Sukses

Kalam Artinya dalam Islam, Kenali Ilmu dan Sejarahnya

Kalam artinya perkataan, terutama bagi Allah SWT.

Liputan6.com, Jakarta Kalam artinya mungkin masih belum dipahami oleh sebagian muslim walaupun istilah ini kerap terdengar di pengajian agama atau ceramah. Istilah kalam ini tentunya kerap disandingkan dengan kata, terutama bagi Allah SWT.

Sebenarnya ada dua makna terkait kata kalam ini, dan keduanya merujuk kepada perkataan atau sifat Allah SWT. Selain itu, ada pula istilah ilmu kalam yang tentunya juga tidak asing terdengar, terutama bagi umat Islam.

Kalam artinya perkataan, terutama bagi Allah SWT. Sementara itu, ilmu kalam merujuk pada ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan. Sebagai umat Islam, kamu tentunya harus memahami makna dari istilah ini.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (1/4/2023) tentang kalam artinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kalam Artinya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalam artinya adalah perkataan; kata (terutama bagi Allah SWT). Selain itu, kalam artinya juga dimaknai sebagai berkata, sifat yang wajib bagi Allah SWT. Kalam artinya adalah kata atau lafaz dalam bentuk majemuk (ketentuan atau perjanjian). Secara teknis, kalam artinya alasan atau argumen rasional untuk memperkuat perkataan.

Secara tata bahasa, kalam merupakan kata umum tentang perkataan, sedikit atau banyak, yang dapat digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan (likullima yatakallamu bihi); atau ekspresi suara yang berturut-turut hingga pesan-pesan suara itu jelas maksudnya.

Sebagai kata benda dari kata taklim, kalam artinya mengandung dua pemahaman, yaitu berbicara dan hukum (undang-undang). Pada Ayat 75 surah al-Baqarah, kalam artinya merujuk pada Allah SWT berbicara langsung kepada Nabi Musa AS atau hukum Allah SWT yang dikenal dengan din al-Islam.

Sementara pada surah at-Taubah ayat 6, kalam artinya merujuk pada firman Allah SWT atau isi yang terkandung dalam agama Islam secara nyata dan menyeluruh. Dalam ayat 144 surah al-A’raf, menyebut bi kalami yang ditujukan kepada Nabi Musa AS, menurut al-Baidawi maksudnya bi kalami iyyaka (Aku berbicara langsung kepadamu). Dalam ayat 15 surah al-Fath, kalama Allah diartikan janji atau ketentuan Allah SWT yang harus diikuti oleh seluruh umat manusia.

Sementara itu, ilmu kalam adalah ilmu yang berbicara tentang masalah aqidah dan tauhid, yaitu konsep-konsep dasar tentang Tuhan, Nabi, Kitab suci dan hal-hal mendasar lainnya.

3 dari 4 halaman

Mengenal Ilmu Kalam

Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmu kalam artinya adalah ilmu tauhid. Menurut bahasa dalam perspektif tauhid, pengertian ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan membahas tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan (Mengesakan Allah). Ilmu Kalam menempatkan Tuhan sebagai fokus atau sentral bahasannya. Ilmu kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni pada masa khalifah al-Ma’mun (813-833) dari Bani Abbasiyah.

Menurut Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah Ibnu Khaldun, ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung argumen-argumen rasional untuk membela aqidah-aqidah iman dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa contoh) yang di dalam aqidah menyimpang dari mazhab salaf dan ahli sunnah. Menurut Hasbi al-Shiddieqy, pengertian ilmu Tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil naqli, aqli ataupun dalil wijdani (perasaan halus).

Musthafa Abd ar-Raziq dalam buku Ilmu Kalam milik Abdul Rozak & Rosihon Anwar, menyebut ilmu kalam dengan beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas tentang pokok-pokok agama. Sementara itu, ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang di dalamnya dikaji tentang asma' (nama-nama) dan sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Allah, juga sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Rasul-Nya.

Ilmu tauhid atau ilmu kalam juga membahas tentang keesaan Allah SWT, dan hal-hal yang berkaitan denganNya. Sementara fiqhul akbar adalah ilmu yang membahas tentang keyakinan. Kondisi seperti ini menunjukkan kepada kita bahwa ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, hanya saja argumentasi ilmu kalam artinya lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.

Oleh sebab itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid. Ahmad Hanafi dalam buku Teologi Islam (Ilmu Kalam) menyatakan ilmu kalam artinya ialah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada padaNya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifa-tsifat yang mungkin terdapat padanya.

4 dari 4 halaman

Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam

Menurut Ibnu Khaldun (1333-1406), ilmu Kalam atau ilmu Tauhid ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman, dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayan salaf dan ahl Sunnah.

Ilmu kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni pada masa khalifah al-Ma’mun (813-833) dari Bani Abbasiyah. Sebelum itu pembahasan terhadap kepercayaan Islam disebut al-fiqhu fi al-din sebagai lawan dari al-fiqhu fi al-‘ilmi.

Setelah itu, ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari buku-buku filsafat pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun dan mereka mempertemukan sistem filsafat dengan sistem ilmu kalam, menjadikannya ilmu yang berdiri sendiri di antara ilmu-ilmu yang ada serta menamakannya ilmu kalam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.