Sukses

Cerita Akhir Pekan: Pekerja Kreatif Bangkit Melawan Pandemi Corona

Cerita Akhir Pekan kali ini membahas para pekerja kreatif yang bangkit melawan pandemi corona, seperti membuat ADP, masker, dan lain-lain.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pekerja kreatif menunjukkan kepeduliannya terhadap pandemi corona COVID-19 di Indonesia. Mereka saling bahu-membahu membuat masker dan Alat Pelindung Diri (APD), salah satunya desainer kondang Anne Avantie.

"Saya memelopori membuat APD sampai sekarang, sudah hampir 30 hari. Industri kreatif merupakan usaha yang tidak akan mati," ujar Anne saat dihubungi Liputan6.com, Jumat malam, 17 April 2020.

Dari banyak pekerja kreatif yang membuat APD, menurut Anne tidak mau menonjol karena persoalan kemanusiaan. Mereka tidak mau disebut pamer oleh para warganet.

"Mereka tidak kuat secara mental. Kalau saya sudah biasa, karena saya sudah bergerak dalam yayasan selama 20 tahun. Saya tidak ragu-ragu lagi, sejauh itu baik, maka akan saya jalankan," ungkap Anne.

Anne menambahkan bahwa dirinya juga mengedukasi lewat konten-konten dan tulisan lewat media sosial sehingga masyarakat bisa membedakan mana yang benar-benar untuk kepedulian terhadap kemanusiaan, mana yang pamer.

"Saya mengelola media sosial dengan baik, bahkan sudah seperti production house (rumah produksi)," kata perempuan kelahiran Semarang, 20 Mei 1954.

Saat ini Anne mengaryakan ratusan orang untuk membuat APD. Anne membayar mereka dari dana yang diterima dari yayasannya. Hasilnya kemudian disumbangkan ke seluruh rumah sakit di Indonesia.

"Karena saya menyumbangkan APD itu, maka saya punya caranya, yaitu harus ada surat resmi dari rumah sakit (RS), kemudian pengiriman ditujukan kepada rumah sakit yang bersangkutan, di punggungnya ada tulisan tidak diperjualbelikan, ada juga logo merah putih. Ini semua untuk Indonesia," lanjut Anne.

Setiap sore Anne Avantie mengirimkan lebih dari 1.000 hingga 2.500 APD, dari Sabang hingga Papua. Menurut Anne, niat baiknya dipermudah oleh Tuhan.

"Kalau tidak, mungkin saya harus mengeluarkan ratusan juta untuk biaya semua ini. Saya tidak tahu kapan harus menghentikan pembuat APD ini. Tuhan yang memulai, Tuhan pula yang menghentikan semua ini. Saya simple saja," ujar Anne Avantie.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hal yang Perlu Dilakukan

Sementara itu, Presiden Tangan di Atas (TDA) Doni Kris Puriyono yang membawahi puluhan UMKM di Indonesia menilai, pekerja kreatif salah satu sektor yang berada yang berada di tengah-tengah, antara yang turun dan yang malah diuntungkan.

"Dalam pengamatan saya justru banya diuntungkan dengan adanya pandemi corona ini, terutama para pekerja kreatif yang sudah melek social media," ujar Doni kepada Liputan6.com melalui pesan tertulis, Jumat, 17 April 2020.

Dalam kacamata Doni, para konten kreator justru sedang panen karena konten mereka banyak dilihat oleh banyak, seperti di YouTube.

"Pekerja kreatif ini cenderung lebih cepat beradaptasi dibanding sektor lainnya di era corona ini. Dari banyak member TDA di bidang pekerja kreatif, rata-rata hampir 70 persen ke atas malah menangguk omset berlebih dibanding hari biasa. Yang terpuruk juga ada, mereka rata-rata tida bisa memanfaatkan social media," tutur Doni.

Kata Doni, para pekerja kreatif selalu memiliki kreativitas dan inovasi. Dengan kreativitas dan inovasi itu, mereka bisa bergerak ke dalam bidang yang lebih luasa.

"Itu karena mereka menguasai teknologi dan mengetahui market mereka," ujar Doni.

Pandangan yang lain datang dari Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata. Ia menilai apa yang dilakukan pekerja kreatif dalam membuat APD, masker, dan lain-lain hanya kondisi temporer.

"Mereka membuat itu lebih kepada bertahan dengan mengubah product offering yang sementara masih memungkinkan," ucap Leonard kepada Liputan6.com lewat pesan tertulis, Jumat, 17 April 2020.

Lebih jauh, Leonard mengatakan itu pun hanya mencukupi biasanya untuk mempertahankan usahanya agar bisa menggaji karyawan.

"Setelah itu, mereka harus putar otak untuk masuk ke kondisi normal yang baru atau new normal. Apakah product offering atau business model-nya masih relevan atau tidak," kata Leonard.

Oleh karena itu, mereka perlu melakukan inovasi kecil yang konstan (constant small innovation). Kondisi saat ini mereka yang mampu melakukan product offering masih sangat sedikit.

"Kebanyakan masih mitigasi saja, mencoba untuk tidak bangkrut (collapse), perencanaan juga jangka pendek (short term) dan sangat situasional," ujar Leonard yang menyebut saat ini kondisinya sama di bidang apapun.

Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat ini yaitu memerbaiki sistem keuangan, mulai beralih ke digital dan menerapkan sistem berbasis teknologi.

"Keputusan harus bersifat situasional, tetapi tetap sesuai tujuan, belajar bagaimana memanage lewat jarak jauh (learn how to manage remotely now), ini saatnya melatih perusahaan Anda, teruslah belajar (this is the time for training your company, keep learning), berkomunikasi secara teratur dengan karyawan dan pelanggan Anda (communicate regularly with your employees and your), bersikap proaktif dengan komunitas (be proactive with communities)," papar Leonard.

3 dari 4 halaman

Sambutan Positif Kemenparekraf

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menanggapi secara positif apa yang dilakukan para pekerja kreatif. Selama pandemi corona COVID-19 ini para pekerja kreatif harus menghadapi situasi new normal atau situasi normal yang baru.

"Banyak pekerja kreatif melakukan seminar online, diskusi online, musisi pun mengadakan konser online," kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kemenparekraf Ari Juliano Gema kepada Liputan6.com, Jumat, 17 April 2020.

Sejak Kemenparekraf meluncurkan Gerakan Masker Kain. masyarakat merespons positif gerakan tersebut. Hal itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang mendaftar. Ari menyebut lebih dari 2.500 orang yang mendaftar, termasuk dari UMKM.

Ari menambahkan, Kemenparekraf mencari bisnis-bisnis baru untuk modalnya bisa lewat CSR perusahaan yang dananya bisa digunakan untuk modal kerja. Sementara hasil-hasil dari usaha itu bisa digunakan perusahaan untuk dibagikan kepada masyarakat.

"Kami menyambut baik usaha para pekerja kreatif. Pemerintah memberikan insentif, kami penuhi basic needs-nya, baik berupa BLT, Kartu Prakerja, dan mencari bisnis-bisnis baru," lanjut Ari.

Saat ini keseimbangan sangat diperlukan, kata Ari mereka tidak hanya menerima, tapi juga berusaha membuat produk-produk baru.  Dengan begitu, Kemenparekraf akan bekerja sama dengan platform digital yang ada. Produk mereka bisa dipasarkan  lewat platform tersebut sehingga jangkauannya bisa bertambah luas, begitu juga dengan usaha hilir kopi yang sedang lesu.

"Bisnis sekarang itu bisnis yang paling berkembang itu harus melalui digital. Tidak ada yang lain," tandas Ari.

4 dari 4 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.