Sukses

Temperamental Artinya Perbedaan Perilaku dan Emosi, Simak Konsep dan Faktornya

Temperamental diartikan sebagai perbedaan perilaku dan emosi setiap orang dalam merespon suatu hal.

Liputan6.com, Jakarta Temperamental artinya? Istilah temperamental merujuk kepada sifat atau ciri kepribadian seseorang, yang ditandai oleh perubahan suasana hati atau emosi yang cepat dan ekspresif. Seseorang yang temperamental, seringkali menunjukkan reaksi yang kuat terhadap berbagai stimulus atau situasi, dan perubahan suasana hatinya dapat sangat terlihat.

Temperamental artinya? Sifat temperamental bisa berarti berbagai hal, seperti cepat marah, mudah kecewa, atau sulit untuk diprediksi dalam reaksinya terhadap suatu hal. Orang yang temperamental mungkin memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain.

Temperamental artinya? Kita manusia datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, baik secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa istilah ini bisa digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam membahas sifat-sifat kepribadian individu, mood seseorang dalam suatu situasi tertentu, atau bahkan dalam konteks seni dan kreativitas. 

Dalam banyak kasus, orang yang dianggap temperamental memiliki perubahan emosi yang dramatis atau sulit diprediksi, dan ini dapat memengaruhi hubungan interpersonal dan interaksi sosial mereka. Berikut ini arti temperamental yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (15/9/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memahami Arti Temperamental

Temperamen adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kita. Secara garis besar, temperamen artinya kumpulan kecenderungan perilaku, yang menentukan reaksi emosional dan perilaku terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Singkatnya, temperamen adalah susunan disposisi unik seseorang.

Lalu, apa yang dimaksud dengan kumpulan kecenderungan atau susunan disposisional? Temperamen bersifat multidimensi, terdiri dari beberapa ciri perilaku independen, seperti kemampuan bersosialisasi, emosionalitas, reaktivitas, perhatian, dan ketekunan. Kita semua mempunyai kecenderungan berbeda untuk setiap sifat, dan kombinasi keseluruhan dari kecenderungan kita membentuk temperamen unik kita.

Melansir dari laman berkeleywellbeing institute, seseorang mungkin pemalu atau supel, tidak tergantung pada apakah mereka sensitif atau tidak memihak. Seperti yang dapat Anda bayangkan, orang yang pemalu dan sensitif mungkin memandang dan bereaksi terhadap suatu situasi secara berbeda, dibandingkan temannya yang pemalu dan tidak peka atau sepupunya yang ramah dan sensitif. Oleh karena itu, kombinasi unik dari ciri-ciri kepribadian kita, memberikan nuansa reaksi emosional dan perilaku kita.

“Temperamen” umumnya mengacu pada serangkaian sifat, yang berkaitan dengan pendekatan Anda terhadap dunia di sekitar Anda. Temperamen adalah aspek kepribadian yang sering berkaitan dengan disposisi dan reaksi emosional. Adapun beberapa contoh gangguan kepribadian dapat mencakup gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan kepribadian antisosial.

3 dari 4 halaman

Konsep Temperamental

Konsep temperamen bukanlah hal baru. Faktanya, hal ini pertama kali dikemukakan oleh bapak kedokteran Hippocrates, pada abad keempat SM yang menyatakan, bahwa kecenderungan perilaku dan suasana hati manusia terkait dengan empat humor. Meskipun Hippocrates adalah orang pertama yang memikirkan hubungan antara cairan tubuh dan perilaku, seorang dokter bernama Galen dari Pergamon pada abad kedua M, yang mengembangkan dan mempromosikan lebih lanjut konsep temperamen. Menurut Galen, proporsi optimal keempat cairan tubuh tersebut menghasilkan watak dan penampilan fisik yang seimbang (Merenda, 1987).

Bagaimanapun, kata temperamen berasal dari kata Latin temperamentum, yang berarti campuran unsur-unsur dengan proporsi yang benar. Namun, ketidakseimbangan cairan ini menurut Galen, adalah akar penyebab perbedaan emosi, suasana hati, perilaku, dan karakteristik fisik tertentu (Merenda, 1987). Oleh karena itu, berdasarkan dugaan kelebihan cairan tubuh, ia mengembangkan empat temperamen klasik diantaranya:

Sanguinis

Sanguin dalam bahasa Latin berarti darah. Jadi, seperti yang mungkin sudah Anda duga, temperamen optimis dikaitkan dengan kelebihan darah. Galen menggambarkan orang-orang dengan temperamen optimis sebagai orang yang optimis, sosial, dan bersemangat (Dammeyer & Zettler, 2018). Dengan kata lain, individu dengan temperamen optimis cenderung banyak bicara, ramah, dan riang. Orang-orang juga mengaitkan kecenderungan artistik dan imajinatif dengan temperamen optimis, serta kecenderungan tidak terorganisir dan mudah bosan.

