Sukses

Makna dan Sejarah Panjang Kue Keranjang Saat Imlek

Kue keranjang tak sekadar disajikan, tapi juga memiliki makna dan sejarah yang penting.

Liputan6.com, Jakarta - Kue keranjang merupakan salah satu makanan yang banyak dicari jelang dan saat Imlek. Sejumlah pusat perbelanjaan pun menyediakan kue keranjang.

Kue keranjang jadi kudapan yang telah turun-temurun ada setiap Imlek. Kue ini juga memiliki makna dan sejarah tersendiri.

Melansir dari China Highlights, Selasa (9/2/2021), kue keranjang disebut sebagai Nian Gao. Kue keranjang sebagai makanan penutup yang populer disantap selama Tahun Baru Imlek.

Awalnya, kue keranjang digunakan sebagai persembahan dalam upacara ritual, sebelum secara bertahap menjadi makanan Festival Musim Semi. Sajian ini dianggap sebagai keberuntungan selama periode Tahun Baru Imlek.

Selain keberuntungan terhadap pendapatan yang lebih tinggi, tetapi juga mengenai posisi, anak-anak, dan tahun yang lebih baik. Biasanya kue keranjang dibuat dari tepung ketan, tepung terigu, garam, air, dan gula. Enak bila dikukus, digoreng, atau bahkan dimakan dingin.

Rasa kue keranjang dapat dibagi menjadi dua jenis utama, kue beras manis yang biasanya dibuat di China bagian utara dengan cara dikukus atau digoreng. Di China selatan, kue keranjang dapat disajikan manis atau gurih, dimasak dengan dikukus, diiris-goreng, atau bahkan dimasak dengan sup.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sejarah Panjang Kue Keranjang

Kue keranjang memiliki sejarah panjang, setidaknya 1.000 tahun. Pada awal Dinasti Liao (907-1125) orang di Beijing memiliki kebiasaan makan kue Tahun Baru pada hari pertama bulan pertama tahun lunar.

Selama Dinasti Ming (1368–1644) dan Dinasti Qing (1644–1911), kue keranjang telah menjadi camilan rakyat biasa, dan tetap seperti itu hingga sekarang. Kue ini memiliki legenda tentang asal-usul Suzhou, sekitar 2.500 tahun yang lalu.

Pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722–481 SM) Tiongkok kuno, seluruh negeri dibagi menjadi beberapa kerajaan kecil dan orang-orang menderita kekacauan perang. Saat itu, Suzhou adalah ibu kota Kerajaan Wu.

Dinding yang kuat dibangun untuk melindungi Wu dari serangan, dan raja mengadakan perjamuan untuk merayakan penyelesaiannya. Semua orang tidak lagi mengkhawatirkan perang, kecuali Perdana Menteri Wu Zixu.

Dia mengatakan kepada rombongannya, "Perang tidak boleh dipandang enteng. Tembok yang kuat memang merupakan perlindungan yang baik, tetapi jika negara musuh mengepung kerajaan kita, tembok itu juga merupakan penghalang yang keras bagi diri kita sendiri. Jika keadaan benar-benar memburuk, ingatlah untuk gali lubang di bawah dinding."

Bertahun-tahun kemudian, setelah Wu Zixu meninggal, dan kata-katanya menjadi kenyataan. Banyak orang mati kelaparan selama pengepungan.

Para prajurit melakukan apa yang diperintahkan Wu Zixu kepada mereka sebelumnya dan menemukan bahwa tembok di bawah tanah dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan. Makanan ini menyelamatkan banyak orang dari kelaparan. Batu bata ini adalah kue keranjang asli.

3 dari 3 halaman

5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.