Sukses

Arab Saudi Merekomendasikan Umat Islam untuk Memantau Hilal pada 30 April

Mahkamah Agung Arab Saudi pada hari Kamis (28/4) meminta semua Muslim di seluruh Kerajaan untuk melihat bulan sabit atau hilal pada 30 April yang menandai awal bulan Syawal dan akhir bulan suci Ramadhan.

Liputan6.com, Jakarta Mahkamah Agung Arab Saudi pada hari Kamis (28/4) meminta semua Muslim di seluruh Kerajaan untuk melihat bulan sabit atau hilal pada Sabtu malam atau 30 April yang menandai awal bulan Syawal dan akhir bulan suci Ramadhan.

Berdasarkan berita resmi Saudi Press Agency (SPA), pemerintah setempat beranggapan, tanggal 30 April menandai hari ke-29 Ramadhan untuk negara-negara yang mulai menjalankan bulan suci sejak tanggal 2 April.

Umat Islam mengikuti kalender lunar yang terdiri dari 12 bulan dalam satu tahun yang terdiri dari 354 atau 355 hari.

Dilansir dari Alarabiya, itulah mengapa Mahkamah Agung Arab Saudi merekomendasikan untuk melihat bulan sabit sejak Sabtu Malam untuk memastikan akhir bulan suci Ramadhan.

Sementara, pekan lalu, Pusat Astronomi Internasional UEA mengatakan Idul Fitri akan jatuh pada 2 Mei di sebagian besar negara di mana bulan suci Ramadhan dimulai pada 2 April.

Ia menambahkan bahwa melihat bulan sabit atau yang lebih kita kenal dengan sebutan hilal pada tanggal 30 April, tidak memungkinkan, karena bulan akan terbenam sebelum matahari.

Umumnya, perayaan Idul Fitri mengikuti akhir bulan suci Ramadhan yang berlangsung 29 atau 30 hari berdasarkan kapan bulan sabit terlihat.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kementerian Agama Indonesia gelar sidang isbat 1 Syawal pada 1 Mei

Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat (penetapan) 1 Syawal 1443 H pada Minggu, 1 Mei 2022 petang. Sidang yang akan berlangsung di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama ini didahului proses pengamatan hilal yang dilakukan di 99 titik lokasi di seluruh Indonesia.

Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menyatakan, secara hisab posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat awal Syawal 1443 H mendatang, sudah memenuhi kriteria baru yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

“Di Indonesia, pada 29 Ramadan 1443 H yang bertepatan dengan 1 Mei 2022 tinggi hilal antara 4 derajat 0,59 menit sampai 5 derajat 33,57 menit dengan sudut elongasi antara 4,89 derajat sampai 6,4 derajat,” jelas Kamaruddin di Jakarta, Senin (25/4/2022).

"Artinya, secara hisab, pada hari tersebut posisi hilal awal Syawal di Indonesia telah masuk dalam kriteria baru MABIMS," imbuh Kamaruddin.

Menurut kriteria baru MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Kriteria ini merupakan pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat yang mendapat masukan dan kritik.

Kamaruddin menambahkan, Pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan Sidang Isbat, dengan menggunakan metode hisab dan rukyat, di mana posisi hilal Syawal akan dipresentasikan oleh Tim Unifikasi Kalender Hijriyah yang selanjutnya menunggu laporan rukyat dari seluruh Indonesia.

"Rukyat digunakan sebagai konfirmasi terhadap hisab dan kriteria yang digunakan. Kedua hal yaitu hisab dan konfirmasi pelaksanaan rukyatul hilal akan dimusyawarahkan dalam sidang isbat untuk selanjutnya diambil keputusan awal Syawal 1443 H," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Prediksi BMKG

Begitu pun dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang siap melaksanakan pengamatan (rukyat) hilal awal Syawal 1443 Hijriah pada 1 Mei 2022, dengan mempersiapkan layanan informasi berupa data-data hisab hilal dan rencana pengamatan (rukyat) hilal di seluruh Indonesia.

Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Kementerian Agama, ormas-ormas Islam dan berbagai elemen masyarakat, dilakukan oleh 34 tim di 31 lokasi yang tersebar di Indonesia.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan mekanisme pengamatan adalah menggunakan teleskop atau teropong terkomputerisasi yang dipadukan dengan teknologi informasi.

Saat pengamatan dilaksanakan, kecerlangan cahaya hilal akan direkam oleh detektor yang dipasang pada teleskop yang secara otomatis mengikuti berubahnya posisi bulan di ufuk Barat.

"Dengan teknologi informasi, data tersebut langsung dikirim ke server di BMKG Pusat, untuk kemudian disimpan dan disebarluaskan secara daring ke seluruh dunia melalui http://www.bmkg.go.id/hilal," kata dia yang dilansir Antara, Sabtu (24/4/2022).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.