Sukses

Penyebab Kepribadian Ganda, Kenali Sedini Mungkin Gejalanya

Pelecehan dan trauma parah semasa kanak-kanak disebutkan sebagai pemicu atau penyebab munculnya kepribadian ganda.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif adalah kehadiran setidaknya dua kepribadian yang bervariasi dalam satu orang yang sama. Gangguan kepribadian ganda juga disebut dengan istilah Dissociative identity disorder (DID), dissociative personality disorder atau sebelumnya juga dikenal dengan multiple personality disorder hingga tahun 1994. Dilansir dari American Psychiatric Association, penyebab kepribadian ganda atau DID ini dikaitkan dengan pengalaman luar biasa, peristiwa traumatis dan/ atau pelecehan yang terjadi di masa kanak-kanak.

Beberapa penyebab gangguan kepribadian ganda tersebut menunjukkan sejarah yang sangat tidak nyaman yang dialami oleh penderitanya. Kemudian, beberapa kondisi yang berkaitan dengan DID, termasuk depresi, melukai diri sendiri, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan penggunaan zat dan gangguan kepribadian borderline atau kecemasan dan gangguan konversi atau somatoform. DID juga mencakup hilangnya informasi pribadi yang tidak dapat dijelaskan dari ingatan seseorang.

Sekitar 1,5% dari populasi internasional telah didiagnosis dengan gangguan identitas disosiatif. Lebih lanjut, American Psychiatric Association menegaskan bahwa gangguan ini tidak dibolehkan menjadi bagian normal dari praktik budaya atau agama yang diterima secara luas. Hal tersebut karena di beberapa negara gangguan ini biasanya dianggap bahwa seseorang tersebut kerasukan atau kesurupan. Seperti yang dicatat dalam Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM) edisi ke lima bahwa banyak budaya di seluruh dunia, yang mengaitkan gangguan ini dengan pengalaman kerasukan dan merupakan bagian normal dari latihan spiritual bukan gangguan disosiatif.

Sikap dan preferensi personal (makanan, aktivitas dan pakaian) seseorang dengan gangguan identitas disosiatif dapat tiba-tiba berubah dan berubah atau bergeser lagi. Identitas terjadi tanpa sadar dan tidak diinginkan, lalu menimbulkan kesusahan. Mereka mungkin tidak menyadari kepribadian lain, tetapi mereka mungkin merasa ada yang berbeda dengan dirinya.

Seseorang dengan gangguan identitas disosiatif akan merasa seolah-olah dia memiliki dalam dua entitas atau lebih, masing-masing dengan cara berpikirnya sendiri dan mengingat tentang dirinya dan hidupnya. Akan tetapi, meskipun keadaan alternatif ini mungkin terasa atau tampak sangat berbeda, mereka semua tetaplah hanya satu orang. Nama-nama lain yang digunakan untuk menggambarkan keadaan ini , seperti "kepribadian alternatif” dan "alters" .

Penyebab kepribadian ganda tidak dipahami sepenuhnya, tetapi memang ada relasi yang kuat antara kondisi dengan trauma, terutama trauma atau pelecehan saat kanak-kanak. Di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada, 90% orang yang mengalami gangguan kepribadian ganda adalah korban pelecehan dan penelantaran masa kanak-kanak. Kemungkinan lain faktor risiko yang menjadi penyebab kepribadian ganda yang liputan6 rangkum dari berbagai sumber, pada Kamis (22/9/22) adalah sebagai berikut 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Kepribadian Ganda

Sebagai respons psikologis, trauma sering memicu DID, sehingga menjadikannya faktor risiko penyebab kepribadian ganda yang kuat. Trauma tersebut dapat berasal dari :

1. Pelecehan dan Pengabaian

Pelecehan dan pengabaian dapat merangsang munculnya perasaan terasing, isolasi dan kesepian. Pengalaman seperti itu dapat memperparah dampak trauma dan perkembangan serta pemeliharaan DID. Pelecehan yang dapat menjadi penyebab kepribadian ganda, termasuk pelecehan seksual fisik dan bahkan pelecehan emosional dalam jangka waktu panjang dan parah. Ini terutama jika terjadi di masa kanak-kanak. Hal tersebut karena dari hasil studi yang dilakukan di beberapa negara bahwa DID terkait dengan pengalaman kasar kronis anteseden di masa kanak-kanak.

Putnam dkk dalam Treatment of Multiple Personality Disorder: A Survey of Current Practices menyebutkan hipotesis dari hal ini, bahwa identitas alternatif dihasilkan dari ketidakmampuan banyak anak yang trauma untuk mengembangkan rasa diri yang bersatu yang dipertahankan di berbagai keadaan perilaku, terutama jika paparan traumatis pertama kali terjadi sebelum usia 5 tahun.  Faktor risiko penyebab kepribadian ganda ini kemudian berkembang karena dengan tidak adanya sumber daya yang aman dan memelihara untuk pelecehan atau trauma yang luar biasa tersebut.

2. Bencana dan Pertempuran

Penyebab kepribadian ganda juga terkadang berkembang sebagai respons terhadap bencana alam atau peristiwa traumatis lainnya seperti pertempuran, penculikan bahkan penyiksaan. Gangguan ini adalah cara bagi seseorang untuk menjauhkan diri atau melepaskan diri dari trauma. Dilansir dari American Association for Marriage and Family Therapy (AAMFT), dengan demikian memiliki kemampuan untuk memisahkan diri dengan mudah juga menjadi faktor risiko penyebab kepribadian ganda.

