dikenal sebagai Herto Bastian Abul. Dia adalah seniman penyanyi, penulis lagu, dan MC yang lahir dan besar di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada 2006, Herto pernah menjabat sebagai Putra Pariwisata Manggarai Flores.

"Buat saya, Flores bukan sekadar pulau dengan panorama alam yang indah. Ada akar budaya kuat yang perlu disebarluaskan dari Flores. Lewat musik, kami menjaga perdamaian dunia, menjaga kehidupan, dan menginspirasi kehidupan," kata Herto.

3 dari 4 halaman

Bakal Jadi Agenda Tahunan

Flores The Singing Island Virtual Festival itu menuai perhatian publik. Puluhan ribu penonton kanal Youtube turut meramaikan dan mengomentari kegiatan tersebut agar musisi Flores tetap berkarya.  

"I am here in happy island, where we sing while we talk, a place we love to call our home, where we dance whilewe walk, happy heart is our medicine" adalah penggalan lirik lagu Flores the Singing Island yang menunjukkan kecintaan masyarakat Flores yang senang bernyayi untuk menyenangkan hati sebagai obat terbaik dalam kehidupan.

Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli berencana menjadikan Festival Musik Flores itu sebagai agenda tahunan. Ia juga akan memprioritaskan acara tersebut agar dapat mendatangkan wisatawan.

"Diharapkan agar kegiatan ini dapat terus dilaksanakan secara berkesinambungan, hingga Pemerintah dapat memberikan tempat bagi musisi-musisi Flores untuk dapat didokumentasikan dan bekerja sama dengan pihak-pihak swasta agar kegiatan ini dapat berjalan semakin baik di setiap kesempatannya," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Pro Kontra RUU Permusikan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.