Plegmatis

Temperamen apatis diasosiasikan dengan dahak seperti lendir lengket yang Anda batukkan, saat sedang pilek. Namun, tidak seperti perasaan tegang dan gelisah ketika paru-paru Anda dipenuhi dahak, temperamen apatis melambangkan perasaan puas, damai, dan santai (Dammeyer & Zettler, 2018). Dan karena dahak relatif padat, lambat bergerak, dan lengket, orang mengira orang apatis lambat dalam beradaptasi dengan situasi sosial, dan cenderung mengikuti rutinitas serta tidak mau menerima perubahan drastis dalam gaya hidup mereka.

Koleris

Asal kata koleris berasal dari bahasa Yunani kholerikos, yang berarti empedu atau empedu berwarna hijau kekuningan. Jadi, temperamen mudah tersinggung dikaitkan dengan cairan berkilau yang kurang padat dibandingkan darah. Apa arti hal ini bagi para pemikir pada zaman dahulu? Menurut mereka, individu dengan temperamen koleris adalah orang yang mudah marah, mudah tersinggung, dan cepat bereaksi (Dammeyer & Zettler, 2018). Selain itu, penderita koleris juga dianggap sebagai orang yang bersemangat dan impulsif, serta lebih ambisius dibandingkan orang lain.

Melankolis

Sekalipun Anda belum pernah mendengar tentang tiga temperamen yang telah kita bahas sejauh ini, Anda mungkin sudah familiar dengan nama temperamen keempat. Faktanya, banyak orang menggunakan kata melankolis ketika berbicara tentang perasaan sedih atau murung. Meskipun demikian, temperamen melankolis tidak hanya terbatas pada duduk diam di sudut dan memendam kesedihan.

Melankolis berasal dari kata Yunani melan (hitam) dan khole (empedu), yang berarti empedu hitam. Pada zaman dahulu, orang menyebut cairan gelap dan kental yang terletak di ginjal dan limpa sebagai empedu berwarna hitam. Mengingat organ-organ ini kaya akan darah, kemungkinan besar yang mereka amati adalah endapan gelap darah di organ-organ ini setelah dikeluarkan dari tubuh hewan. Terlepas dari itu, para pemikir pada masa itu mengaitkan sifat-sifat seperti pendiam, hati-hati, dan analitis dengan cairan tubuh yang sulit dipahami ini.

4 dari 4 halaman

Faktor yang Mempengaruhi

Faktor Genetik

Genetika memiliki peran utama dalam menentukan temperamen. Sifat-sifat temperamen seperti tingkat aktivitas, respons terhadap stres, dan tingkat ekstrovertisme dapat diwariskan dari orang tua ke anak mereka. Studi tentang kembar identik dan non-identik telah mengungkapkan bahwa saudara kembar identik, yang memiliki materi genetik yang sama, cenderung memiliki kesamaan temperamen yang lebih besar dibandingkan saudara kembar non-identik, yang hanya berbagi setengah materi genetik.

Pengalaman Awal dalam Keluarga

Pengalaman awal dalam keluarga, terutama selama masa perkembangan anak-anak, memiliki dampak besar pada perkembangan temperamen. Pola asuh, kualitas ikatan anak dengan orang tua atau pengasuh, dan bentuk interaksi dalam keluarga dapat membentuk cara anak mengatur emosi, mengatasi stres, dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan dukungan dan perhatian yang konsisten, mungkin cenderung memiliki temperamen yang lebih stabil.

Pengalaman Traumatis atau Stres Berkepanjangan

Pengalaman traumatis atau stres yang berkepanjangan selama masa anak-anak, atau dewasa muda dapat memiliki dampak yang signifikan pada temperamen. Misalnya, anak yang mengalami kehilangan orang yang dicintai atau mengalami pelecehan emosional, bisa mengembangkan temperamen yang lebih cenderung cemas, atau mudah marah sebagai respons terhadap pengalaman tersebut.

Kondisi Prenatal

Kondisi selama kehamilan juga dapat memengaruhi temperamen. Eksposur terhadap stres, zat beracun, atau gangguan kesehatan saat dalam kandungan dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf yang dapat mempengaruhi temperamen anak setelah lahir.

Kebutuhan Khusus

Individu dengan kebutuhan khusus, seperti autisme atau ADHD, mungkin memiliki temperamen yang berbeda karena perbedaan dalam cara otak mereka memproses informasi, emosi, atau stimuli lingkungan. Contohnya, individu dengan ADHD dapat cenderung lebih hiperaktif dan kurang dapat fokus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.