Bahkan seorang anak yang belajar memisahkan diri untuk menanggung pengalaman traumatis dapat menggunakan mekanisme koping sebagai respons terhadap situasi stres sepanjang hidup. Mekanisme koping merupakan kondisi ketika seorang anak lebih bisa melangkah keluar dari dirinya sendiri dan mengamati trauma seolah-olah itu terjadi pada orang yang berbeda dibandingkan orang dewasa..

3. Lingkungan yang Tidak Mendukung

Dialansir dari medicalnews.com, pada beberapa kasus, seorang anak mungkin tidak mengalami bentuk pelecehan yang jelas, tetapi mungkin ia tidak tumbuh di lingkungan rumah yang aman. Misalnya, mungkin mereka telah hidup dengan orang tua yang sangat tidak terduga dan akhirnya ia berusaha memisahkan diri sebagai respons terhadap stres yang menyertainya.

 

3 dari 4 halaman

Gejala Kepribadian Ganda

Setelah mengetahui penyebab kepribadian ganda, maka hal yang tidak kalah penting adalah memahami gejala yang mungkin dimiliki oleh seseorang yang mengalami gangguan kepribadian ganda. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke-5 (DSM 5) yang diterbitkan pada tahun 2013, gejala gangguan identitas disosiatif meliputi:

1. Individu mengalami dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda, masing-masing dengan polanya sendiri dalam memahami, berhubungan dengan orang lain serta bagaimana ia berpikir tentang dirinya sendiri dan dunia.

2. Gangguan dalam identitas yang melibatkan perubahan rasa diri, hilangnya pilihan pribadi, perubahan perilaku, kesadaran, kenangan atau memori, persepsi, kognisi dan/ atau bahkan fungsi sensorik-motorik

3. Kesenjangan yang sering terjadi dalam ingatan yang bukan karena kelupaan normal terkait dengan sejarah diri sendiri, seperti masa lalu,peristiwa sebelumnya dan peristiwa sehari-hari. Kesenjangan ini tidak konsisten.

4. Gejala-gejala tersebut menyebabkan kesusahan atau masalah yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan atau bidang fungsi lainnya.

Beberapa gejala umum dan mungkin dimiliki oleh seseorang dengan kepribadian ganda yang disebutkan oleh AAMFT, juga meliputi :

1. Episode perasaan terputus atau terlepas dari tubuh dan pikiran seseorang

2. Halusinasi

3. Pengalaman “di luar tubuh”

4. Upaya bunuh diri atau melukai diri sendiri

Upaya bunuh diri dan perilaku melukai diri sendiri lainnya umum di antara orang-orang dengan gangguan identitas disosiatif. Lebih dari 70 persen pasien rawat jalan dengan gangguan identitas disosiatif telah mencoba bunuh diri.

5. Perbedaan tulisan tangan dari waktu ke waktu

6. Depresi atau perubahan suasana hati

7. Kecemasan, gugup, serangan panik dan fobia (kilas balik, berupa reaksi terhadap “pemicu”

8. Gangguan makan

9. Masalah tidur yang tidak dapat dijelaskan ( seperti insomnia, tidur berjalan dsb)

10. Sakit kepala parah atau nyeri di bagian lain dari tubuh

11. Disfungsi seksual, termasuk kecanduan seksual atau pengindaran

Selain itu, pada penelitian lain juga disebutkan penyalahgunaan narkoba dan alkohol, somatisasi dan perubahan patologis dalam hubungan juga menjadi gejala kepribadian ganda.

4 dari 4 halaman

Pengobatan dan Pencehgahan Gangguan Kepribadian Ganda

Dilansir dari American Psychiatric Association, dengan perawatan yang tepat, banyak orang berhasil mengatasi gejala utama gangguan identitas disosiatif dan meningkatkan kemampuan mereka agar dapat menjalani kehidupan yang produktif dan memuaskan. Perawatan biasanya melibatkan psikoterapi. Terapi dapat membantu orang mendapatkan kontrol atas proses dan gejala disosiatif. Tujuan terapi adalah untuk membantu mengintegrasikan berbagai elemen identitas. Terapi mungkin intens dan sulit karena melibatkan mengingat dan mengatasi pengalaman traumatis masa lalu.

Terapi perilaku kognitif dan terapi perilaku dialektis adalah dua jenis terapi yang umum digunakan. Hipnosis juga telah ditemukan dapat membantu dalam pengobatan gangguan identitas disosiatif. Tidak ada obat untuk secara langsung mengobati gejala gangguan identitas disosiatif. Namun, pengobatan dapat membantu dalam mengobati kondisi atau gejala terkait, seperti penggunaan antidepresan untuk mengobati gejala depresi.

Tidak ada cara juga untuk mencegah kepribadian ganda. Namun, dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau gejala sedini mungkin dan mencari bantuan kepada ahlinya dapat membantu dalam mengelola gejala. Orang tua, pengasuh, guru dan anggota keluarga lainnya harus memperhatikan jika tanda-tanda tersebut mungkin muncul, terutama pada anak kecil. Perawatan segera setelah episode pelecehan atau trauma akan dapat mencegah DID berkembang lebih parah. Selain itu, hal yang dapat dilakukan adalah menhindari pemicunya, misalnya dengan menghindari konsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol.

Nah, demikian ulasan tentang penyebab kepribadian ganda beserta gejala dan perawatannya. Satu hal yang penting yang setidaknya dapat mencegah penyebab kepribadian ganda muncul adalah dengan memastikan memberikan masa lalu dan lingkungan yang baik dan aman untuk setiap anak. Masa lalu yang baik untuk anak memerlukan bantuan tidak hanya dari orang tua tetapi anggota keluarga lainnya dan semua yang terlibat dalam pengasuhan anak.

 

Reporter magang : Friska Nur Cahyani

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.