Sukses

William Wongso Bicara Serba-serbi Michelin Star Restaurant, dari Faktor Penilaian sampai Pamor Turun

Menurut William Wongso, pemberian Michelin Star pada stall di pujasera Singapura termasuk tindakan mengada-ngada.

Liputan6.com, Jakarta - Michelin Star guide tentu bukan arahan asing bagi kebanyakan pelancong. Karena penyematan bintang inilah mungkin Anda pernah tergoda mendatangi sebuah restoran untuk membuktikan sendiri cita rasanya.

Sah-sah saja tentu, tapi ternyata ada cerita lain di balik penilaian berkala ini. Ahli kuliner, William Wongso, menjelaskan bahwa Michelin Star awalnya diciptakan di Prancis dengan berkaca pada kondisi di sana.

"Makanya pas masuk ke Singapura, pujasera dikasih Michelin Star, menurut saya mengada-mengada," katanya dalam perbincangan daring bersama aktris Dian Sastrowardoyo, Jumat, 11 September 2020.

Pasalnya, pemilik usaha Pawon Om Will ini menjelaskan, kebersihan toilet jadi faktor pertama yang dinilai. Kalau lihat Michelin Star Restaurant di Prancis, kata William, semua toiletnya bersih, bahkan harum. "Hawker kan WC umum. Jadi, semacam cari pasar saja," imbuhnya.

Ia menambahkan, pemberian Michelin Star ini dimulai dengan kunjungan incognito. "Bintang satu atau dua minimal bakal dikunjungi sebanyak enam kali. Jadi, yang punya restoran pun tak bakal tahu," paparnya.

Bintang satu Michelin Star setidaknya bagus secara menu, pelayanan, dan wine list. Lalu, bintang dua, dideksripsikan semisal terlewat sudah 20 kilometer, orang tersebut masih mau putar balik. Lalu, yang paling tinggi, bintang tiga, worth the journey.

"Jadi, orang sengaja melakukan perjalanan hanya untuk makan di situ terus pulang lagi," ujar William Wongso.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dari Turun Pamor hingga Menolak Bintang

William Wongso mengatakan, Michelin Star di negara asalnya sudah turun pamor. Pasal, banyak juru masak yang tak mau berada di bawah tekanan karena terus diawasi.

Banyak chef ternama yang akhirnya mengembalikan peroleahan Michelin Star karena faktor tersebut. "Larinya orang ke bistronomy, semacam warung Prancis, tapi produknya gastronomy. Banyak itu juru masak yang eks Michelin Star," paparnya.

Sementara William mengatakan, tak sedikit pula restoran di Jepang yang enggan menerima Michelin Star. "Mereka bilang, 'Kok bule bisa menilai makanan kita?'" tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.