Sukses

6 Fakta Menarik Musi Banyuasin, Punya Sungai yang Bisa Berubah Jadi Pantai

Taman Nasional Sembilang di Musi Banyuasin disebut-sebut sebagai kawasan mangrove terbesar di wilayah Indonesia bagian barat.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Musi Banyuasin atau Muba berlokasi di Provinsi Sumatra Selatan. Ibu kota Kabupaten Musi Banyuasin berada di Kota Sekayu. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah utara dan Kabupaten Muara Enim di sebelah selatan.

Luas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin sebesar 11.832,99 kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk pada 2020 sebanyak 622.206 jiwa, terdiri dari 320.561 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 301.645 jiwa penduduk perempuan.

Kabupaten ini memiliki 15 kecamatan dengan penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sekayu sebanyak 14.64 persen. Kabupaten Musi Banyuasin juga tergolong sebagai kota yang memiliki penduduk terbanyak di Provinsi Sumatera Selatan. Secara topografi, kabupaten ini merupakan daerah cekungan Sumatera Selatan yang dibatasi oleh Dataran Sunda di sebelah timur laut dan Pegunungan Bukit Barisan di sebelah barat daya.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Kabupaten Musi Banyuasin. Dilansir dari berbagai sumber, berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Musi Banyuasin.

1. Hutan Mangrove di Taman Nasional Sembilang

Hutan Mangrove Lalan merupakan bagian dari Taman Nasional Sembilang disebut-sebut sebagai kawasan mangrove terbesar di wilayah Indonesia bagian barat. Hutan ini terletak di Kecamatan Lalan.

Kawasan Taman Nasional Sembilang sebenarnya berada di Kabupaten Banyuasin, tetapi terdapat sebagian wilayah kecil di Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin. Berdasarkan SK Menhut Nomor 95/Kpts-II/03 Tanggal 19 Maret 2003, Kawasan Taman Nasional Sembilang memiliki luas 202.896,31 hektare.

Sekitar 14 persen dari Taman Nasional Sembilang merupakan ekosistem mangrove. Pada 2009 sendiri, habitat mangrove terluas kurang lebih sebesar 83,447.23 hektare. Sebaran jenis mangrove di Taman Nasional Sembilang yaitu sebanyak 17 spesies tumbuhan mangrove sejati dan 6 spesies mangrove ikutan.

2. Bahasa Musi

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki moto “Bumi Serasan Sakate” dengan bahasa daerahnya yaitu Bahasa Musi. Ciri khas dari Bahasa Musi yaitu penggunaan huruf e pada akhir kata.

Bahasa Musi ini satu rumpun dengan Bahasa Melayu. Bahasa ini tidak dipakai disemua tempat, hanya digunakan di Kecamatan Sekayu, Babat. Banyu Lincir, dan Toman. Nama Musi berasal dari Sungai Musi yang dulunya menjadi sumber air bagi masyarakat Musi.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Pantai Bongen

Pantai Bongen merupakan sebutan untuk Sungai Musi ketika musim kemarau tiba. Pantai ini tidak seperti bibir laut pada umumnya.  Penyebutan kata pantai untuk Sungai Musi karena sungai ini mengalami pengeringan dan akan menimbulkan hamparan pasir yang mirip dengan pantai.

Fenomena pengeringan Sungai Musi atau yang dikenal dengan penyebutan Pantai Bongen hanya terjadi sekali dalam setahun dan biasanya terjadi saat musim kemarau.  Karena itu, Kabupaten Musi Banyuasin memiliki sebuah tradisi unik, oleh warga sekitar dinamai Festival Bongen. Tradisi tahunan ini merupakan kegiatan untuk menikmati susana petang di pinggiran sungai.

Pemerintah daerah kemudian melihat potensi wisata dari tradisi tersebut, dan mulai menjadikannya sebuah festival yang dapat menarik minat wisatawan. Untuk menambah kemeriahan, pada festival ini juga diramaikan dengan sejumlah kegiatan, seperti pergelaran musik, tari-tarian, serta fashion show kain tradisional Gambo khas Muba.

4. Kesenian Senjang

Kesenian Senjang merupakan kesenian dari Kabupaten Musi Banyuasin yang sudah turun temurun. Kesenian ini pertama kali berada di Kecamatan Sungai Keruh yang kemudian berkembang ke Kecamatan Babat Toman dan berlanjut ke Kecamatan Sekayu.

Perkembangan ini yang menyebabkan model Senjang setiap kecamatan tidak sama. Senjang sendiri merupakan seni yang berbentuk pantun bersahutan (bisa juga ditampilkan secara tunggal) yang berupa nasihat, kritik, dan sebagai ungkapan rasa gembira.

Kesenian ini juga dapat ditampilkan ketika acara keluarga salah satunya dalam adat perkawinan. Selain itu dapat pula ditampilkan ketika acara peresmian rumah baru dan syukuran.

3 dari 4 halaman

5. Suku Anak Dalam

Suku Anak Dalam atau Orang Rimba dikenal pula dengan nama Suku Kubu merupakan suku yang banyak hidup di Pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Suku ini tinggal di hutan alam Kecamatan Batanghari Leko.

Hutan alam ini merupakan perbatasan antara Sumatera Selatan dan Jambi yang menjadi dataran rendah yang tersisa di Pulau Sumatera. Dari Kota Sekayu, dibutuhkan waktu sekitar 6-7 jam untuk menuju kawasan Suku Kubu.

Tradisi yang biasa dilakukan oleh Suku Kubu yaitu adanya kebiasaan untuk berpindah tempat tinggal atau nomaden. Tidak hanya itu, Suku Kubu juga membuat pakaian mereka dari kulit kayu. Kini, kehidupan masyarakat Suku Kubu terus terancam dengan penebangan hutan dan pemberlakuan peraturan pemerintah yang ada.

6. Tarian Khas

Tarian khas Kabupaten Musi Banyuasin adalah Tari Setabik. Kata setabik dapat diartikan sebagai menghormati. Tarian ini menjadi bagian dari serangkaian upacara penerimaan dan penghormatan kepada tamu-tamu, pemerintah, serta pemuka adat yang datang ke Kabupaten Musi Banyuasin.

Tarian Setabik sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Untuk melakukan pertunjukan tari tradisional ini, dibutuhkan 10 orang penari yang terdiri dari dua dayang, empat penari pengiring, dua pria pembawa tombak, dan satu pria pembawa payung. Kekhasan dari Tari Setabik adalah adanya gerakan penghormatan (tabik).  (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.