Sukses

Apakah Surga Neraka Masih Kosong, Jika Isi Siapa Penghuninya Saat ini?

Bagaimana sebenarnya kondisi surga dan neraka saat ini, apakah sudah berpenghuni atau masih kosong saja?

Liputan6.com, Jakarta - Kadang pikiran kita traveling ke mana-mana, termasuk ke dimensi surga dan neraka. Tak jarang kita juga berfikir siapa saat ini penghuni kedua tempat tersebut.

Seperti diketahui, dalam Islam, surga dan neraka merupakan dua tempat akhirat yang dipersiapkan oleh Allah sebagai balasan bagi amal perbuatan manusia selama hidup di dunia.

Surga adalah tempat kebahagiaan dan kenikmatan yang abadi bagi orang-orang yang menjalani kehidupan dunia dengan taat kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Sementara itu, neraka adalah tempat siksaan bagi mereka yang durhaka dan tidak taat kepada Allah.

Hanya Allah yang mengetahui secara pasti tentang kondisi surga dan neraka. Ajaran Islam menyatakan bahwa di hari kiamat, setiap individu akan dihisab (dihitung amal perbuatannya) dan akan ditempatkan di surga atau neraka berdasarkan keadilan Allah.

Beberapa ulama mengemukakan bahwa saat ini, surga dan neraka masih kosong karena hari kiamat belum terjadi.  Hari kiamat dijadwalkan oleh Allah dan akan datang pada waktu yang telah ditentukan-Nya. Ketika hari kiamat tiba, manusia akan dibangkitkan kembali untuk dihisab, dan barulah surga dan neraka akan dihuni sesuai dengan keadilan Allah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Manusia Akan Dibangkitkan di Hari Kiamat

Mengutip Islampos.com adalah keniscayaan bahwa manusia dan makhluk yang lain akan dibangkitkan pada hari kiamat, dihisab amalannya, dan kemudian dimasukkan ke surga dan neraka. Semua itu terjadi nanti setelah kiamat di akhir zaman.

Mengenai hal itu, masih ingat dengan peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialami Rasulullah? Ya, Rasul diperlihatkan langsung oleh Allah dengan penghuni-penghuni surga dan neraka.

Dalam hadits shahih mengenai Isra’ Mi’raj, kita temui kisah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melihat berbagai pemandangan penduduk surga dan neraka. Lalu setelah peristiwa Isra’ Mi’raj, apakah sekarang ada penghuni neraka dan surga sebagaimana yang dilihat oleh Rasulullah ribuan tahun lalu?

Tim Pusat Konsultasi Syariah dalam menjawab pertanyaan tersebut menjawabnya berdasarkan apa yang tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Bahwa sumber sumber aqidah Islam adalah Al Quran dan As Sunnah, dan kita wajib mempercayai dan meyakini sepenuhnya informasi yang ada dalam Al Quran dan As Sunnah itu, apalagi berkaitan dengan hal yang ghaib. Karena ukuran dan cara memandang masalah yang ghaib itu jelas berbeda dengan dunia yang nyata. Secara logika dan nalar, akal kita bisa menerima bahwa disisi lain dari segala yang nyata dan empiris ini, ada hal hal yang non empiris dimana logika dan hukum fisika tidak lagi berlaku di sana.

Karena itu apapun yang diinformasikan oleh Al Quran dan As Sunnah sudah pasti benarnya, absolut dan mutlaq. Mengingkari salah satu isinya sama saja mengingkari semuanya. Sehingga yang paling bijaksana adalah tidak mengingkari teks Al Quran dan As Sunnah.

3 dari 5 halaman

Hadis Mengenai Penghuni Surga dan Neraka

Dengan beberapa prinsip diatas, mari kita melihat pertanyaan tentang ini dengan cermat.

Hadits yang menjelaskan peristiwa Isra‘ Mi‘Raj Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga berkaitan dengan bertemunya beliau dengan para nabi yang lain di dalam surga adalah hadits hadits yang kuat derajatnya sehingga bisa diterima.

Selama dalil itu shahih, kita diharamkan menolak dan mengingkarinya. Kalau pun kurang bisa dipahami logikanya, itu tidak lain karena lingkup iptek kita masih terbatas saat ini.

Surga dan Neraka telah lama diciptakan dan banyak sekali nash dalam Al Quran dan As Sunnah yang menjelaskan bahwa si fulan saat ini ada di surga atau di neraka. Termasuk hadits yang menjelaskan bahwa siapa yang membangun masjid di dunia ini, maka Allah membangunkan baginya rumah di surga (saat ini juga).

Sedangkan surga yang mana, bagaimana, dimana dan semua pertanyaan yang bersifat teknis, tidak ada informasi yang rinci dalam dalil dalil itu. Jadi apa yang ada kita imani dan apa yang tidak ada informasi apa apa di dalamnya, tidak perlu diperdebatkan.

Karena memperdebatkan sesuatu yang ghaib adalah pekerjaan bodoh seperti sekumpulan semut berdebat soal dimana matahari beristirahat di waktu malam dan dimana istirahatnya bulan dan bintang pada siang hari? Semut semut itu bahwa tidak tahu bahwa matahari adalah bola gas pijar yang selalu mengalami reaksi nuklir dan seterusnya. Iptek para semut itu terlalu dangkal untuk bisa memahami hakikat semua itu.

