Sukses

Sederet Manfaat WFH, Kurangi Stres dan Lebih Banyak Waktu Siapkan Makanan Sehat

Manfaat WFH atau Work From Home bagi pekerja terhadap kesehatan mental dan fisik.

Direview oleh:
dr Ainni saat ini adalah dokter umum di Rumah Sakit Bakti Timah, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.

Liputan6.com, Jakarta - Bekerja dari rumah (work from home) menjadi hal yang lumrah dilakukan sejak pandemi COVID-19 melanda dunia global, termasuk juga di Indonesia. Dampak dari virus ini juga terasa di berbagai sektor industri dan juga bagi seluruh lapisan manusia.

Kebijakan bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home) yang akan diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ditingkatkan menjadi 75 persen, dari 50 persen saat kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN yang berlangsung pada 4-7 September 2023. 

Kebijakan WFH tersebut ditujukan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan DKI Jakarta. Uji coba WFH mulai diterapkan pada 21 Agustus - 21 Oktober 2023, yang bersamaan pula dengan kondisi ancaman polusi udara.

Berkaitan dengan WFH, ada manfaat positif yang dapat dirasakan pekerja. Penyebutan istilah WFH sendiri ada beberapa macam, salah satunya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuliskannya sebagai telework, yang berarti kerja jarak jauh.

Istilah telework juga dimaksudnya bagi pekerja yang melakukan hybrid working. Merujuk informasi dalam panduan ‘Healthy and Safe Telework’ yang diterbitkan WHO bekerja sama dengan International Labour Organization tahun 2021, manfaat telework, dalam hal ini WFH sebagai berikut:

Dampak Terhadap Kesehatan Fisik

WFH pada umumnya memberikan jadwal yang fleksibel bagi pekerja. Dengan bekerja di rumah, mereka bisa menyeimbangkan antara pekerjaan dengan aktivitas lainnya di rumah karena jadwal yang lebih fleksibel.

Terdapat banyak bukti mengenai dampak penggunaan komputer dalam waktu lama terhadap sejumlah penyakit fisik, misalnya kerusakan muskuloskeletal dan ketegangan mata di lingkungan kantor, tetapi hanya sedikit penelitian yang secara khusus menilai dampak WFH.

Penelitian yang telah dilakukan pada WFH menunjukkan dampak positif dan negatif terhadap kesehatan fisik.

Sebuah tinjauan penelitian melaporkan bahwa WFH di rumah umumnya dipandang oleh para pekerja memiliki efek positif pada kesehatan, namun dapat menyebabkan masalah yang timbul, seperti jam kerja yang panjang dan sakit punggung, sakit leher, kram kaki, nyeri pergelangan tangan hingga obesitas.

Dua studi melaporkan penurunan tekanan darah dengan WFH. Studi berbasis kuesioner terhadap tenaga akademik menemukan bahwa pekerja jarak jauh memiliki lebih sedikit keluhan tentang hipertensi arteri dan studi terhadap pekerja pemerintah di Swedia menunjukkan tekanan darah secara signifikan lebih tinggi selama bekerja di kantor daripada saat bekerja jarak jauh di rumah.

Studi-studi di atas masih bersifat pendahuluan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk menentukan dampak sebenarnya dari kerja jarak jauh yang sebenarnya untuk jenis pekerja yang berbeda di sektor-sektor tertentu dan dalam jangka waktu yang lebih lama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Terhadap Kesehatan Mental

Sebelum pandemi COVID-19, kerja jarak jauh seringkali didasarkan pada kesepakatan individu antara pekerja dan pemberi kerja, misalnya untuk mengatasi keseimbangan kehidupan kerja dengan lebih baik. 

Namun, merespons kondisi COVID-19, WFH dalam beberapa kasus diberlakukan kepada pekerja dan pemberi kerja sebagai bagian dari upaya kesehatan dan kesehatan masyarakat dan langkah-langkah sosial, yang mengakibatkan ketidaksesuaian potensial dengan preferensi pekerja.

Beberapa studi penelitian yang dilakukan sebelum pandemi COVID-19 mengindikasikan bahwa WFH dapat mengurangi stres terkait pekerjaan, tapi ada juga penelitian lain melaporkan peningkatan stres dengan WFH.

Penelitian lain melaporkan insiden kesepian, lekas marah, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang lebih tinggi di antara para pekerja jarak jauh. 

