Sukses

Suplemen Jepang Sebabkan 5 Orang Meninggal, BPOM Sebut Produk Mengandung Benikoji Belum Masuk Indonesia

Dalam sepekan, lima orang dilaporkan meninggal dunia usai mengonsumsi suplemen Jepang yang mengandung benikoji.

Liputan6.com, Jakarta - Produk suplemen kesehatan Jepang Benikoji Choleste Help yang diklaim mengobati kolesterol malah membawa petaka bagi konsumen.

Dalam sepekan, lima orang di Jepang dilaporkan meninggal dunia usai mengonsumsi suplemen itu. Sementara, lebih dari 100 orang terdata dirawat di rumah sakit per Jumat (29/3/2024).

Laporan VOA Indonesia yang dikutip Sabtu (30/3/2024) menyebut bahwa obat ini adalah produk Kobayashi Pharmaceutical Co. Sebuah perusahaan obat yang berbasis di Osaka, Jepang.

Perusahaan ini mendapat kecaman karena tidak segera mengumumkan masalah yang diketahui secara internal pada awal Januari. Dan baru mengumumkan secara publik pada 22 Maret.

Ramainya berita soal kasus kematian akibat suplemen Jepang telah sampai ke Tanah Air. Terlebih, jelang momen lebaran masyarakat kerap mencari obat untuk mengontrol kolesterol.

Hal ini pun mendapat tanggapan dari Plt Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia. Menurutnya, suplemen ini belum masuk ke Indonesia.

So far yang ditemukan dalam peredaran belum ada. (Untuk antisipasinya) sama sih, pengawasan di pintu-pintu masuk seperti makanan impor,” kata Lucia saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).

Jika ada warga Indonesia yang telah membelinya di luar negeri untuk dikonsumsi sendiri, maka Lucia mengimbau agar obat dengan kandungan benikoji itu tak dikonsumsi dulu.

“Tidak dikonsumsi dulu sampai nanti ada penemuan pemeriksaan yang lebih lanjut,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Baik Suplemen Maupun Produk Turunannya Belum Ada di Indonesia

Produk Benikoji sendiri tak hanya ada dalam bentuk suplemen tapi ada beberapa turunan seperti bumbu-bumbu dan produk lainnya.

Pihak BPOM menerangkan, baik suplemen maupun turunannya sama-sama belum ada di Indonesia.

Sementara, pemantauan dan pengawasan rutin masih terus dilakukan terutama di pintu-pintu masuk barang dari luar negeri seperti di pelabuhan.

“Sampai sekarang belum ada yah,” kata Lucia.

3 dari 4 halaman

Mengenal Bahan Benikoji

Sebelumnya, pejabat perusahaan obat Kobayashi Pharmaceutical Co. mengatakan 114 orang dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi produk, termasuk Benikoji Choleste Help yang dimaksudkan untuk menurunkan kolesterol.

Seperti namanya, Benikoji Choleste Help mengandung bahan yang disebut benikoji, sejenis jamur berwarna merah. Awal pekan ini, jumlah kematian dilaporkan bertambah dua orang.

Beberapa orang mengalami masalah ginjal setelah mengonsumsi suplemen itu, tapi penyebab pastinya masih diselidiki dengan melibatkan kerja sama laboratorium pemerintah.

"Kami meminta maaf sedalam-dalamnya," kata Akihiro Kobayashi, presiden Kobayashi Pharmaceutical Co. kepada wartawan pada Jumat (29/3) sambil membungkuk lama untuk menekankan permintaan maaf tersebut bersama tiga pejabat tinggi perusahaan lainnya mengutip Global Liputan6.com.

4 dari 4 halaman

Permintaan Maaf

Akihiro Kobayashi menyatakan penyesalannya kepada mereka yang meninggal dan sakit, serta kepada keluarga mereka.

Ia juga meminta maaf atas masalah yang ditimbulkan pada seluruh industri makanan kesehatan dan profesi medis, seraya menambahkan bahwa perusahaannya berupaya segera mengatasi masalah ini.

Adapun produk-produk perusahaan tersebut telah ditarik kembali, begitu pula puluhan produk lain yang mengandung benikoji, termasuk pasta miso, biskuit, dan saus cuka.

Kementerian Kesehatan Jepang kemudian memasang daftar di situs resminya berisi semua produk yang ditarik kembali, termasuk beberapa produk yang menggunakan benikoji untuk pewarna makanan.

Kementerian itu memperingatkan jumlah kematian bisa terus bertambah. Suplemen tersebut dapat dibeli di toko obat tanpa resep dokter, dan beberapa mungkin telah dibeli atau diekspor sebelum penarikan. Termasuk oleh wisatawan yang mungkin tidak menyadari risiko kesehatannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.