Sukses

Kisah Generasi Terakhir Perajin Seni Kuno Turki Saat Ramadhan, Penerang Cakrawala Istanbul

Seorang perajin Turki dengan penuh semangat menerangi cakrawala Istanbul selama bulan Ramadhan. Namun, penerus yang tak pasti menimbulkan pertanyaan: apakah ia akan menjadi yang terakhir dari generasinya?

Liputan6.com, Istanbul - Di jantung kota Istanbul, di atas menara-menara menjulang yang menghiasi cakrawala kota, Kahraman Yildiz, 68 tahun, bekerja keras membuat kerajinan yang telah menerangi masjid-masjid Istanbul selama bulan suci Ramadhan selama beberapa generasi.

Yildiz, seorang ahli 'Mahya', tradisi unik Turki yang merangkai pesan-pesan keagamaan dan desain di antara menara-menara, sedang menghadapi masa senja dari praktik yang sudah mendarah daging dalam budaya Turki yang masih dianggap remeh.

Dilansir dari abc news, Minggu, (16/3/2024), selama setengah abad Yildiz telah menjaga dan melestarikan bentuk seni ini. Ia menciptakan desain rumit yang menerangi dan mengindahkan langit malam Istanbul, mendorong keimanan dan amal di antara orang-orang yang melihatnya.

Karya-karyanya membawa pesan-pesan yang diperuntukkan bagi umat muslim selama bulan suci Ramadhan, waktu untuk merefleksi diri dan komunitas.

Namun, karena tidak adanya calon penerus, masa depan Mahya berada di ujung tanduk.

Para pejabat melihat bulan sabit pada Minggu malam di Arab Saudi, rumah bagi situs paling suci dalam Islam, menandai dimulainya bulan puasa Ramadhan bagi 1,8 miliar Muslim di dunia.

Melihat bulan pada hari Minggu malam berarti hari Senin 11 Maret 2024 adalah hari pertama puasa bulan Ramadhan, sementara sejumlah lainnya berpuasa pada Selasa 12 Maret.

Bulan suci ini, adalah waktu di mana orang-orang yang menjalankan ibadah puasanya menahan diri dari makanan dan minuman mulai dari matahari terbit hingga terbenam, menandai periode refleksi keagamaan, kumpul-kumpul keluarga, dan memberi di seluruh dunia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berumur 400 Tahun

Bentuk seni Mahya diperkirakan berusia setidaknya 400 tahun, berasal dari zaman Sultan Ottoman dan aslinya dibuat dengan lilin minyak.

Menurut Yildiz, tradisi kuno tidak hanya berfungsi sebagai tontonan visual saja, tetapi juga membawa pesan spiritual. “Di saat televisi, bioskop, atau koran belum ada, Mahya hadir sebagai media visualnya,” ujarnya.

Yildiz mengambil alih jabatan tersebut setelah mentornya, Mahya Ottoman terakhir, meninggal dunia. Peralihan dari lilin minyak ke bola lampu dilakukan pada masa mentornya tersebut.

Meskipun banyak masjid di Turki yang memasang lampu Ramadhan dengan pesan keagamaan dan beberapa bahkan menggunakan lampu LED, hanya sembilan masjid yang masih memanfaatkan kerajinan tradisional Mahya dan Yildiz. Kesembilan masjid ini adalah masjid Ottoman yang bersejarah.

"Saya mengambil daftar teks yang sesuai dan menuliskannya ke dalam template. Kami membuat rangkaian tulisan dan mengatur bohlamnya. Kemudian kami membuat mekanisme antar menara dan melemparkan tali kami," jelas Yildiz, menjelaskan metode yang ia gunakan saat memasang karya bersejarah tersebut.

3 dari 4 halaman

Masa Depan Mahya Mengkhawatirkan

Terlepas dari dedikasi yang ia miliki, Yildiz mengkhawatirkan masa depan Mahya karena jarangnya anak muda yang ingin belajar untuk merangkai karya seni bersejarah bagi Turki tersebut.

“Saya berharap seni ini tidak akan pernah berakhir, ini adalah seni Ottoman berusia 400 tahun, dan merupakan penemuan Turki,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia akan dengan senang hati mewariskan keahliannya kepada generasi muda jika mereka bersedia.

Ketika Yildiz bergegas naik dan turun menara ramping Masjid Agung untuk menerangi cakrawala Istanbul setiap bulan Ramadhan, masa depan Mahya masih belum pasti, dan tidak ada penerus yang terlihat. Namun, yang pasti adalah komitmennya untuk menjaga kerajinannya tetap hidup dan membangkitkan semangat umat muslim dengan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Semangat Yildiz dalam melestarikan seni Mahya untuk menginspirasi generasi mendatang patut diapresiasi. Semoga semangatnya menular dan lebih banyak pemuda yang tertarik untuk mempelajari dan meneruskan tradisi berharga ini.

4 dari 4 halaman

Mahya Tetap Menyala Walaupun Pandemi

Tradisi unik yang menerangi langit Istanbul dan memberikan pesan-pesan keagamaan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini bahkan tetap dipasang walaupun pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021 lalu.

Bedanya, Mahya kali ini juga berisi tentang pengingat akan kesehatan masyarakat juga.

Dilansir dari hurriyetdailynews, Kamis (14/3), karena pandemi COVID-19 Mahya tahun ini diputuskan untuk digantung demi mengedepankan kesehatan masyarakat. Dalam hal ini ini, setelah menggantung mahya di masjid-masjid di Istanbul selesai, tim mahya datang ke provinsi barat laut Edirne, Turki.

Mahya, yang disiapkan dalam sebuah lokakarya di Istanbul dan dibawa ke Edirne, digantung di antara menara Masjid Selimiye yang ikonis di kota itu oleh para master setelah empat jam kerja keras, sambil memancarkan pesan Ramadhan yang bertuliskan "healing comes from you, God" yang berarti “kesembuhan datang dari Mu, Tuhan”. Keseluruh kota bersejarah itu.

Kahraman Yıldız, seorang master mahya berusia 66 tahun yang telah memberikan waktu luangnya untuk membangun dan mendirikan mahya selama 40 tahun terakhir, mengatakan bahwa dua mahya terpisah akan digantung di Masjid Selimiye selama Ramadhan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.