Sukses

Orang Terdekat Masuk ICU, Apa yang Mesti Keluarga Diskusikan ke Nakes?

Komunikasi yang lancar antara petugas tenaga kesehatan (nakes) dengan keluarga pasien ICU bisa membantu keberhasilan perawatan.

Liputan6.com, Jakarta Ketika ada orang terdekat seperti keluarga atau pasangan masuk Intensive Care Unit (ICU) tentu bukan hal mudah. Lantaran, seseorang yang masuk ruangan tersebut kerap situasinya berhubungan dengan keselamatan nyawa.

Maka dari itu, keterlibatan keluarga pasien yang masuk ICU dibutuhkan. Komunikasi yang lancar antara petugas tenaga kesehatan (nakes) dengan keluarga pasien bisa membantu keberhasilan pengobatan.

"Menurut saya, psikologis keluarga sangat bisa bikin sembuh. Kalau keluarga mendapatkan informasi dan tahu penanganan yang dilakukan terhadap keluarganya di ICU, itu buat merasa nyaman. Perasaan nyaman itu ke transfer ke pasien. Sehingga pasien tenang," kata dokter spesialis anestesi konsultan perawatan intensif Eka Hospital BSD, Vannesi T Silalahi.

"Kalau pasien tenang bisa cepat bikin pasien sembuh. Itu yang kita harapkan," kata Vanessi lagi saat diskusi bersama Eka Hopsital dan Pfizer di Serpong, Tangerang Selatan beberapa hari lalu.

Berdasarkan pengalaman sehari-hari, Vannesi bisa menjelaskan mengenai tindakan perawatan pasien di ICU ke keluarga dalam waktu 1-2 jam.

Bahkan, tidak jarang clinical meeting tersebut dilakukan malam hari via meeting online lantaran ada anggota keluarga lain di wilayah yang jauh ingin turut mendengarkan penjelasan dokter yang merawat anggota keluarganya.

"Selama satu jam-an bisa. Orang yang dirawat di ICU itu banyak sekali yang di bahas. Bisa saja masalah paru jadi infeksi, lalu masalah paru jadi kena jantung," kata Vanessi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dokter Akan Bicara Jujur

Vannesi mengatakan saat clinical meeting, bakal menjelaskan hal apa saja yang dilakukan ke pasien. Proses seperti apa dan target yang diharapkan seperti apa.

Jika pasien yang ditangani di ICU kondisinya berat maka harus disampaikan jujur ke keluarga.

"Seberat apapun harus jujur ke keluarga," katanya.

Ia mencontohkan suatu kasus pada pasien paruh baya yang masuk ICU. Vanessi lalu memanggil salah satu putrinya untuk menyampaikan kondisi sang ayah.

"Saya akan terangkan ke putrinya, misal syok sepsis. Lalu minta sang putri untuk mencari tahu di Google tentang hal tersebut. Kemudian menjelaskan kembali ke putri itu. 'Jadi papa syok sepsis kemungkinan meninggal 50-70 persen'," contoh Vanessi.

Ketika keluarga sudah mengetahui kondisi pasien maka dokter akan bisa menyampaikan mengenai langkah perawatan yang dilakukan selama di ICU.

"Sehingga, mereka bisa mengikuti perjalanan penanganan," kata Vannesi lagi.

 

3 dari 4 halaman

Keluarga Bagian dari Tim Perawatan

Vannesi mengungkapkan bahwa keluarga pasien yang masuk ICU adalah bagian dari tim. Sehingga harus dilibatkan. Misalnya, saat dokter memberikan antiobiotik tertentu. Seperti diketahui sekitar 7 dari 10 yang dirawat di ICU menerima antibiotik sebagai salah satu terapi utama untuk menyembuhkan infeksi.

Bila obat antibiotik yang digunakan mahal, keluarga bisa mengetahui alasan penggunaan suatu obat.

"Kok mahal sekali obat x? Dokter bisa menjelaskan bahwa obat tersebut mahal tapi membuat perawatan jauh lebih singkat, tepat ke pasien, dan tepat guna karena itu waktu yang pas diberikan antibiotik X tersebut," jelas Vannesi.

 

4 dari 4 halaman

Tips dari Patient Advocate Bila Ada Anggota Keluarga Masuk ICU

Hadir di kesempatan yang sama, patient advocate Butet Trivynantini mengatakan bahwa diskusi antara keluarga dengan nakes yang bertugas merawat pasien di ICU penting.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar bisa berdiskusi dengan nakes:

1.Aktif bertanya

Jangan hanya diam saja menerima informasi dari tenaga kesehatan. Lalu, aktif bertanya tentang perawatan yang dilakukan ke tenaga kesehatan yang bertugas.

2. Komunikasi dengan Nakes Berkala

Komunikasi jangan hanya dilakukan satu-dua kali tapi berkala.

3. Saat Jenguk Pasien di ICU Cek Peralatan di Monitor

Saat masuk ke ruangan ICU dengan protokol yang ketat seperti memakai masker dan membersihkan tangan dengan alkohol, Butet menyarankan untuk melihat monitor pada peralatan yang dipakai pasien. Lalu, cek juga tensimeter pasien berapa, melihat warna urine.

4. Tanyakan ke Dokter Jaga atau Perawat

Setelah keluar dari ruangan pasien ICU, melakukan komunikasi dengan nakes ke nurse station atau dokter jaga. Lalu menanyakan apa saja yang tadi dilihat serta fungsinya.

"Menurut saya penting keluarga pasien bertanya tentang kondisi keluarganya di ICU. Bisa bertanya dikasih obat apa, penanganan lain seperti apa. Itu hak kita sebagai keluarga pasien," tutur Butet.

Dan, Butet juga meminta nakes yang berada di ICU mau mengedukasi keluarga tentang treatment serta risiko yang diberikan ke pasien.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini