Sukses

Cara Unik Seniman Soroti Invasi Privasi di Era Modern

Proyek yang menyoroti invasi privasi ini bahkan melibatkan anak-anak untuk mendapat pelajaran yang tak akan ditemukan di sekolah.

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak kemudahan yang memang dihadirkan di era modern. Namun, di antaranya masih ada yang dianggap perlu mendapat perhatian lebih. Dalam kasus seorang seniman asal Tiongkok, invasi privasi mestinya jadi isu yang menarik perhatian banyak orang.

Melansir laman South China Morning Post, Senin (30/11/2020), pada 2018, seniman bernama Deng Yufeng ini telah membeli informasi pribadi 300 ribu orang di Tiongkok dan menampilkannya di depan umum. Hal ini dilakukan demi membuktikan ancaman pencurian identitas. Kala itu, ia diinterogasi polisi dan dilarang meninggalkan Wuhan.

Sejak saat itu, Deng, yang menggunakan seni untuk mengkritik topik sensitif di Negeri Tirai Bambu, ingin menggali pelanggaran privasi di sana. Ia melihat karya-karyanya sebagai pencerahan bagi publik.

Proyek terbarunya adalah karya pertunjukan yang membuatnya memimpin sebuah kelompok di ibu kota Beijing. Mereka menyusuri jalan sembari menghindari banyak kamera pengintai atau CCTV, yang dipentaskan sebagai tindakan pembangkangan terhadap sistem pengawasan kian menyebar luas.

"Saya hanya seorang individu. Saya melihat masalah dan, karena saya seorang seniman, saya ingin memperbesar masalah itu sampai semua orang bisa melihatnya. Saya berharap mereka bisa merasakan sesuatu tentang itu," katanya.

Tiongkok sendiri merupakan rumah bagi 18 dari 20 kota paling banyak dipantau di dunia. Juga, lebih dari separuh kamera pengintai yang digunakan secara global, menurut sebuah studi oleh situs web teknologi Inggris, Comparitech, Juli lalu.

Di Beijing, ada sekitar 56 kamera per seribu orang. Di Tiongkok secara keseluruhan, ada hampir satu kamera untuk setiap dua orang, kata studi tersebut.

Deng menghabiskan waktu berbulan-bulan mempersiapkan proyek ini. Ia memulainya dengan menemukan lokasi yang baik untuk 'menghilang' di Beijing. Ia menghabiskan dua bulan untuk pengintaian, mengambil gambar jalan, mengukur lebar, dan melihat semua kamera pengintai.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jadi Pelajaran yang Tak Bisa Didapatkan di Sekolah

Ketika kembali ke studio, Deng mulai menggambar peta jalan secara 3D. Ia memanfaatkan kamera daring untuk menganalisa seberapa banyak area di sekitarnya yang ditutupi kamera.

Setelah bekerja selama sebulan, ia menemukan zona mati di jalan dan menggambar rute yang, secara teoritis, dapat terhindar dari pengawasan kamera pengintai.

Ia awalnya ingin melakukan ini sendirian, tapi tiba-tiba terpikir merekrut sukarelawan. "Saya harus jadi pemandu wisata dan memimpin sekelompok orang untuk menghadapi topik yang serius dengan gaya permainan," katanya.

Ia merekrut sukarelawan secara daring, dan di suatu hari yang cerah di musim gugur, sekelompok orang menyelinap ke jalan. Mereka beringsut dalam barisan, bergandengan tangan. Di blok berikutnya, mereka berjongkok di samping sekelompok sepeda.

Yang mengejutkan, beberapa orangtua bahkan mengajak anak-anak mereka, mengatakan bahwa ingin menunjukkan sesuatu yang tak dapat dipelajari di sekolah. Dalam perjalanannya, Deng terkejut saat menemukan kamera baru dipasang sejak kunjungan terakhirnya. 

Ide untuk proyek tersebut pertama kali muncul pada 2015, dan Deng bukan satu-satunya orang di Tiongkok yang peduli dengan privasi. Pada Maret, Lao Dongyan, seorang profesor di Tsinghua University, berjuang keras melawan rencana kompleks perumahannya di Beijing untuk memasang kamera pengenal wajah.

3 dari 3 halaman

Tips Hindari Penularan COVID-19 Saat Musim Hujan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.