Sukses

Difteri, Penyakit Tenggorokan yang Mematikan

Tanda dan gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan penyakit tenggorokan pada umumnya. Namun, penyakit ini lebih serius dan berbahaya.

Sakit pada tenggorokan mungkin biasa Anda alami. Namun, mungkin saja rasa sakit itu mengarah ke hal lain yang lebih serius, seperti penyakit difteri. Tanda dan gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan penyakit tenggorokan pada umumnya. Namun, penyakit ini lebih serius dan berbahaya. Sebab, jika tidak segera diobati, hal ini dapat menyebabkan kematian.

Deskripsi

Seperti dilansir Mayo Clinic, Jumat (13/9/2013), difteri adalah suatu penyakit pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Ketika Anda mengalaminya, tenggorokan Anda akan terasa sakit disertai dengan demam dan tubuh Anda akan melemah. Selain itu, Anda juga akan mengalami sesak napas karena saluran di tenggorokan Anda terblokir oleh selaput tebal berwarna abu-abu.

Penyakit ini sangat menular dan berbahaya. Bakteri dapat menyebar dengan mudah dan cepat. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, tidak rutin imunisasi, dan tinggal dalam lingkungan yang penuh sesak cenderung lebih berisiko untuk mengalaminya. Orang yang terinfeksi pun seringkali tidak menyadari jika mereka mengalami penyakit difteri. Sebab, terkadang, tanda dan gejala dari penyakit ini tidak dirasakan oleh penderitanya. Jika tidak ditangani dengan cepat, penyakit ini akan menimbulkan penyakit lain yang lebih serius, seperti:

1. Kerusakan jantung

Bakteri penyebab penyakit ini membawa racun di mana mereka dapat menyebar melalui aliran darah dan kemudian merusak jaringan lain dalam tubuh Anda sekaligus menimbulkan komplikasi. Misalnya, otot jantung rusak sehingga menimbulkan radang pada otot jantung (miokarditis). Peradangan ini juga akan merusak organ jantung secara keseluruhan dan dapat menyebabkan penyakit gagal jantung kongestif yang dapat merenggut nyawa Anda.

2. Kerusakan saraf

Racun yang dibawa oleh bakteri juga dapat merusak saraf. Target utamanya adalah saraf pada tenggorokan. Jika itu terjadi, Anda akan mengalami kesulitan untuk bernapas dan menelan. Tak hanya di situ saja, saraf pada lengan dan kaki juga dapat meradang. Akibatnya, otot-otot tubuh Anda akan melemah.

Oleh karena itu, ketika Anda mengalami penyakit ini, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Dengan pengobatan, beberapa orang mungkin dapat bertahan hidup. Tak jarang pula, orang yang mengalami penyakit ini meninggal dunia.

Gejala

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman



Tanda dan gejala dari penyakit difteri mungkin akan Anda alami dua sampai lima hari setelah Anda terinfeksi oleh bakteri. Berikut tanda dan gejalanya:

  • Suara serak
  • Tenggorokan terasa sakit
  • Nyeri saat menelan
  • Kesulitan untuk bernapas
  • Kelenjar getah bening di leher membesar atau bengkak
  • Tenggorokan dan amandel tertutup oleh membran berwarna abu-abu
  • Demam dan menggigil
Beberapa orang yang telah terinfeksi oleh bakteri penyebab difteri mungkin juga tidak akan merasakan tanda dan gejala seperti di atas. Hal itu menyebabkan mereka tidak sadar bahwa mereka sedang menderita penyakit difteri.

Penyebab
3 dari 4 halaman



Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri yang menyebabkan timbulnya penyakit ini. Bakteri ini akan singgah dan berkembang biak di daerah dekat permukaan selaput lendir tenggorokan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyakit difteri dapat menular dengan mudah dan cepat. Bakteri ini dapat menginfeksi orang lain melalui kontak udara maupun kontak barang atau luka dari penderitanya. Berikut penjelasannya:

1. Kontak udara

Udara menjadi media yang paling efisien untuk penyebaran penyakit, salah satunya difteri. Ketika orang yang menderita penyakit difteri batuk atau bersin, mereka akan melepaskan udara yang mengandung bakteri crynebacterium diphtheriae. Orang yang berada di dekatnya akan menghirup udara yang telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut.