Jangan jangan kita ini pun juga sekumpulan semut semut yang berdebat tentang hal yang dimensi logika manusia takkan mampu memahaminya. Wallahu a‘lam bish shawab.

Sementara tim Asy Syariah menjawab pertanyaan serupa dengan menyebutkan beberapa dalil adanya penghuni surga dan neraka:

4 dari 5 halaman

Makhluk Dibatasi Ruangdan Dimensinya

Dari ‘Imran bin Husain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

“Aku mendatangi, surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah para faqir dan aku mendatangi neraka maka aku lihat kebanyakan penduduknya para wanita”. (HR. Al Bukhari no. 3002 dan Muslim no. 4920 dari Ibnu Abbas)

Hadits ini diberikan judul bab oleh Imam Al Bukhari: Bab keterangan tentang sifat surga dan bahwasanya dia telah tercipta. Maka ini menunjukkan bahwa Al Bukhari memahami kalau apa yang dilihat oleh Nabi alaihishshalatu wassalam adalah kejadian ketika itu, bukan kejadian yang akan datang setelah hari kiamat atau sekadar penggambaran semata.

Demikian pula Imam Ahmad berdalil dengan hadits semacam ini untuk menunjukkan bahwa surga dan neraka sudah ada sekarang, sebagaimana yang beliau sebutkan dalam Ushul As Sunnah.

Juga di antara dalil yang menguatkan hal ini adalah bahwa roh para syuhada sudah berada di dalam surga dan juga Nabi alaihishshalatu wassalam pernah melihat Amr bin Luhai orang yang pertama kali memasukkan penyembahan berhala ke Jazirah Arab sedang menyeret ususnya di neraka. (HR. Al Bukhari no. 1136 dan Muslim no. 5096)

Dan dalam Shahih Al Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 4408 bahwa beliau bertanya tentang pemilik istana di dalam surga, maka ada seorang wanita dalam riwayat Muslim: Ada sekelompok orang yang menjawab bahwa itu miliknya Umar. Maka ini juga menunjukkan surga sudah dihuni.

Jika ada yang mengatakan: Bukankah manusia nanti akan masuk surga dan neraka setelah melewati hisab dan sirath, sementara hisab dan shirath hanya ada setelah hari kiamat?

Maka kami katakan: Wallahu a’lam, ini termasuk perkara ghaib yang kita tidak punya ilmu padanya. Kami menetapkan apa yang ditetapkan oleh syariat dan menafikan apa yang dinafikan oleh syariat. Wallahul muwaffiq.

 

5 dari 5 halaman

Penyikapan Terhadap Perbedaan Pendapat

Sementara Ustadz Dzulqarnain As Salafi menyatakan bahwa masalah ini memang ada perbedaan pendapat di kalangan ahlussunnah, ada yang menetapkan, ada yang menafikan, dan ada juga yang tidak senang menyinggung masalah ini. Dan beliau sendiri memilih pendapat yang terakhir yaitu tidak menyinggung masalah ini.

Syaikh Ubaid Al Jabiri menyatakan bahwa kewajiban atas seorang muslim, jika telah sampai kepadanya sebuah hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah beriman dengannya, membenarkan dan menerimanya, baik dia memahami maknanya atau tidak.

Kemudian jika dia mendapatkan jalan untuk memahami maknanya, baik dengan nash hadits yang lain atau dengan penafsiran seorang shahabat atau dengan ijma’ para imam yang terpercaya dari ahli agama yang benar dari ulama Islam dan Sunnah, maka hendaknya dia memuji Allah yang telah memberikan petunjuk kepadanya untuk memahami hal-hal masih belum jelas dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jika dia tidak mendapatkan keterangannya, maka wajib atasnya untuk menempuh jalan para ulama yang kokoh keilmuannya, yang telah Allah meninggikan penyebutan mereka di dalam firman-Nya,

“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman dengannya, semuanya itu dari sisi Rabb kami’.” (Ali Imran: 7)

Jika engkau memahami hal ini, maka hadits-hadits yang telah engkau sebutkan dan yang serupa dengannya yang menyebutkan tentang nikmat dan adzab, menurutku dapat dilihat pada dua sisi:

Pertama, maknanya adalah sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits, yaitu terdapat penduduk dunia yang berada di surga dan neraka (sekarang ini).

Kedua, keadaan-keadaan yang diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang keadaan alam barzakh. Allah menunjukkan kepada beliau tentang keadaan mereka. Seorang hamba akan mendapatkan nikmat atau adzab di alam kuburnya, sebagaimana telah mutawatir beritanya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sisi kedua inilah yang jiwaku condong kepadanya dan hatiku tenang dengannya. Dan ilmunya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sementara, Ustadz Ahmad Faris BQ, dalam jawabannya atas pernyataan serupa menyatakan bahwa bagi makhluk, memang dibatasi dimensi waktu dan ruang, tetapi bagi Allah tidak dibatasi oleh dimensi waktu dan ruang. Sehingga menurut beliau, saat ini penghuni surga dan neraka memang ada berdasarkan zhahir lafazh-lafazh hadits yang ada. Wallahu A’lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.