Penurunan Risiko Depresi

Sebaliknya, studi kohort yang menganalisis data demografi karyawan, klaim medis, penilaian risiko kesehatan, dan jam kerja jarak jauh melaporkan, penurunan risiko depresi di antara mereka yang bekerja jarak jauh dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja dari rumah. Beberapa dari mereka bahkan kerap terjebak kemacetan dan berdesak-desakan di transportasi umum. Pada umumnya, rata-rata pekerja menghabiskan waktu lebih dari 30 menit untuk berangkat dan pulang kerja. Dengan WFH, tentu akan mengurangi stres di jalan.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat selama pandemi COVID-19 melaporkan, peserta yang bekerja dari rumah menghabiskan lebih banyak waktu berkualitas dengan hewan peliharaan dan anggota keluarga, pekerja juga bisa melakukan aktivitas positif lainnya seperti istirahat dengan cukup, menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, berolahraga, atau makan sarapan yang sehat. Hal ini tentu bisa berdampak positif terhadap tingkat stres dan kesehatan mental.

Sebuah studi yang dilakukan di Jepang pada saat WFH berkembang karena COVID-19, dilaporkan bahwa, ketika frekuensi kerja jarak jauh meningkat, pekerja yang lebih suka bekerja jarak jauh mengalami mengalami tekanan psikologis yang lebih sedikit daripada mereka yang memilih untuk tidak bekerja dari rumah.

3 dari 4 halaman

Dampak Terhadap Perilaku Kesehatan

Sebuah studi tentang data demografi karyawan, klaim medis, penilaian risiko kesehatan, dan konektivitas jarak jauh menunjukkan hubungan antara kerja jarak jauh dan risiko kesehatan yang lebih rendah untuk konsumsi alkohol dan tembakau serta dan obesitas.

Studi ini juga menunjukkan hasil yang lebih besar tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi di antara karyawan yang bekerja dari rumah dibandingkan dengan karyawan yang tidak bekerja dari rumah. Peningkatan aktivitas fisik juga telah diamati di antara para pekerja jarak jauh. 

Sebuah studi berbasis survei menemukan bahwa WFH dikaitkan dengan 71 persen peluang lebih tinggi untuk mencapai 30 menit atau lebih melakukan aktivitas fisik per hari dibandingkan dengan hari kerja tanpa WFH.

Sebuah studi tentang karyawan yang mulai bekerja dari rumah karena COVID-19 menemukan, peningkatan yang signifikan dalam frekuensi aktivitas fisik yang dilakukan selama periode ini dan perubahan jenis aktivitas, dengan preferensi untuk latihan kekuatan dan latihan peregangan.

Lebih Banyak Waktu Konsumsi Makanan Sehat

Studi terhadap orang dewasa di AS juga menunjukkan, mereka yang bekerja dari rumah menghabiskan lebih banyak waktu untuk konsumsi makanan daripada mereka yang bekerja jauh dari rumah.

Temuan ini menunjukkan bahwa bekerja dari rumah dapat memberikan lebih banyak waktu untuk menyiapkan dan mengonsumsi makanan, yang mungkin menghasilkan manfaat kesehatan karena makanan yang disiapkan di rumah cenderung lebih rendah kalori dan tinggi nutrisi daripada makanan yang dibeli di dalam atau di sekitar tempat kerja.

4 dari 4 halaman

Cara Menjaga Mata Saat WFH

WFH mulai populer dilakukan di seluruh negara sejak pandemi COVID-19 melanda. Anak-anak sekolah juga menerapkan daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

Kegiatan WFH dan sekolah daring memaksa orang dewasa bahkan anak-anak usia pelajar, untuk menggunakan gawai, seperti ponsel atau laptop, lebih dari 2 jam secara terus menerus.

Seiring berjalannya waktu, dengan intensitas penggunaan gawai yang cukup tinggi, masyarakat diharapkan perlu untuk mewaspadai adanya Computer Vision Syndrome, yang mana kondisi ini merupakan gejala kelelahan pada mata karena otot mata kaku, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Ini berakibat penglihatan menjadi buram saat melihat ke objek yang jaraknya jauh. Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan selama menggunakan gawai, antara lain:

  1. Menggunakan gawai maksimal 2 jam dan jaga jarak pandangan hingga 40 – 50 cm
  2. Mengurangi Tingkat kecerahan layar
  3. Apabila diharuskan untuk menggunakan gawai lebih dari 2 jam, maka jangan lupa menerapkan rumus 20-20-20:  istirahat setiap 20 menit sekali dengan melihat objek sejauh 20 kaki (6 meter) selama 20 detik.
  4. Memijat pelan pelipis mata
  5. Relaksasi mata dengan memejamkan mata dan mengompresnya dengan telapak yang hangat
  6. Jaga postur tubuh yang baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.