2. Kontak barang

Barang-barang yang telah tersentuh oleh penderita penyakit difteria cenderung mengandung bakteri crynebacterium diphtheriae. Misalnya, menggunakan gelas, handuk, atau barang lain yang telah digunakan oleh penderita penyakit difteria.

3. Kontak luka

Jika Anda dengan tidak sengaja menyentuh luka orang yang menderita penyakit difteri, sudah pasti Anda tertular penyakit itu.

Pengobatan
4 dari 4 halaman



Pertama-tama, dokter akan bertanya kepada Anda seputar tanda dan gejala yang Anda alami. Setelah itu, ia akan melakukan pemeriksaan lain untuk memastikan apakah Anda benar-benar mengalami penyakit difteri atau sekedar mengalami radang tenggorokan biasa. Ada beberapa jenis pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh dokter, seperti:

1. Pemeriksaan fisik

Dokter akan memeriksa bagian dalam dari tenggorokan Anda untuk melihat apakah di dalamnya terdapat selaput tebal berwarna abu-abu. Jika ada, sudah pasti Anda mengalami penyakit difteri. Selain itu, dokter juga akan mengamati kelenjar getah bening di leher Anda. Apabila kelenjar tersebut membengkak, bisa jadi Anda positif mengalami penyakit itu.

2. Biopsi

Jika pemeriksaan fisik belum memberikan pertanda yang jelas dan tidak dapat meyakinkan bahwa itu adalah penyakit difteri, biasanya dokter akan melakukan biopsi. Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dari jaringan pada tenggorokan Anda dan kemudian diuji di laboratorium.

Apabila pemeriksaan telah menunjukkan bahwa Anda benar-benar mengalami penyakit difteri, dokter pasti akan segera melakukan pengobatan. Biasanya, dokter hanya memberikan resep obat kepada Anda. Berikut beberapa jenis obat yang biasanya digunakan untuki menangani penyakit difteri:

3. Antitoksin

Jenis obat ini akan diberikan melalui suntikan di pembuluh darah atau otot. Tujuannya adalah untuk menetralkan racun dari bakteri corynebacterium diphtheriae yang mungkin telah menyebar ke bagian lain dalam tubuh. Sebelum memberikan obat ini, dokter mungkin akan melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa Anda tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Namun, jika Anda memiliki alergi, dokter tetap memberikan obat ini namun dengan dosis kecil dan akan ditingkatkan secara bertahap.

4. Antibiotik

Antibiotik seperti penisilin dan eritromisin dapat mengobati penyakit difteri. Jenis obat ini dapat membunuh bakteri yang ada dalam tubuh sekaligus membersihkan infeksi.

Namun, jika pernapasan Anda sangat terganggu akibat adanya selaput abu-abu dalam tenggorokan Anda, dokter mungkin akan mengambil lapisan tersebut melalui pembedahan kecil.

Bagi Anda yang belum mengalami penyakit ini, Anda dapat melakukan pencegahan yaitu dengan melakukan vaksinasi. Dokter akan memberikan lima suntikkan di bagian lengan atau paha Anda. Setelah itu, selang 10 tahun, Anda diwajibkan untuk kembali melakukan vaksinasi guna memperkuat pertahanan tubuh Anda. Meski begitu, suntikan vaksin memberikan beberapa efek samping, seperti nyeri, mengantuk, demam ringan, dan Anda menjadi lebih rewel.

Tak cukup dengan vaksinasi saja, Anda juga harus merubah gaya hidup. Anda harus mendapatkan istirahat yang cukup. Hal itu dapat membantu proses pemulihan kesehatan Anda.

(Mel/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.