Sukses

Kisah Abu Nawas Minta Kiamat Demi Mengambil Mahkota di Surga

Dikisahkan, seorang raja ingin Abu Nawas membawa mahkota surga. Namun untuk menyanggupi permintaan baginda raja, Abu Nawas meminta untuk membukakan pintu surga. Pintu surga itu adalah kiamat.

Liputan6.com, Jakarta - Dikisahkan pada suatu hari baginda raja Harun Al Rasyid ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapapun agar lebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana, agar tidak terlihat seperti seorang raja oleh rakyatnya.

Ketika raja sampai di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah.

Kemudian ada pertanyaan dari seorang yang datang dan bergabung di tempat itu. la bertanya kepada ulama tersebut.

“Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?” tanya orang itu.

Ulama itu berpikir sejenak, kemudian ia berkata, “Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. Ia juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. 

Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?” kata sang ulama.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mahkota Surga

Baginda raja terkesan dengan penjelasan ulama itu baginda. Lalu ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda benda. 

Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya.

Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas.

Baginda memerintahkan menterinya untuk memanggil Abu Nawas ke hadapannya. 

“Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?” tanya baginda raja.

“Sanggup paduka yang mulia,” kata Abu Nawas langsung menyanggupi apa yang mustahil dilaksanakan olehnya itu.

3 dari 3 halaman

Pintu Surga

“Tetapi baginda harus menyanggupi pula satu syarat yang akan hamba ajukan,” kata Abu Nawas dengan percaya diri.

“Sebutkan syarat itu,” kata baginda raja.

“Hamba mohon baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya,” kata Abu Nawas. 

“Pintu apa?” tanya baginda belum mengerti.

“Pintu alam akhirat,” jawab Abu Nawas. 

“Apa itu?” tanya baginda ingin tahu.

“Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat,” jelas Abu Nawas kepada Baginda raja.

“Surga berada di alam akhirat. Bila baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat terlebih dahulu,” Ianjut Abu Nawas.

Mendengar penjelasan Abu Nawas, baginda raja terdiam. Di sela-sela kebingungan baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi kepada baginda raja.

“Masihkah baginda menginginkan mahkota dari surga?” tanya Abu Nawas.

Baginda raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa. Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.

Penulis: Putry Damayanty

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.