Sukses

Kemenkes Rencanakan Bangun Pabrik Telur Nyamuk Wolbachia demi Berantas DBD

Rencana bangun pabrik telur nyamuk Wolbachia bekerja sama dengan World Mosquito Program dan Bio Farma.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang merencanakan membangun pabrik telur nyamuk Wolbachia. Pabrik ini akan memproduksi jentik-jentik telur nyamuk yang sudah dimasukkan bakteri Wolbachia.

Rencana pembangunan pabrik telur nyamuk ber-Wolbachia disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu.

"Kita berencana dengan World Mosquito Program (WMP), bekerja sama dengan Bio Farma untuk membuat pabrik telur nyamuk ber-Wolbachia," ujar Maxi saat Diskusi publik "Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue" di Hotel Manhattan Jakarta pada Rabu, 17 Januari 2024.

"Jadi, kita dalam proses pembuatan pabrik telur nyamuk ber-Wolbachia."

Produksi Telur Nyamuk Wolbachia Terbatas

Pilot project teknologi Wolbachia sendiri menyasar 5 kabupaten/kota, yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang. Perluasan penerapan Wolbachia ke daerah lain akan dilakukan bertahap.

Sebab, kapasitas produksi telur nyamuk ber-Wolbachia masih terbatas.

"Rencana perluasan bertahap ya. Persoalan pertama adalah kemampuan kita membuat nyamuk ber-Wolbachia, mulai telur dilepaskan, kapasitas kita belum cukup," jelas Maxi.

"Di 5 kota ini, tiap minggu memerlukan 40-an juta telur, karena dia lepas tiap dua minggu."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perluas Penerapan Wolbachia

Adanya kerja sama antara Kemenkes dan World Mosquito Program (WMP) serta Bio Farma untuk pembangunan pabrik nyamuk ber-Wolbachia nantinya, diharapkan kapasitas produksi telur bertambah.

Selanjutnya, bila kapasitas produksi telur nyamuk besar, maka Kemenkes dapat memperluas cakupan teknologi Wolbachia ke daerah lain.

"Kalau kita sudah punya kapasitas yang besar, kita bisa bertahap utnuk memperluas cakupan (penerapan Wolbachia) kita. Kita mulai dulu di ibu kota provinsi, sesudah itu kita cari (daerah) mana penduduk yang padat," imbuh Maxi Rein Rondonuwu.

3 dari 4 halaman

Jumlah Produksi Telur Nyamuk Wolbachia

Maxi Rein Rondonuwu menambahkan area produksi telur nyamuk ber-Wolbachia. Yakni di Laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Milik Kemenkes di Salatiga, Jawa Tengah.

"Sekarang kita punya produksi telur Wolbachia di lab UGM, ada mungkin 8 juta per minggu, di lab kesmas Salatiga sama juga, sekitar 7-8 juta per minggu," tambahnya.

"Di Bali (Universitas Udayana) sudah, tapi di sana ada pro kontra. Tapi produksi telur akan kita pakai di Bali."

Evaluasi Hasil Penerapan Wolbachia

Lantas, bagaimana hasil evaluasi Wolbachia di 5 kabupaten/kota yang menjadi pilot project dalam penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)?

Maxi menyebut hasilnya akan dievaluasi.

"Ini kan masih baru. Tapi yang di Yogya udah ada hasilnya, insidensi rate-nya turun, rawat inap turun. Jadi di 5 kabupaten/kota akan kita lihat lagi sesudah ini jalan tahun ini. Karena kan kapastas produksi telur juga terbatas," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Penerapan Wolbachia di Negara Lain

Kemenkes menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan dengue.

Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).

Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan Aedes aegypti ber-Wolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika Aedes aegypti jantan ber-Wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Selain itu, jika yang ber-Wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.