Sukses

Capai 34 Kasus Cacar Monyet atau Mpox di Indonesia, Menkes Budi: Belum Ada Laporan Kematian

Sampai saat ini belum ada laporan kematian akibat cacar monyet atau Mpox di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kasus cacar monyet atau Mpox di Indonesia per 6 November 2023 sudah mencapai 34 kasus. Dari total jumlah ini, lebih banyak kasus Mpox terdeteksi di DKI Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin memaparkan, penyebaran cacar monyet sendiri sudah meluas tidak hanya di DKI Jakarta, melainkan di Banten dan Jawa Barat.

"Mpox di kita per kemarin itu ada 34 kasus. Ini menyebar dari Jakarta ke Banten dan Jawa Barat. Tahun lalu naik di seluruh dunia, makin ke sini Indonesia ditemukan tahu lalu. Kena satu kasus, impor dari Singapura, tetapi sekarang (yang Oktober 2023) itu di Jakarta udah penularan lokal," papar Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Belum Kasus Cacar Monyet di RI Meninggal Dunia

Penularan cacar monyet juga tidak mudah menular lantaran harus melalui hubungan seksual. Utamanya penularan Mpox terjadi pada kelompok tertentu seperti Lelaki Suka Lelaki (LSL).

Penanganan kasus Mpox sampai saat ini mampu tertangani dan belum ada laporan kasus kematian.

"Yang pasti ini kan penularannya khas, enggak mudah menular, harus ada hubungan seksual. Khususnya kelompok-kelompok dengan faktor-faktor risiko khusus misalnya LSL ya," lanjut Budi Gunadi.

"Obatnya juga sudah ada dan obatnya jenis antivirus. Kita sudah datangkan dan hampir semuanya pasien Mpox seharusnya sehat ya, bisa sembuh. Sampai sekarang belum ada yang wafat, jadi masih bisa tertangani."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rincian 34 Kasus Mpox

Berikut ini rincian 34 kasus cacar monyet di Indonesia per 6 November 2023 sebagaimana paparan Menkes Budi Gunadi Sadikin:

  • Konfirmasi positif: 34
  • Probable: 0
  • Suspek: 15
  • Discarded: 87
  • Sembuh: 6

Mayoritas kasus positif Mpox memiliki orientasi seksual Lelaki Suka Lelaki (LSL) dan pengidap HIV. Adapun tiga gejala Mpox terbanyak yang dialami pasien, yakni:

  • Lesi
  • Demam
  • Ruam
3 dari 4 halaman

Kasus Mpox Meningkat di Perkotaan

Budi Gunadi Sadikin kembali menekankan, penyakit Mpox terbilang sensitif karena terjadi di kelompok segmen khusus seperti Lelaki Suka Lelaki karena perilaku berganti-ganti pasangan dan berkontak seksual.

"Akibatnya, kalau kita lihat tracing report ya agak serem. Kasus ini makin lama makin meningkat terutama di perkotaan dan ini membawa penyakit Mpox dan HIV," terangnya.

"Sebenarnya kita tidak terlalu high profile soal ini. Kami kerja di bawahnya diam-diam juga dengan kelompok-kelompok sosial masyarakat yang memang masuk di bidang ini. Karena takutnya kan memberikan stigma sehingga tidak efektif intervensi kesehatannya."

Vaksin Cacar Monyet sudah Ada

Salah satu upaya penanganan cacar monyet, Kemenkes sudah menyediakan vaksin Mpox.

"Ini ada vaksinnya. Kita kalau dulu pernah dikasih vaksin cacar relatif terproteksi, tapi vaksin ini diberhentikan tahun 1980. Jadi yang lahirnya sesudah tahun 1980 masih punya risiko kena. Oleh karena itu kita sudah siapkan vaksinnya sekarang," tutur Budi.

4 dari 4 halaman

Kebutuhan Obat dan Vaksin Mpox

Untuk memenuhi kebutuhan penanganan kasus cacar monyet, Kemenkes melakukan pengadaan obat dan vaksin Mpox, antara lain:

  • Obat: 1.008 botol Tecovirimat
  • Vaksin: 4.500 vaksin Mpox

Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengakui terjadi laporan peningkatan kasus cacar monyet di Indonesia pada Oktober 2023, setelah pertama kali temuan Mpox tahun lalu. Berbeda dengan tahun 2022, kali ini penularan Mpox lebih banyak melalui transmisi lokal.

Adanya transmisi penularan lokal inilah yang menjadi alasan kasus Mpox semakin meningkat. Apalagi pemeriksaan suspek juga diperbanyak, sehingga tak menutup kemungkinan kasus positif dapat bertambah.

"Kasus cacar monyet pertama kali di tahun 2022 itu kan impor, memang dari luar. Terus kenapa ada peningkatan sekarang? Karena saat ini sudah terjadi penularan lokal ya," terang Budi Gunadi usai 'Launching Gerakan Anak Sehat (GAS)' di RPTRA Utama, Cengkareng, Jakarta Barat pada Selasa, 31 Oktober 2023.

"Jadi ya kita mesti mengatur agar penularan yang terjadi lewat hubungan seksual ditekan. Cara bagaimana hubungan seksual yang sehat itu mesti dididik, diedukasi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.