Sukses

Konsumen Penentu Masa Depan Praktik Ramah Lingkungan di Hotel

Bagi pelaku usaha perhotelan, hal yang mendorong mereka mempraktikkan konsep ramah lingkungan adalah uang. Maka itu, preferensi konsumen sangat menentukan.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti banyak bisnis lainnya, hotel pun mengalami banyak perubahan berdasarkan perubahan sikap konsumennya, mulai dari desain hingga fasilitas. Membuat hotel dan resor ramah lingkungan, mungkin sulit untuk mengetahui langkah mana yang menuju keberlanjutan jangka panjang dan mana yang hanya tren yang akan hilang segera setelah mode berikutnya muncul.

Bagi wisatawan, memesan hotel tak selalu berdasarkan hotel tersebut peduli terhadap lingkungan. Harga, lokasi, dan program loyalitas juga memainkan peran penting, seperti dilansir dari laman CNN, Jumat, 26 Maret 2021.

Banyak bisnis industri perhotelan menyebutkan penghargaan yang telah mereka menangkan. Namun, apakah wisatawan pernah mendengar tentang penghargaan itu? Apakah itu pengakuan yang sah atau hanya kesombongan dalam industri?

Justin Francis adalah salah satu pendiri dan CEO Responsibletravel.com, sebuah kelompok aktivis yang menginginkan industri perjalanan lebih sadar lingkungan. Beberapa hotel menyebutkan hotelnya disertifikasi sebagai bukti telah bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Tapi kata-kata itu sengaja menyesatkan, kata Francis. Ia mencontohkan, sebuah hotel di Las Vegas yang memasang ribuan bola lampu di bagian luarnya, tetapi tetap mengklaim bertanggung jawab terhadap lingkungan. Seharusnya, hotel tersebut meminimalkan jumlah lampu yang digunakan yang memonopoli energi itu.

"Sebuah hotel yang benar-benar bagus tentu memiliki laporan lingkungan, dan laporan lingkungan itu juga akan dibagikan dan dipublikasikan. Di situ, saya dapat melihat energinya [dan] penggunaan air limbah, dan saya ingin melihatnya berkurang. Jika mereka tidak memiliki laporan lingkungan atau tidak siap untuk mempublikasikannya, itu adalah garis merah bagi saya," ujar dia.

Selain laporan lingkungan, bagian dari proses penghijauan adalah keuangan. Hotel yang lebih kecil dan independen mungkin tidak mampu membayar biaya yang menyertai pengajuan sertifikasi ramah lingkungan. Meskipun bersertifikat, mereka mungkin tidak dapat atau bersedia mengeluarkan uang untuk mempromosikannya di situs web atau dengan menyewa humas untuk menyebarkan berita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pelanggan sebagai Penentu

Denise Naguib adalah Wakil Presiden Keberlanjutan di Marriott, yang menjadi merek hotel terbesar di dunia saat bergabung dengan Starwood pada 2019. Marriott adalah salah satu brand hotel yang sebagian besar menghentikan penggunaan sedotan plastik sekali pakai di semua propertinya.

Meskipun melarang sedotan plastik adalah mode besar yang tidak terdeteksi secepat kemunculannya, Naguib dan timnya melihatnya sebagai peluang. "Pemotongan sedotan plastik di dunia tidak akan menyelamatkan laut, tidak akan mengurangi polusi plastik yang signifikan di seluruh dunia," kata Naguib. 

Pada akhirnya, Marriott berhenti menggunakan sedotan, apa pun bahannya, kecuali pelanggan meminta. Praktik tersebut telah menghemat satu miliar sedotan dari keseluruhan portofolio mereka, yang berarti perusahaan menghemat uang. 

Namun, Naguib tahu bahwa membuat pelarangan besar-besaran terhadap penggunaan sedotan plastik belum tentu merupakan pilihan terbaik untuk semua tamu. Masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pelanggan, seperti penyandang disabilitas yang mungkin mengandalkan sedotan.

Satu-satunya faktor terbesar yang memotivasi hotel untuk berubah adalah uang. Tanpa pelanggan, tidak ada keuntungan, dan tanpa keuntungan tidak ada insentif.

Christina Chi, profesor di School of Hospitality Business Management di Carson College of Business, memimpin tim yang mempelajari praktik penghijauan di industri hotel. "Kami membandingkan hotel hijau dan non-hijau dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat hunian atau pendapatan," katanya. 

Bahkan, hotel yang memiliki sertifikasi atau penghargaan tidak selalu mencantumkannya di situs web mereka atau memudahkan calon tamu untuk mengetahuinya. Seperti bisnis lainnya, perhotelan mengalami perubahan berdasarkan apa yang diinginkan pelanggan. "Pada akhirnya, pelanggan adalah penentu terakhir penghijauan hotel," kata dia.

3 dari 3 halaman

Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.