Sukses

Maskapai Virgin Australia Kolaps Akibat Corona, Salah Satu Pemilik Jaminkan Pulau di Karibia

Maskapai Virgin Australia memutuskan tetap bertahan walau permintaan untuk mendapatkan pinjaman ditolak Pemerintah Australia.

Liputan6.com, Jakarta - Virgin Australia mengonfirmasi telah mendaftarkan administrasi dan menjadikannya sebagai perusahaan besar pertama di Australia yang terdampak pandemi corona COVID-19. Maskapai terbesar kedua di negeri kangguru itu telah menghentikan nyaris semua penerbangan pada bulan lalu sebagai imbas larangan perjalanan secara global.

Perusahaan sebenarnya telah berjuang untuk mengatasi utang jangka panjang senilai 5 miliar dolar Australia atau lebih dari Rp49 triliun. Kini, maskapai tersebut menjadi pembeli dan investor baru lantaran gagal mendapatkan pinjaman dari pemerintah Australia.

Dikutip dari BBC News, Selasa (21/4/2020), Kepala Eksekutif Virgin Australia Paul Scurrah mengatakan, "Keputusan kami hari ini adalah tentang menjamin masa depan Grup Virgin Australia dan hal-hal lain yang muncul sebagai dampak dari krisis Covid-19."

Ia menambahkan bahwa Australia memerlukan maskapai kedua untuk melayani kebutuhan penerbangan konsumen, terutama pasca-pandemi. Maka itu, Virgin Australia memutuskan untuk tetap terbang.

Virgin Australia diketahui menguasai 31 persen pangsa pasar penerbangan domestik. Sementara, 58 persen lainnya dikuasai oleh Qantas. Maka itu, sekelompok konsumen dan politikus lokal menyuarakan kekhawatiran bila maskapai benar-benar dibiarkan kolaps, Qantas sebagai maskapai nasional akan memonopoli bisnis penerbangan di Australia.

Canberra sebelumnya menolak memberikan utang bagi perusahaan itu yang meminta pinjaman sebesar 1,4 miliar dolar Australia. Padahal, pemerintah pada bulan sebelumnya telah mengumumkan akan mengucurkan dana senilai 900 juta dolar Australia untuk mendukung seluruh maskapai lokal.

Virgin Australia hanya menghasilkan dua keuntungan secara hukum dalam satu dekade terakhir. Maskapai itu dimiliki sejumlah pihak, yakni pemerintah Uni Emirat Arab, Singapore Airlines, HNA China, dan Grup Sir Richard Branson. Setidaknya 10.000 karyawan dipekerjakan secara langsung dan 6.000 lainnya direkrut melalui bisnis tambahan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Langkah Sir Richard Benson

Firma konsultan Deloitte mengumumkan telah ditunjuk sebagai administrator pada Senin, 20 April 2020. Mereka akan mencoba dan merestrukturisasi utang perusahaan, melunasi para kreditur, dan mencari pembeli. Mereka berharap grup ekuitas swasta akan tertarik membelinya.

Kerugian jangka panjang maskapai juga bisa dipandang sebagai kerugian besar bagi industri pariwisata Australia yang merupakan pendongkrak GDP terbesar. Sebelum berhenti beroperasi, Virgin Australia melayani penerbangan ke 41 rute dengan armada 130 pesawat.

Mayoritas merupakan rute domestik, yang merupakan cara paling praktis untuk bisa bepergian di benua tersebut. Meski begitu, maskapai juga melayani rute internasional, seperti Selandia Baru, Bali, Fiji, Tokyo, dan Los Angeles.

Sementara, Sir Richard Branson, pemilik Grup Virgin yang juga memiliki sebagian saham Virgin Australia, telah menawarkan sebuah pulau di Karibia sebagai jaminan untuk mendapat pinjaman bagi Virgin Atlantic dari Pemerintah Britania Raya.

Penjualan saham juga telah ditangguhkan dalam perusahaan selama dua pekan karena berjuang untuk menemukan rencana penyelamatan.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini