Sukses

Sisi Kelam sang Desainer Yves Saint Laurent dalam Sebuah Film

Di usia 21 tahun, Yves Saint Laurent menjadi Artistic Director Christian Dior. Namun dibalik kehidupan yang glamor ada kekelaman di hidupnya

Liputan6.com, Jakarta Jika fashion adalah passion Anda, maka Anda akan memberi perhatian bukan hanya pada gaya busana. Pecinta fashion sejati seharusnya memiliki pengetahuan yang luas tentang dunia fashion.

 

Bukan hanya bisa melafalkan kata “Louis Vuitton”, “Hermes”, atau “Lanvin” dengan benar, seorang yang benar-benar mencintai fashion akan dapat dengan cerdas menjelaskan konteks hadirnya sebuah koleksi atau pengaruh kehidupan pribadi seorang desainer pada rancangan-rancangan yang dibuatnya atau lebih dalam lagi bagaimana fashion dapat mengubah dunia.

 

Untuk menambah wawasan fashion Anda, pada tanggal 21 Maret 2014 akan dirilis sebuah film tentang kehidupan perancang yang juga merupakan pendiri label Yves Saint Laurent, sebagaimana dilansir dari halaman bbc.com Jumat (21/3/14).

 

Karir Yves Saint Laurent di dunia fashion terbilang gemilang. Ia bahkan sudah menjadi Artistic Director di rumah mode mewah asal Prancis, Christian Dior, di usia 21 tahun. Laurent yang meninggal di umur 71 tahun pada 2008 difilmkan dengan judul “Yves Saint Laurent”. Film ini berkisah tentang lika-liku kehidupan pribadi Laurent dan malang-melintangnya di dunia fashion.

 

Lahir di Aljazair pada tahun 1936, Laurent tumbuh sebagai anak yang terobsesi pada fashion. Pada masa remaja, Laurent yang pemalu pindah ke Paris untuk bekerja pada perancang Christian Dior. Pengangkatannya sebagai Artistic Director menggantikan Christian Dior yang meninggal tentu membuat banyak orang terkejut, tapi semua sudah bisa melihat seorang bintang pada diri Laurent.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cerita Film

Cerita Film

 

Dalam filim ini, karakter Yves Saint Laurent diperankan oleh aktor muda asal Prancis, Pierre Niney. Kesamaan fisik antara Niney dan Laurent adalah satu faktor yang membuatnya terpilih untuk menjadi pemeran utama film ini, selain juga kemampuan akting Niney yang juga bagus.

 

“Saya melakukan persiapan selama 5 bulan untuk mempelajari kehidupan dan karakter Laurent. Saya bertemu banyak orang yang dekat dengan Laurent. Cerita utama di film ini ialah tentang hubungan Laurent dengan Pierre Berge, partner bisnis dan pribadinya,” ucap Niney. Lanjutnya, “Saya sangat beruntung dapat duduk bersama dengan Berge yan kini berusia 83 tahun. Merupakan sebuah kesempatan istimewa dan sangat membantu saya berakting di film ini”.

 

Sutradara film ini adalah Jalil Lespert, yang sebelumya juga berprofesi sebagai seorang aktor. Ia juga sangat tertarik untuk mengangkat kehidupan pribadi Yves Saint Laurent. “Laurent selalu memiliki visi yang revolusioner tentang fashion, tapi tanpa Berge ia mungkin tidak akan bisa sejauh ini. Untuk mendapat tujuan hidup harus ada seseorang yang Anda cintai yang mencintai Anda juga. Jika bukan cinta, hal apa yang dapat membuat hidup ini masuk akal? Laurent membutuhkan Berge secara emosional dan film ini akan mengisahkan problem-problem yang terjadi di dalamnya” jelas sang sutradara tentang film fashion yang dibuatnya.

 

Sutradara Prancis yang lahir tahun 1976 ini juga menjelaskan bahwa film ini juga ingin menunjukkan sisi humor dari seorang Yves Saint Laurent. Hal ini pula yang menjadi latar belakang dipilihnya aktor Pierre Niney. Niney terkenal di Prancis sebagai seorang komedian.

 

Cerita di film ini menampilkan kekelaman kehidupan Yves Saint Laurent yang kemudian menjadi ketergantungan alkohol dan obat-obat terlarang sebagai bentuk perjuangannya melawan depresi dan tekanan akibat dituntut untuk memroduksi dua koleksi dalam satu tahun.

 

Yves Saint Laurent muda yang memesona dan punya energi besar justru menjadi tak bergairah ketika sukses dengan fashion ready-to-wear. “Sering ketika Anda mencapai puncak karir, segala sesuatu tampak berubah dan Anda kehilangan selera hidup. Yves tentunya bukan orang sukses pertama yang merasakan hal itu. Namun di tengah tekanan dan masalah tersebut, Laurent dan Berge berhasil menjalani hidup bersama selama bertahun-tahun. Cerita inilah yang kami angkat,” ucap sang sturdara.

3 dari 3 halaman

Ulasan Film ini dari Editor Fashion

Ulasan Film ini dari Editor Fashion

 

Lisa Armstrong, editor fashion The Daily Telegraph mengatakan bahwa film ini dengan baik menggambarkan bagaimana Laurent dan Berge melengkapi satu sama lain tanpa mendramatisir bagaimana hal tersebut membuat Laurent mengubah dunia fashion. Menurutnya Laurent adalah figur penting dunia fashion.

 

Mengenai sosok Yves Saint Laurent sendiri, Lisa berpendapat bahwa kontribusi Laurent di dunia fashion memiliki dampak yang sangat luas. Saat Laurent muda, Prancis mengalami kekhawatiran bahwa pusat mode dunia akan pindah ke London. Yves Saint Laurent adalah tokoh yang digantungi harapan untuk dapat menjadikan Paris tetap sebagai pusat mode dunia.

 

“Laurent lah yang menghadirkan gaya safari dan `smoking` tuxedo yang sangat terkenal di tahun 1966. Laurent pula yang menghadirkan konsep `cool` di catwalk. Ide besarnya ialah bahwa wanita dapat tampil seksi, moderen dan emansipatif melalui tampilan bersentuhan androgini,” ucap Lisa Armstrong tentang gebrakan Laurent di dunia fashion.

 

“Wanita masa kini tidak lagi berpikir dua kali untuk memakai kaos atau bahkan celana panjang milik teman laki-lakinya. Tidak boleh dilupakan bahwa hal ini menjadi lumrah salah satunya karena kenekatan budaya dari seorang Yves Saint Laurent. Mendandani wanita dengan celana panjang yang elegan adalah revolusi budaya.” Demikian Lisa Armstrong menjelaskan kontribusi fashion Yves Saint Laurent pada dimensi kebudayaan yang lebih luas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.