Sukses

Komitmen Kemenkes Hentikan Kematian Bayi Akibat Pneumonia

Pneumonia yang merupakan bagian dari ISPA, bisa menjangkiti salah satu atau kedua organ paru. Diketahui tidak ada penyebab tunggal pneumonia.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pencegahan dan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Imran Pambudi, MPHM mengatakan, permasalahan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), termasuk pneumonia, meningkat beberapa dekade terakhir. Peningkatan tersebut terjadi secara global maupun nasional, baik di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan, pneumonia disebut pula sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita.

"Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia dan di Indonesia. Pneumonia menyebabkan kematian pada balita lebih banyak di dunia dibandingkan gabungan penyakit AIDS, Malaria, dan Campak," ungkap Imran di Jakarta pada Kamis, 9 November 2023, bertepatan dengan peringatan World Pneumonia Day 2023.

Pneumonia yang merupakan bagian dari ISPA, bisa menjangkiti salah satu atau kedua organ paru. Diketahui tidak ada penyebab tunggal pneumonia. Penyakit infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur yang ada di udara. 60 persen kasus pneumonia di negara-negara berkembang disebabkan oleh bakteri, sementara di negara maju penyebabnya adalah virus.

Pemerintah Indonesia menaruh perhatian terhadap kasus pneumonia ini dengan berkomitmen untuk menghentikan kematian bayi baru lahir dan anak balita akibat penyakit yang dapat dicegah hingga kurang dari 12 per 1,000 kelahiran hidup bayi baru lahir dan mengurangi kematian hingga kurang dari 25 per 1,000 kelahiran hidup balita.

Sebagai tindaklanjut dari komitmen tersebut, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Madah, telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Pneumonia dan Diare (RAN PPD) 2023 – 2030.

“Angka kematian pneumonia harus turun dari 3 per seribu kelahiran hidup jadi hanya tiga kematian per seribu kelahiran nanti di 2030, diare 1 per seribu kelahiran hidup,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, ketika memberikan arahan dalam acara tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Indikator Cegah Pneumonia

Maxi menyebut, dalam RAN PPD terlihat indikator-indikator untuk mencegah pneumonia sangat banyak dan melibatkan berbagai faktor. Diantaranya, sebut Maxi, ASI eksklusif, pemberian makanan, imunisasi, kesehatan lingkungan hingga pengelolaan makanan.

Maxi berharap program yang telah disusun dalam rancangan aksi nasional tersebut diimplementasikan dengan benar dan diadakan evaluasi setiap tahunnya.

“Setiap tahun harus kita evaluasi, apakah tujuan kita tercapai. Kami harapkan RAN ini jalan dan semua pedomannya diikuti,” imbuhnya.

 

3 dari 3 halaman

Kenali Gejala Pneumonia Sedini Mungkin

Sementara itu, Imran berharap agar hari pneumonia sedunia yang diperingati bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada tanggal 12 November setiap tahunnya dapat dijadikan sebagai momentum untuk mengkampanyekan mengenali tanda gejala pneumonia sedini mungkin. Sehingga apabila ada bayi atau balita mengalami gejala pneumonia seperti batuk dan kesulitan bernapas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

“Segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat jika bayi atau balita mengalami batuk atau kesukaran bernapas. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan tata laksana sesegara mungkin sehingga tidak terjadi keterlambatan penemuan yang mengakibatkan atau memperberat penyakitnya sehingga dapat menyebabkan kematian,” sarannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini