Sukses

Studi Baru Ungkap Beraktivitas Fisik di Waktu Senggang Bisa Turunkan Risiko Stroke

Melakukan aktivitas fisik di waktu senggang jauh di bawah ambang batas yang disarankan untuk berolahraga dapat menurunkan risiko stroke sebesar 18% dibandingkan dengan tidak melakukan aktivitas fisik.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru menemukan bahwa aktivitas fisik apa pun, termasuk “aktivitas fisik waktu senggang (LTPA),” dapat mengurangi risiko stroke.

Temuan ini menunjukkan bahwa melakukan aktivitas fisik di waktu senggang jauh di bawah ambang batas yang disarankan untuk berolahraga dapat menurunkan risiko stroke sebesar 18% dibandingkan dengan tidak melakukan aktivitas fisik.

Berolahraga 150 menit seminggu dapat mengurangi risiko stroke sebesar 29%, dan aktivitas fisik serupa pada tingkat moderat dapat menguranginya sebesar 27%, penelitian menunjukkan.

Temuan ini dipublikasikan dalam Journal of Neurology Neurosurgery & Psychiatry.

Risiko Stroke Berkurang

Penelitian tersebut merupakan analisis terhadap 15 penelitian yang melibatkan 75.050 partisipan.

Karena studi ini dilakukan secara independen, maka analisisnya berupaya menemukan titik temu di antara studi-studi tersebut. Rata-rata masa tindak lanjut adalah 125,7 bulan, plus atau minus 77,5 bulan.

Dalam beberapa penelitian, hasil dari tiga tingkat aktivitas dinilai:

  • tidak ada aktivitas fisik
  • berolahraga di bawah target 150 menit
  • memenuhi rekomendasi 150 menit untuk berolahraga

Untuk penelitian ini, tingkat di bawah target dikaitkan dengan penurunan risiko stroke sebesar 18% dibandingkan dengan tidak melakukan aktivitas.

Penelitian lain melibatkan empat atau lima tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah dalam penelitian ini menunjukkan penurunan risiko stroke yang serupa dibandingkan dengan tidak melakukan aktivitas sama sekali.

Manfaat dari tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah pun konsisten pada pria dan wanita serta semua kelompok umur.

Meskipun temuannya menjanjikan, penulis mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kelemahan Penelitian

Di seluruh populasi penelitian, berbagai faktor membuat penarikan kesimpulan pasti menjadi lebih sulit. Diantaranya adalah metodologi penelitian yang berbeda dan perbedaan ras dan etnis, usia, keseimbangan antara pria dan wanita, dan lamanya masa tindak lanjut.

Cheng-Han Chen, direktur medis Program Jantung Struktural di MemorialCare Heart & Vascular Institute, Saddleback Medical Center, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada Medical News Today bahwa kelemahan dari penelitian ini “adalah bahwa penelitian ini melibatkan banyak definisi yang berbeda [dari ] aktivitas rendah, tetapi itu bisa berarti berbeda dalam penelitian yang berbeda.”

 

 

3 dari 3 halaman

Berapa banyak aktivitas fisik yang benar-benar Anda perlukan?

Dr Chen mencatat bahwa efek aktivitas fisik di waktu senggang yang ditemukan dalam penelitian ini tampak signifikan.

Dia mengatakan ada banyak cara untuk mencapai tujuan aktivitas fisik yang direkomendasikan. Dia mencatat bahwa latihan dasar kecil yang dilakukan selama seminggu dapat bertambah.

“Berjalan kaki 10 menit di pagi hari dan berjalan kaki 10 menit di sore hari – dan itu sebenarnya 140 menit seminggu,” katanya.

Dr Chen mengatakan contoh lain dari aktivitas fisik ringan meliputi:

  • Membuka pintu, berjalan selama 5 menit satu arah, lalu berbalik dan berjalan pulang selama 5 menit dua kali sehari.
  • Naik turun tangga 5 menit beberapa kali sehari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.